Namun dakwahnya di tempat lain di Caruban Girang itu mendapatkan sambutan yang hangat, banyak penduduk Cirebon yang menjadi pengikutnya.
Salah satunya adalah Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati yang terkenal sebagai penyebar syi'ar Islam di Cirebon.
Melihat Cirebon sudah menjadi kerajaan Islam, Prabu Siliwangi tidak marah. Penguasa itu marah karena Cirebon menjalin kedekatan dengan Demak.
Bahkan pasukan gabungan Demak-Cirebon melakukan penyerangan kepada salah satu utusan Pajajaran, Tumenggung Jagabaya dan 60 tentaranya. Banyak para pasukan Pajajaran yang tewas.
Jagabaya akhirnya memutuskan untuk memeluk agama Islam.
Kejadian itulah yang menjadi cikal bakal Prabu Siliwangi marah dan berencana membalas dendam dengan mengirimkan tentaranya ke Cirebon. Namun berkat bujukan para pendeta kerajaan, Siliwangi mengurungkan niatnya.
Atas anjuran para pendeta itu, akhirnya Pajajaran berunding dengan Cirebon dan memahami Cirebon untuk mengembangkan wilayahnya sendiri.
Siliwangi menjadi legendaris, karena beliau sangat bijaksana, raja-raja bawahan sangat senang dan mencintai Sri Baduga Maharaja, rakyat hidup sejahtera, aman dan adil.
Jejak atau sumber sejarah kerajaan Pajajaran itu dapat diketahui dari berbagai prasasti, seperti Prasasti Kawali, Sanghyang Tapak, atau Batu Tulis, atau babad (Waruga Guru, Parahyangan, dan Pajajaran)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H