Mohon tunggu...
Rudy Wiryadi
Rudy Wiryadi Mohon Tunggu... Akuntan - Apapun yang terjadi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mulai hari dengan bersemangat

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Malu Mengaku Orang Banten Jika Tidak Bisa "Bebasan"

7 September 2021   11:06 Diperbarui: 7 September 2021   11:49 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Data terakhir yang didapatkan dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan Kebudayaan ada 652 bahasa daerah di Indonesia yang tersebar dari Sabang hingga Merauke.

Bahasa Jawa menjadi bahasa daerah yang paling banyak dituturkan dengan 84 juta orang. Dan bahasa Sunda menjadi bahasa daerah kedua yang paling banyak dituturkan dengan setengah dari jumlah di atas, yaitu 42 juta orang.

Bahasa daerah adalah bahasa yang diwariskan nenek moyang dan merupakan kebanggaan serta kekayaan budaya bangsa. Selain menjadi kebanggaan, bahasa daerah juga menjadi ciri identitas daerah itu sendiri.

Jumlah bahasa daerah seperti yang disebutkan di atas itu sudah termasuk adanya 11 bahasa daerah yang sudah punah.

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud mengatakan ke 11 bahasa daerah yang sudah punah itu terdiri dari dua bahasa dari Papua dan Papua Barat, serta 7 dari Maluku. Bahasa daerah dari Maluku ini menjadi bahasa daerah yang paling banyak punah.

Berkaitan dengan bahasa daerah yang digunakan di suatu daerah tertentu, ada setidaknya satu daerah secara geografis yang unik. Yaitu propinsi Banten.

Propinsi yang terletak di ujung Pulau Jawa ini digadang-gadang ada tiga bahasa daerah yang dituturkan. Yaitu bahasa Sunda, bahasa Jawa, dan bahasa Betawi.

Kepala Kantor Bahasa Propinsi Banten, Halimi Hadibarata, mengatakan bahasa daerah dengan bahasa ibu itu berbeda.

Seperti ucapan "bahasa ibu" maka ini adalah bahasa yang dikuasai oleh seorang anak pada awalnya. Karena ibulah yang pertama dekat dengan si anak, ibu pula yang paling menyayangi dan mengerti anaknya.

Kendati ada 3 bahasa daerah yang digunakan di wilayahnya, akan tetapi Halimi mengatakan bahasa ibu yang paling dominan di wilayahnya adalah bahasa Sunda.

Halimi menjelaskan bahasa Sunda kebanyakan digunakan di Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak. Serta sebagian di Kabupaten Tangerang dan Kabupaten Serang.

Sedangkan bahasa Betawi kebanyakan digunakan di di Kota Tangerang dan Tangerang Selatan.

Bahasa Jawa kebanyakan digunakan di Kabupaten Serang dan Kota Cilegon.

"Bahkan pernah dilakukan penelitian, di Cikoneng, mereka menggunakan bahasa Lampung dan bahasa Sunda. Persebaran bahasa ada tiga di Banten," kata Halimi.

Adanya bahasa Sunda di Banten dikarenakan dulunya propinsi kelahiran Wakil Presiden RI Ma'ruf Amin ini adalah bagian dari propinsi Jawa Barat, dimana para penduduknya berbahasa Sunda.

Namun berdasarkan UU Nomor 23 Tahun 2000 wilayah Banten ini memisahkan diri menjadi propinsi sendiri, Propinsi Banten.

Sedangkan sebagai daerah penyangga untuk ibukota Jakarta, bahasa Betawi yang banyak digunakan seperti yang sudah disebutkan di atas di Tangerang dan Tangerang Selatan, karena wilayah itu berbatasan dengan Jakarta.

Lantas kenapa bahasa Jawa juga digunakan di Banten?

Ahli sejarah mengatakan orang-orang Jawa dulunya bermigrasi ke wilayah Banten dan berasal dari Kediri, Demak, dan Cirebon.

Orang-orang Jawa itu yang berjumlah ribuan berdatangan ke wilayah Banten serta mendirikan Kesultanan Banten.

Ada yang mengatakan dialek Banten ini berbeda dengan dialek-dialek lainnya yang ada di Jawa.

Hal tersebut dikarenakan, ketika mereka sampai di Banten, pada waktu itu di sana terdapat penduduk yang berbahasa Sunda (kuno). Tak ayal, hal itu menyebabkan terjadinya akulturasi budaya.

"Kita harus bedakan bahasa ibu dengan bahasa daerah. Bahasa ibu adalah bahasa yang didapat dari keluarga," kata Halimi.

"Sire arep ning endi?" Itu adalah salah satu kalimat dalam bahasa Jawa Banten, mirip sekali dengan bahasa di Jawa, yang artinya, "kamu mau kemana?"

Menurut penelurusan, bahasa Jawa Banten memang mulai digunakan sejak abad ke 16. Bahasa Banten (bebasan) ini pada waktu itu menjadi bahasa utama Kesultanan Banten di Keraton Surosowan.

"Umumnya penutur bahasa Jawa Banten masih terjaga. Cuma para ibu muda mulai meninggalkannya dan beralih ke bahasa nasional, namun pemerintah berupaya mendorong kembali kesadaran pentingnya bahasa daerah ini," kata seorang sesepuh bahasa Jawa Banten, Abah Yadi Ahyadi.

Bahasa Jawa Banten sendiri ada dua tingkatan yaitu bebasan (kromo Inggil) dan standar.

Uniknya ada peribahasa dalam Bahasa Banten yang berbunyi "Isin geh ngaku wong Banten lamun boten bangkit bebasan mah". Yang artinya malu mengaku orang Banten jika tidak bisa berbahasa bebasan (Bahasa Banten).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun