Mohon tunggu...
Rudy Wiryadi
Rudy Wiryadi Mohon Tunggu... Akuntan - Apapun yang terjadi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mulai hari dengan bersemangat

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Malu Mengaku Orang Banten Jika Tidak Bisa "Bebasan"

7 September 2021   11:06 Diperbarui: 7 September 2021   11:49 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Banten (ekonomi.bisnis.com)

"Kita harus bedakan bahasa ibu dengan bahasa daerah. Bahasa ibu adalah bahasa yang didapat dari keluarga," kata Halimi.

"Sire arep ning endi?" Itu adalah salah satu kalimat dalam bahasa Jawa Banten, mirip sekali dengan bahasa di Jawa, yang artinya, "kamu mau kemana?"

Menurut penelurusan, bahasa Jawa Banten memang mulai digunakan sejak abad ke 16. Bahasa Banten (bebasan) ini pada waktu itu menjadi bahasa utama Kesultanan Banten di Keraton Surosowan.

"Umumnya penutur bahasa Jawa Banten masih terjaga. Cuma para ibu muda mulai meninggalkannya dan beralih ke bahasa nasional, namun pemerintah berupaya mendorong kembali kesadaran pentingnya bahasa daerah ini," kata seorang sesepuh bahasa Jawa Banten, Abah Yadi Ahyadi.

Bahasa Jawa Banten sendiri ada dua tingkatan yaitu bebasan (kromo Inggil) dan standar.

Uniknya ada peribahasa dalam Bahasa Banten yang berbunyi "Isin geh ngaku wong Banten lamun boten bangkit bebasan mah". Yang artinya malu mengaku orang Banten jika tidak bisa berbahasa bebasan (Bahasa Banten).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun