Mohon tunggu...
Rudy Wiryadi
Rudy Wiryadi Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

pelangidipagihari.blogspot.com seindahcahayarembulan.blogspot.com sinarigelap.blogspot.com eaglebirds.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pahlawan di Mata Saya

1 Agustus 2017   09:27 Diperbarui: 1 Agustus 2017   09:38 520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika mendengar kata "pahlawan", kita akan langsung berpikir tentang orang-orang yang berjuang dan berperang dengan senjata melawan para penjajah, yang rela gugur dalam merebut kemerdekaan, atau orang-orang yang berjuang membela hak asasi manusia dan membela kaum tertindas. Memang beliau-beliau pantas disebut pahlawan. Tapi pernahkah terlintas di pikiran kita, siapa pahlawan yang menjaga kebersihan bumi kita tercinta?

Masih pagi buta dan sebagian penduduk di berbagai belahan bumi masih terlelap tidur, kita dapat melihat sudah ada beberapa orang dengan seragam oranye atau warna lainnya, di kota lain atau negara lain, dengan sapu lidi, pengki dan gerobak sampah atau sejenisnya, alat-alat pembersih sampah, sudah memulai kegiatan mereka.

Bahkan hingga matahari meninggalkan tahtanya, dapat pula kita melihat kegiatan mereka. Ada yang menjadi penyapu jalanan, ada pula yang berkeliling kompleks perumahan mengambil kantong-kantong sampah yang diletakkan di pagar atau mengambil sampah-sampah yang ada di tempat sampah rumah-rumah.

Mereka membawa sampah dengan gerobak yang penuh sampah dan sudah pasti berbau tidak sedap. Beruntung untuk petugas kebersihan di beberapa negara yang menggunakan kendaraan, seperti truk, mereka tidak perlu mengeluarkan tenaga yang berlebihan. Bisa dibayangkan bila petugas yang sudah tua harus mengangkut setumpuk sampah dengan gerobak.

Tak sedikit yang menganggap remeh keberadaan dan jasa mereka. Kita sudah tahu jawaban mereka bila kita bertanya pada mereka, apakah pekerjaan mereka merupakan cita-cita mereka? Ya, pastilah tidak seorangpun yang bercita-cita seperti itu. Pasti mereka menjawab, mereka memilih pekerjaan tersebut karena terpaksa tidak mendapat pekerjaan lain.

Bila kita punya waktu untuk merenung dan berandai-andai, andaikan tidak ada penyapu jalanan, pemandangan apa yang kita dapat sepanjang jalan yang kita lalui? Daun-daun kering, sampah-sampah plastik, gelas bekas pakai, kertas-kertas, dan debu yang tebal. Andai tidak ada tukang sampah di sekitar tempat tinggal kita, sampah-sampah dapur yang bergelantungan di pagar rumah atau di jalanan dengan para penggemarnya berupa lalat-lalat hitam dan hijau, belatung-belatung yang mengeliat-geliat dan tikus-tikus yang berpesta pora disertai bau yang aduhai.

Beberapa waktu yang lalu, saya sempat bertanya kepada seorang petugas kebersihan yang tinggal di sekitar perumahan, pak Acep. Setiap hari pak Acep menyapu jalanan dan mengambil sampah warga dari pukul 04.30 sampai pukul 21.00. Itu semua dilakukannya demi mencukupi kebutuhan isteri dan dua orang anaknya. Pekerjaan mulia beliau hanya dihargai dengan gaji yang minim. Beliau senang karena dapat membantu warga, tetapi alangkah sedih hatinya, jika ada warga yang mengeluh karena sampahnya telat diambil sehari saja. Pak Acep berharap para orangtua dapat memperjuangkan pendidikan anak-anaknya, agar tidak menjadi seperti dirinya.

Jadi, pahlawan di mata saya adalah para petugas kebersihan. Walaupun awalnya mereka terpaksa memilih pekerjaan tersebut, tenaga dan jasa mereka sangatlah besar untuk kenyamanan lingkungan. Sudah layak kita menghargai perjuangan mereka dengan cara yang sederhana untuk meringankan pekerjaan mereka dengan membuang sampah pada tempatnya dan sebisa mungkin mendaur ulang sampah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun