Saat ini tidak sedikit anak usia SD, bahkan TK, sudah tergabung dalam sebuah geng. Awasi dan bantu mereka menjadikan kelompok pertemanan lebih bermanfaat.
Masyarakat beberapa kali dikejutkan dengan berita di media massa soal ulah onar geng anak sekolah. Mulai dari melakukan kebut-kebutan di jalan raya, menindas yuniornya, bahkan melakukan tindakan kriminal seperti pencurian dan penganiayaan. Mengerikan bukan?
Tapi itulah yang terjadi di lingkungan kita saat ini. Berkumpulnya anak dalam geng sekolah adalah hal biasa. Sekarang coba tengok pergaulan buah hati Anda. Apakah mereka tergabung dengan geng dan menindas temannya atau justru sebaliknya, menjadi korban "kerajaan kecil" itu?
Alasan Anak Membentuk Geng
Selama ini mungkin Anda mengira geng hanya terbentuk di sekolah menengah. Jangan salah. Menurut psikolog Roslina Verauli, M.Psi pembentukan geng bahkan sudah terjadi saat anak di taman kanak-kanak.
Apa alasan anak-anak cenderung tergabung dalam geng pertemanan? "Sebagai manusia normal, anak-anak butuh diakui keberadaannya. Mereka pikir, dengan membentuk atau bergabung dengan geng, mereka mendapatkan kedudukan yang jelas di lingkungan pergaulan," terang Praktisi Tumbuh Kembang RS Pondok Indah dan RS Cengkareng ini.
Anak akan merasa disukai banyak teman dan memiliki kepercayaan diri karena diterima di salah satu geng. Dengan begitu mereka merasa nyaman dan aman dalam bergaul. Terlebih-lebih bila mereka tergabung dalam geng populer di sekolah. Geng populer biasanya dibentuk anak-anak yang memiliki kelebihan atau kekuatan yang besar.
Kekuatan itu bisa bermacam-macam. Bisa jadi kekayaan orangtua, kepintaran, tubuh tinggi besar, dan lain-lain. Mereka yang dianggap populer akan menentukan standar mengenai siapa saja yang berhak masuk ke dalam kelompok.
Mereka juga menyeragamkan penampilan dan perangkat pendukung pergaulan. Siapa saja yang tidak mampu mengikuti persyaratan itu akan terdepak dari geng. Maka jangan heran bila tiba-tiba anak Anda minta dibelikan tas baru padahal tas lamanya belum rusak. Atau tiba-tiba mengubah potongan rambut dari biasanya. Bisa jadi itu dia lakukan karena tuntutan geng di sekolah. Mereka akan berusaha dengan cara apapun untuk mendapatkan keinginannya itu. Mulai dari merajuk hingga mengancam mogok sekolah.
Menurut Verauli, saat di bangku SD, anak mulai menyadari bahwa hubungan pertemanan itu dapat menciptakan rasa kepemilikan yang sama, kebanggaan, dan rasa percaya diri. Mereka menciptakan nama komunitas, menentukan tempat nongkrong bareng, dan lain-lain.
Kedekatan anak dengan gengnya bahkan bisa membuat anak merasa punya "keluarga baru", selain keluarganya sendiri. Mereka akan selalu bersama-sama di setiap kegiatan, misalnya saat jam istirahat, pergi dan pulang sekolah, pesta ulang tahun, pergi les, dan lain-lain. Mereka akan menghabiskan waktunya lebih banyak bersama teman-teman satu geng daripada keluarga di rumah.