"Pastikan bahwa jika Anda masuk dalam kelompok risiko, lakukan pemeriksaan seperti foto toraks setahun sekali. Kalau Anda termasuk kelompok risiko tinggi dan memiliki gejala, datanglah ke spesialis paru untuk memastikan penyakit Anda bukan kanker paru," tegas Dr. Elisna.
Dr. Elisna mencatat tantangan pengobatan kanker paru adalah sulitnya mengambil jaringan untuk kebutuhan pemeriksaan - apakah teknik pemeriksaan dan obatnya bisa diadakan atau tidak. Ini karena pengobatan kanker paru tidak bisa berhenti selama masih dibutuhkan.
Bagaimana dengan pencegahan?
Perlu dipahami bahwa kanker paru tidak muncul begitu saja. Tubuh punya kemampuan "re-manajemen". Inilah yang membuat kanker paru bisa dicegah: ada cukup fase untuk kita melakukan pencegahan. Yang tak bisa dicegah adalah jika orangnya "bandel," sudah ada risiko tapi tetap merokok.
"Pencegahan utama: jangan pernah jadi perokok. Yang kedua, kalau sudah merokok, segeralah berhenti. Mudah-mudahan tubuh Anda bisa kembali ke fase sebelumnya, karena tidak 100 persen perokok mengalami kanker. Ketiga, lakukan cek kesehatan secara rutin," pesan Dr. Elisna.
Menurut Dr. Elisna, langkah pencegahan bisa dilakukan dengan menjalankan slogan "IÂ can" dan "We can." "I can"Â berarti sesuatu yang bisa kita lakukan untuk menyelamatkan diri sendiri agar bebas dari kanker.
"'We can' berarti ini tugas bersama, termasuk kebijakan pemerintah untuk melindungi warganya, menekan kasus, dan menciptakan lingkungan yang sehat," pungkas Dr. Elisna.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H