Â
dengarkan apa yang kuungkap
agar mengerti perasaan ini
cobalah 'tuk memahami
jeritan yang menyayat hati
engkau telah melupakan
bahkan mengusir adik kandungmu
menghina sepuas celoteh yang terlontar
tak jarang menunjuk, pergilah dari rumahku
sungguh mata yang terbutakan
hausnya sebuah kekuasaan harta
mengganggap kudatang meminta
mengharap belas santun darinya
dan aku menulis selarik di kertas usang
memberi setetes tinta dari abjad terafal
jikalau batin merindu seberkasih kasih
seperti masa-masa dua puluh tahun lalu
ah, harapan semu
pun membisu di penghujung waktu
hanya derai airmata keperihan diri
melahirkan rintihan kata salah apakah aku
Surabaya, 12 Desember 2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H