Mohon tunggu...
Rudy Yuswantoro
Rudy Yuswantoro Mohon Tunggu... Lainnya - Puisi adalah jiwaku

Penikmat Literasi || Pecandu Rindu || Pemital Aksara

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Tercampakan

12 Desember 2015   13:05 Diperbarui: 12 Desember 2015   13:05 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

 

dengarkan apa yang kuungkap
agar mengerti perasaan ini
cobalah 'tuk memahami
jeritan yang menyayat hati

engkau telah melupakan
bahkan mengusir adik kandungmu
menghina sepuas celoteh yang terlontar
tak jarang menunjuk, pergilah dari rumahku

sungguh mata yang terbutakan
hausnya sebuah kekuasaan harta
mengganggap kudatang meminta
mengharap belas santun darinya

dan aku menulis selarik di kertas usang
memberi setetes tinta dari abjad terafal
jikalau batin merindu seberkasih kasih
seperti masa-masa dua puluh tahun lalu

ah, harapan semu
pun membisu di penghujung waktu
hanya derai airmata keperihan diri
melahirkan rintihan kata salah apakah aku

Surabaya, 12 Desember 2015

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun