Pagi di ujung resah
Kucoba memital retak perjuangan
Jiwa ini kian rapuh terbelenggu
Tertindas roda-roda kehidupan tak beraturan
Aku,
Anak jiwa yang merindui
Entah rindu apa dan pada siapa merindu
Jelas bukan pada hidup yang terlena; nuansa
Ya, semua seperti panggung sandiwara
Hanya ilusi yang membunuh raga
Hingga tatap mata memandang kosong
Bersandar dalam tunduk bersimpuh padaNya
Karena sejujurnya kita bukan boneka
Yang bisa berubah menjadi upik abu atau Cinderella
Yang bisa memanjang hidungnya saat berdusta
Hidup adalah realita
Pada surga atau neraka yang sama
Surabaya, 7 Juli 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H