Mohon tunggu...
Rudy Yuswantoro
Rudy Yuswantoro Mohon Tunggu... Lainnya - Puisi adalah jiwaku

Penikmat Literasi || Pecandu Rindu || Pemital Aksara

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi | Airmata Pena

11 Agustus 2016   17:39 Diperbarui: 12 Agustus 2016   02:13 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Empat tahun tak kunjung pulang
Apalagi bersurat kabar pada orang tua
Sepertinya tak mau lagi mengenal rupa
Sosok wanita yang melahirkannya dulu 

Apakah malu kerena anak orang miskin
Atau takut bila nanti mencukupi kebutuhan
Bisa jadi memang enggan akui keberadaannya,
Entahlah 

Sampai kapan akan begini
Tingkah polahnya tiada batas berakhir
Hingga dekapan rindu sang bunda tiada tergapai
Merintih, pun menangis dalam penantian hampa 

Antara mata pena dan kertas usangku
Tak lelah terus menggurat mencari jawaban
Berdoa siang malam berharap pintu terbuka
Agar ia kembali untuk bersimpuh di antara kedua kakinya 

Surabaya Agustus 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun