Mohon tunggu...
Rudy Yuswantoro
Rudy Yuswantoro Mohon Tunggu... Lainnya - Puisi adalah jiwaku

Penikmat Literasi || Pecandu Rindu || Pemital Aksara

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Selarik Kertas Usang

27 April 2016   09:13 Diperbarui: 27 April 2016   09:17 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

hemm...

Negeri semakin panas
naluri penuh gumpalan debu
sesak dengan sejuta rasa pesakitan
tanpa terlihat keutuhan yang tersimpan

dimana kemanusiaan beradap
keadilan dan kebenaran yang tercipta
kesungguhan dari ketulusan hati
sebagai orang dalam kepedulian pada sesama

hemm...

bila harus menangis tapi untuk apa
bila harus berteriak apalah gunanya
sedang engkau disana tertawa cekikikan
tiada menghiraukan nyanyian pilu sang jelata

kalau masih seperti ini
haruskah kepercayaan diri tetap ada
menghantarkan doa-doa kepadanya?
tidak, tidak dan tidak kataku

kini telah terlampau jauh berbeda
janji-janji tak lagi ditepati
serakah berjabat tahta
mengurung jiwa

hemm...

masa bodoh
tak lagi kuceroboh
kelak nanti mengusung yang berbobot
agar tiada pemerkosaan sebuah negeri

Surabaya, 27 April 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun