Mohon tunggu...
Rudy Tantra
Rudy Tantra Mohon Tunggu... -

Writer. Blogger. Mentor. Executive in IT Company

Selanjutnya

Tutup

Money

Diversifikasi

9 Desember 2013   10:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:09 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Kata apa sih ini, mungkin begitu pertanyaan Anda yang tidak memahami bahasa asing yang dipaksakan jadi Bahasa Indonesia karena kalau diterjemahkan, jadi panjang dan kurang pas rasanya. Kalau dicari artinya mungkin ahli manajemen bisa menjelaskan panjang lebar. Tetapi dalam pengertian saya, ini lebih berarti sebagai bentuk pengembangan bisnis yang berbeda dari core yang kita tekuni selama ini. Mirip seperti pesan dalam perumpamaan tentang membagi telur dalam beberapa keranjang, sehingga kalau satu keranjang jatuh dan memecahkan telur-telur di dalamnya, kita masih punya telur-telur di keranjang lainnya.

Atau bagi yang pernah membaca buku ‘Who Move My Cheese?’ tentu tahu, bahwa suatu sumberdaya (usaha) yang memberikan hasil terus-menerus untuk mencukupi kebutuhan kita, suatu saat bisa saja hilang atau habis. Jika saat itu terjadi dan kita telah menemukan sumberdaya baru, pasti hal itu tidak akan berpengaruh banyak bagi penghasilan kita. Saya juga telah menggambarkannya dalam tulisan mengenai dualisme profesi. Tetapi kali ini saya akan menggambarkan dalam pengembangan bisnis.

Seperti juga dalam pekerjaan, usaha juga harus mengenal jalur alternatif, jika dilihat dari sudut pandang pebisnis. Jika kita hanya mengandalkan satu subyek saja dalam menciptakan sumber arus pendapatan, saat ini hal tersebut bisa dikatakan cukup riskan. Jelas, karena sekali sumber itu tersumbat, maka pendapatan pun akan tersendat. Hal ini bukan berarti kita selalu mengambil sikap pesimistis dalam menjalankan usaha, tetapi ini lebih berarti menciptakan lagi lebih banyak peluang untuk mendapatkan pendapatan. Pengembangan usaha dalam hal menciptakan sumber baru pendapatan bisa saja berada dalam bisnis inti yang sama tetapi dalam subyek (perusahaan) yang berbeda. Tetapi bila ada peluang untuk mengembangkan bisnis ke bidang yang berbeda, menurut saya hal ini akan lebih baik, selama kita mengerti juga bidang baru itu. Karena, bisa saja saat bidang utama yang kita tekuni selama ini dilanda krisis, maka usaha lain di bidang yang berbeda bisa tetap berjalan karena tidak berada dalam situasi yang sama.

Tetapi dalam diversifikasi, tentunya tidak dengan tergesa-gesa atau bahkan terlalu agresif. Kita bisa lihat contoh di era delapanpuluhan, banyak perusahaan yang tadinya biasa-biasa saja, atau bahkan perusahaan keluarga, tiba-tiba bisa menjadi konglomerat. Istilah yang banyak dipakai di era itu adalah ‘menggurita’. Sungguh mengerikan ketika kita melihat kenyataan saat krisis moneter terjadi, satu-persatu konglomerat itu runtuh meninggalkan hutang seabreg-abreg! Walaupun dalam diversifikasi kita bisa saja masuk ke bidang yang berbeda, tetapi jika bidang yang dimasuki ternyata tidak kita kuasai seluk beluknya, tentu hal itu akan menjadi sesuatu yang rapuh.

Di kelas UKM, diversifikasi juga bisa dilakukan, malahan lebih leluasa. Saya kenal seseorang yang menjalankan home industry dengan membuat permen jelly untuk anak-anak yang dititipkannya di beberapa swalayan mini. Ketika produknya sedang laris-larisnya, bahan bakunya mendadak sulit diperoleh. Akibatnya, ia kesulitan untuk memenuhi permintaan yang meningkat. Ketika ia sedang mencari alternatif bahan untuk permennya, ia menemukan produk baru yang berbeda yang kemungkinan bisa dijual, kripik singkong balado. Mulailah ia mengemas kripik tersebut ke dalam kemasan yang lebih kecil dan menarik. Singkat cerita, produk keduanya itupun bisa menutupi penjualan produk pertamanya yang menurun karena kekurangan bahan baku.

Dari ilustrasi kecil di atas kita bisa melihat bahwa untuk diversifikasi, sebetulnya tidak perlu terlalu rumit. Kadang kala hal-hal sederhana di sekitar kita yang selama ini kurang diperhatikan, bisa saja menjadi sumber inspirasi baru sebagai alternatif usaha.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun