Mohon tunggu...
Rudy Subagio
Rudy Subagio Mohon Tunggu... Lainnya - Just ordinary people, photograph and outdoors enthusiast, business and strategy learner..

Hope for the Best...Prepare for the Worst ...and Take what Comes. - anonymous- . . rudy.subagio@gmail.com . . Smada Kediri, m32 ITS, MM48 Unair

Selanjutnya

Tutup

Money

Siasat No 36: Strategi di Balik Ditutupnya Seluruh Gerai Giant di Indonesia dan Relevansinya dalam Kehidupan Sehari-hari

6 Agustus 2021   12:33 Diperbarui: 6 Agustus 2021   14:50 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Siasat nomer 36 merupakan siasat terakhir sekaligus siasat puncak dari buku klasik "36 Siasat Perang China Kuno". Hal ini bukan kebetulan mengapa siasat ini diletakkan pada bagian akhir karena bila ke-35 siasat sebelumnya gagal maka hanya inilah satu-satunya siasat yang masih bisa dilakukan yaitu : Lari. Lari merupakan siasat yang paling tepat manakala musuh mutlak lebih unggul atau dalam keadaan bahaya yang nyata yang tidak mungkin dihindari lagi. 

Tentu saja ini bukan asal lari atau lari dari kenyataaan atau masalah, dibutuhkan kepekaan dan pemahaman yang medalam berdasarkan fakta-fakta dan pengalaman sebelum memutuskan untuk lari atau sebaliknya, berjuang sampai titik darah penghabisan. 

Siasat lari ini mirip dengan teknik "hit and run" yang diterapkan dalam siasat perang gerilya, jadi lari berarti mundur sementara untuk kemudian maju lagi.

Dalam kasus ditutupnya seluruh gerai Giant di Indonesia per 1 Agustus 2021, siasat ini mejadi pilihan terakhir dari manajemen perusahaan setelah mempelajari dengan seksama kondisi "pertempuran" saat ini dan menakar peluang untuk bisa bertahan atau bahkan memenangkan pertempuran di masa depan. Secara obyektif ada beberapa indikator yang menjadi pertimbangan bagi manajemen perusahaan untuk menutup seluruh gerai Giant di seluruh wilayah Indonesia, yaitu :

  • Pergeseran tren budaya belanja
    • Perubahan perilaku masyarakat dalam berbelanja saat ini telah bergeser, mereka lebih memilih berbelanja secara praktis dan instan, mereka lebih menyukai berbelanja di tempat kecil yang praktis dan menyediakan aneka kebutuhan
  • Pertumbuhan bisnis e-commerce yang sangat cepat
    • Bisnis e-commerce terus berkembang dan mulai merambah segmen pasar ritel yang menyediakan bahan-bahan pokok dan kebutuhan dasar rumah tangga sehingga praktis semua barang yang ada di supermarket atau hypermarket juga dijual di e-commerce dengan keunggulan tawaran diskon atau promo lainnya yang lebih menggiurkan.
  • Pergerseran model bisnis ritel secara global
    • Secara global bisnis ritel raksasa kini mulai berubah dengan memperkecil ukuran tokonya sebagai bentuk efisiensi dan respon terhadap perubahan perilaku konsumen. Selain itu penjualan pun mulai dilakukan secara hybrid atau campuran, yaitu secara offline dan online.

Dari ketiga indikator diatas, peluang bagi Giant untuk tetap bertahan dalam bisnis ritel di Indonesia sangat kecil, karena kondisi Giant saat ini sudah tidak sesuai lagi dengan tren yang terjadi di masa depan. Model bisnis ritel Giant adalah model hypermarket yang memerlukan tempat yang luas, produk yang lengkap dan dalam skala besar dan tentu saja hal ini akan sangat membebani biaya tetap. 

Dibanding dengan minimarket atau toko kecil selain lebih praktis dan simple, mereka menanggung biaya tetap yang lebih kecil sehingga bisa bermanuver dengan lebih leluasa. Selain itu ancaman juga datang dari e-commerce yang lebih praktis, konsumen lebih leluasa memilih barang dan membandingkan harga, dan lebih dari itu mereka seringkali juga menawarkan diskon ataupun promo yang lebih menarik dibanding ritel offline.

Jadi pilihan menutup seluruh gerai Giant merupakan sebuah konsekuensi wajar dari evaluasi kondisi Giant saat ini dan dimasa depan. Bila dipaksakan bertahan dengan kondisi lingkungan yang sulit dan pesaing yang jauh lebih unggul maka perusahaan akan semakin berdarah-darah dan pada akhirnya kehabisan darah. 

Mundur atau menarik diri dari bisnis ritel ini bukan berarti kalah atau berkompromi, karena dengan demikian perusahaan yang membawahi Giant dapat melakukan konsolidasi dan menyusun ulang strategi komposisi portofolio perusahaan yang meliputi Hero Supermarket, Guardian, IKEA, dan Giant.

Kembali pada siasat nomer 36, siasat ini merupakan siasat yang paling berguna dalam kehidupan sehari-hari mulai dari manajemen stress, hubungan atasan dan bawahan, penjual dan pembeli dan masih banyak lagi. Dalam konsep manajemen stress, tingkat stress yang terjadi pada kita tidak tergantung dari seberapa besar beban yang harus kita tanggung melainkan pada kepekaan kita untuk tahu kapan harus mundur dan meletakkan beban untuk kemudian dapat kembali mengatasinya dengan lebih baik. 

Dalam hubungan antara atasan -- bawahan terkadang kita harus tau kapan waktunya mundur meskipun kita pada posisi yang menurut kita benar, dan dalam hubungan penjual -- pembeli terkadang tidak ada gunanya mempertahankan ego dan merasa benar namun pada akhirnya pembeli tidak mau lagi datang kepada kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun