Bagi orang yang mengerti pelabuhan, RJ Lino tidak ada prestasi. Beliau bisa exist karena kekuatan politik. Harus dapat dipahami ya, bahwa sejak zaman baheula bahkan pada zaman penjajahan VOC; pelabuhan di mata elite politik Indonesia dan Belanda pada zaman itu adalah seperti "mesin duit".
Siapapun CEO Operator Pelabuhan saat ini dan ke depan adalah bentukan keluaran "kaderisasi" dan "modus-operandi" elite politik untuk meraup aneka potensi trilyunan rupiah anggaran pemerintah pada Rencana Induk INFRASTRUKTUR fisik berbagai Program Pembangunan/ Pengembangan Pelabuhan dan/ atau yg dikerjasamakan dengan Pihak Asing.
Saya huruf-besar-kan infrastruktur di atas karena sisi SUPRASTRUKTUR-nya sering DIABAIKAN. Bukti Manajerial Priok dilihat dari sudut pandang aspek suprastruktur pelabuhan yang dikatagorikan tidak berprestasi adalah sebagai berikut:
- Pelabuhan Priok dikelola menjadi sepertil ini: http://www.kompasiana.com/rudysangian/lagi-lagi-dwelling-time-tidak-akurat_567a41d4369773ad05afa541.
- Pelabuhan Priok tidak mengerti mana Regulator Pelabuhan dan Operator Pelabuhan http://www.kompasiana.com/rudysangian/port-driven-vs-customs-driven_567f9a00547a611505901481 yang diatur oleh UU 17 Tahun 2008
- Dan seterusnya bisa dibaca pada kumpulan artikel saya di kompasiana.
Indonesia dgn jumlah 1241 pelabuhan harus punya Menteri dan CEO BUMN Operator Pelabuhan yang dapat mewujudkan UU 17/ 2008 Tentang Pelayaran; fokus lebih ke arah aspek SUPRASTRUKTUR yang lebih besar ketimbang INFRASTRUKTUR yang hanya jadi "ATM" Elite Politik.
Andaikan Pemerintah Pusat berhasil menempatkan orang yang tepat pada posisi-posisi dimaksud, maka pelabuhan Indonesia akan menjadi etalase yg menarik bagi Pelaku Usaha Internasional maupun Domestik yang akhirnya memberi kontribusi pada salah satu penerimaan negara untuk tujuan kemakmuran bangsa dan rakyat Indonesia.
Meng-elaborasi-kan perkatan etalase itu panjang ya; kurang lebih sepanjang garis katulistiwa Indonesia yang membelah bola dunia Utara & Selatan; yang dilengkapi dengan 1241 pelabuhan dan secara geografis memiliki fitur-fitur strategis yang melebihi Singapura dan negara ASEAN bahkan dunia, namun kapal-kapal itu hanya lewat doank dan lebih tertarik bertambat di Singapura ketimbang di 1241 pelabuhan Indonesia.
Asal tau ya, enggak ada di dunia ini negaranya punya ribuan pelabuhan seperti kita dengan panjang garis pantai 60.000 Km terpanjang di dunia ya.
Konsep tol laut itu HARUS DIBUKTIKAN ya; jangan akhirnya jadi bualan substansi kampanye saja.
Apapun hasilnya ke depan maka tulisan pernyataan ini akan tersimpan dengan tanggal dan jam server dan dapat dibuka kembali setelah masa pemerintahan ini berakhir, layaknya sebuah 'kapsul waktu' -- untuk apa coba ? Agar semua kompasianer tahu bahwa analisa tulisan di atas ini bisa diwujudkan atau just sebuah bualan doank ya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H