[caption id="attachment_301048" align="alignleft" width="240" caption="foto: www.telegraph.uk"][/caption]
Berawal dari isu pemanasan global. Umur bumi semakin menua, bumi sudah tidak sanggup lagi menampung rakyatnya. Banyak bencana alam terjadi, suhu bumi meningkat, populasi manusia semakin meningkat drastis, dan cuaca ekstrim mengancam hidup manusia. Hal ini menjadi pemicu para ilmuwan dan astronom mengeluarkan suatu gagasan yang di luar pemikiran orang. Membuat bumi kedua.
Mars adalah salah satu kandidatnya. Betul, saat ini NASA sedang melakukan penelitian mengenai planet mars. Misi mereka adalah membuat planet mars menjadi layak huni bagi manusia (bumi kedua). NASA telah memasang robot penjelajah (Curiosity) di mars untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya mengenai keadaan di mars. Curiosity juga telah menemukan beberapa karakteristik mars yang diduga pernah ada kehidupan di mars.
[caption id="attachment_301049" align="aligncenter" width="270" caption="Curiosity (gambar: www.theatlantic.com)"]
Pada tahun 2012 lalu Curiosity menemukan aliran air di permukaan mars. Robot itu juga telah menemukan sebuah kutub es. Bahkan ada informasi mengenai keberadaan bakteri di planet tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa planet tersebut pernah ada kehidupan.
Planet mars memang tidak sama dengan bumi. Ada beberapa hal yang harus ditingkatkan untuk menghasilkan karakter yang hampir sama dengan bumi. Suhu permukaan rata-rata pada planet mars adalah -60°C, sementara di bumi 15°C, ini berarti harus ada peningkatan suhu mars sebesar 60°C. Tekanan atmosfer di bumi adalah 1 bar, sementara di mars hanya 6-10 mbar. Ada banyak air di bumi, sementara di mars baru terdeteksi adanya bongkahan es, ini berarti harus dilakukan pemanasan global untuk mencairkan es tersebut. Sinar UV dan cosmic harus dikurangi dari permukaan mars, hal ini masih didiskusikan oleh para ilmuwan.
Suatu saat mars akan berubah menjadi bumi. Saat ini para ilmuwan dan astronom sedang mendiskusikan berbagai metode yang memungkinkan untuk dilakukan. Berbagai macam metode sudah ditemukan, hanya tinggal menyempurnakan dan terus bereksperimen. Suatu saat, teknologi dan ilmu pengetahuan akan menjawab semuanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H