Mohon tunggu...
rudya nalsya
rudya nalsya Mohon Tunggu... -

graphic designer in advertising

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Fenomena sikap kerdil

7 November 2010   02:48 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:48 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Beberapa waktu belakangan ini saya sering membaca dan bahkan mengalami sendiri situasi dimana seseorang, serta saya sendiri, dipojokan dan di maki secara kasar karena menulis/memberi komentar yang tajam atau kritis terhadap sebuah tulisan atau status seseorang di facebook. Bukan itu saja. Ada beberapa tulisan saya yang berkaitan dgn agama islam yang tujuannya adalah meng-kritisi secara terbuka dan sehat dgn harapan membuka wacana yg nantinya memperkaya khasanah pemikiran kita semua, termasuk saya sendiri tentunya.

Tapi sayang kebanyakan tanggapan yg didapat adalah komentar2 kasar yang menyertakan kata2 'bego', 'gwoblok lu', atau 'mampus aja lu' yang justru datang dari orang2 yang semestinya secara edukatif adalah orang2 yg terdidik. Bahkan di kompasiana ini sendiri, beberapa tulisan yg kritis, seperti 'dokter2 muda itu sombong sekali', atau pada tulisan 'karena di kritik, sayapun menulis' yang ditulis oleh salah seorang kompasianer, ditanggapi secara barbar oleh dokter2 muda yg merasa tersinggung akan tulisan itu.

Yg menjadi poin utama dari postingan saya ini adalah : begitu banyaknya orang2 yg secara edukatif semestinya telah terdidik dan berbudaya, teteapi ketika mereka emosi dan tersinggung segala sikap keterdidikan mereka itu lumat dan berubah menjadi sangar dan kasar dgn kalimat dan kata2 kotor serta mengancam. Disini baru saya terhenyak dan mulai menyadari bahwa ternyata terdidik belum tentu bermoral.

Dan mengapa orang2 yg secara level pendidikan bisa dikategorikan sebagai orang cerdas dan berbudaya tapi ketika tersinggung dan emosi tetap saja bersikap dan bertutur layaknya preman terminal dan bajingan pasar. Ini adalah sebuah fenomena (apakah tepat ya dibilang fenomena?) yg saya temui belakangan ini.

Apakah pola pendidikan di indonesia belum sempurna sehingga masih menghasilkan manusia terdidik secara akademis, tapi tdk terdidik secara atitud dan moralitas/tata krama, ataukah memang seperti itulah aslinya pribadi masyarakat kita? Bukankah dalam keadaan emosi seseorang akan menampilkan 'wujud' aslinya?

Mohon ditanggapi tulisan ini dgn kepala dingin dan terbuka ya teman2 kompasianer. Oiya, saya newbie disini, salam persahabatan buat semua kompasianer. Peace...

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun