Mohon tunggu...
Rudy Gani
Rudy Gani Mohon Tunggu... -

Merupakan seorang pemuda yang berdedikasi pada isu kemasyarakatan, sosial, politik, ekonomi dan budaya.\r\n\r\nAktif di HMI sebagai anggota dan sempat diberi amanah sebagai Ketua Umum Badko HMI 2010-2012.\r\n\r\nkini, sehari-hari menjadi jurnalis dan freelance di media Online dan beberapa koran cetak baik lokal dan nasional\r\n\r\ndapat dihubungi melalui email: pemudatebet@gmail.com / rudygani@berkata.co.id or follow @Rudygani

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Surat untuk Ibu Airin

6 Desember 2013   16:30 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:14 468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kepada YTH.

Ibu Airin Rachmi Diany,

Walikota Tangerang Selatan,

Yang terhormat....

Anggaplah surat ini sebagai sebuah tanda kasih sayang kami kepada Ibu. "kami" disini berarti warga biasa yang juga mencintai Kota Tangerang-Selatan selayaknya cinta ibu kepada daerah ini.

Namun, jangan sampai Ibu salah tangkap terhadap isi surat. Surat ini bukanlah sebuah surat perlawanan dari rakyat kepada Ibu. Tapi sebuah surat dari rakyat biasa kepada pemimpinnya.

Ibu, kami tahu hari-hari ini tugas Ibu begitu berat dan sulit. Pasca penangkapan Suami Ibu, TB Chaeri Wardana yang dijadikan tersangka oleh KPK dalam kasus Suap Pilkada Lebak dan proyek Alkes, hari-hari Ibu kami yakin menjadi makin sulit.

Kami bisa membayangkan bagaimana Ibu menjalani hari dengan sorotan media dan beban kerja yang juga menggurita untuk mengurus kami, rakyat Tangerang Selatan.

Belum lagi tugas rumah tangga yang mengharuskan Ibu merawat anak-anak yang lucu dan menggemaskan. Berat sekali Bu...

Kami melihat beberapa kali Ibu mendatangi gedung KPK karena status IBU sebagai seorang istri yang patuh kepada suami.

Walaupun Ibu harus menerobos kerasnya pertanyaan MEDIA, ibu terlihat tegar dan mantab menjawab berbagai pertanyaan walau hanya "Sedikit".

Melalui media itu juga kami melihat raut muka Ibu yang begitu anggun dan cantik, namun terbebani dengan semua persoalan ini.

Kami melihat dari sorot mata Ibu adaduka yang mendalam walaupun Ibu sekuat hati menahan.

Tapi semua senyum yang Ibu berikan terasa hambar dan tak lagi sedap. Walaupun kami tetap merasakan hangatnya senyum Ibu yang begitu polos dan menawan-- semua itu tak mampu membendung duka-lara yang terpancar dari diri Ibu.

Ibu, izinkan kami memberikan masukkan selayaknya anak kepada Ibu dan adik kepada kakaknya. Agar, berbagai kesulitan yang kini Ibu rasakan, sedikit demi sedikit dapat tereleminasi dari dalam diri Ibu sebagaimana yang Ibu rasakan sekarang.

Begini Bu..

Berbagai dugaan keterlibatan Ibu memang sudah santer terdengar. Pasalnya, Ibu diduga memiliki keterlibatan khusus dalam proyek Alkes yang melibatkan perusahaan suami Ibu.

Walaupun tangan ibu tidak langsung ada diproyek itu, tapi penyidik KPK dan masyarakat tidak bodoh karena Ibu "Meminjam tangan" orang lain untuk menggolkan perusahaan yang suami ibu pimpin.

Bu, kami memang bukan sarjana hukum, pengacara atau ahli hukum. Tapi setidaknya, kami masih dapat membaca buku dan koran serta berpikir soal kasus yang Ibu hadapi.

Sebab, menurut UU Tindak Pidana Korupsi, status Ibu saat ini adalah pejabat publik, Walikota Tangerang Selatan yang dipilih secara demokratis oleh rakyat.

Itu berarti, siapapun yang menjadi pejabat publik tidak boleh menyalahgunakan kekuasaan atau jabatannya untuk memperkaya diri, kelompok dan keluarganya. Itu bunyi UU tersebut yang coba kami kaji, Bu...

Ibu, maaf jika kami mendahului putusan pengadilan maupun takdir Tuhan.

Menurut hemat kami, biar Ibu tutupi secanggih apapun, semahal apapun Ibu membayar pengacara-- HUKUM TUHAN lebih dahsyat Bu daripada hukum apapun di dunia.

Ibu pasti tahu akan hal tersebut karena Ibu juga sama-sama meyakini hal itu.

Bu, kebohongan yang ditutupi serapih apapun kelak akan terbongkar. Sebab itu adalah sunatullah yang tidak bisa kita elakkan.

Kami akan sedih Bu jika Ibu terus memposisikan diri sebagai orang yang "DIAM" dan menutupi apa yang IBU ketahui dalam semua kasus ini.

Sorotan media, sikap kritis masyarakat yang saat ini begitu luas dan besar-- tak dapat membendung berbagai upaya untuk meredam kasus Ibu agar dilupakan atau dibelokkan.

KPK sendiri juga begitu. Mereka diisi oleh orang-orang yang kami nilai "bersih" sehingga tak mampu "dibayar" berapapun nilai yang Ibu tawarkan.

Praktis, tidak ada satupun koruptor yang mampu lolos dari jeratan media, pengawasan masyarakat dan KPK selama ini. Kalaupun ada itu hanya sebagian kecil saja Bu yang lolos.

Ibu, mungkin surat ini terlalu lancang atau terkesan menggurui Ibu. Tapi, di dalam hati kecil kami, tak lebih sebagai ungkapan sayang kami kepada Ibu dan kota Tangerang Selatan. Itu saja motivasi kami.

Karena itu Bu, kami meminta dengan kerendahan hati agar Ibu bisa fokus pada kasus yang saat ini sedang menimpa keluarga dan suami Ibu.

Dengan penuh kesadaran kami meminta agar IBU MENGUNDURKAN DIRI sebagai bentuk tanggung jawab dan KEDEWASAAN BERPOLITIK IBU pada jabatan WALIKOTA TANGSEL periode 2011-2016 apabila nanti KPK MENETAPKAN IBU SEBAGAI TERSANGKA.

Kami yakin sekali pengunduran diri IBU tidak akan membuat IBU kehilangan harga diri sebagai seorang pejabat publik.

Sebab, kami akan memandang bahwa sikap yang IBU ambil adalah sikap yang sangat positif bagi perkembangan DEMOKRASI dan HUKUM yang menjadi kewajiban seluruh warga negara.

Ketika IBU MUNDUR sebagai WALIKOTA kami yakin IBU akan lebih FOKUS pada keluarga dan kasus HUKUM yang menimpa IBU.

Ibu akan lebih terhormat dibanding IBU tetap berkelit menyusun akal agar tidak terjerat.

Kami berjanji akan membantu sebisa mungkin apa yang kami ketahui terkait kasus yang sedang IBU hadapi.

Dan tentu saja yang paling terpenting kami tidak akan pernah LUPA jasa IBU membangun KOTA TANGSEL selama kurang lebih 2 tahun ini.

IBU, surat ini bukan surat yang berbau politis. Walaupun memang surat ini berbicara soal kekuasaan politik tapi surat ini kami buat langsung dari lubuk hati kami yang terdalam tanpa tendensi politis apapun.

Kami bukanlah LAWAN POLITIK IBU sebagaimana yang mungkin terbayang dipikiran Ibu.

KAMI juga bukan LAWAN POLITIK keluarga karena kami hanya kumpulan INDIVIDU yang waras dan ingin TANGSEL lebih maju, modern dan religius sebagaimana CITA-CITA IBU.

IZINKANLAH kami menata TANGSEL tanpa kehadiran IBU lagi...

Mungkin TUHAN sudah mencukupkan TUGAS Ibu untuk membangun TANGSEL dengan datangnya kasus ini.

Terima kasih IBU atas jasanya selama ini. Insya Allah warga Tangsel akan terus mengenang jasa yang telah ibu berikan untuk MENATA TANGSEL selama ini.

Dari Kami Bu, masyarakat biasa yang sadar dan waras...

Jakarta-Banten, 6 Desember 2013

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun