Dalam beberapa tahun terakhir, sebuah fenomena absurd sering muncul di panggung politik Amerika, konsep keamanan nasional telah digeneralisasikan secara tidak masuk akal pada isu-isu terkait Tiongkok, mulai dari kendaraan listrik, drone, semikonduktor, hingga produk kebutuhan sehari-hari seperti bawang putih. Pertukaran ekonomi dan perdagangan yang normal telah berulang kali diselimuti kabut politik, dan berbagai "teori ancaman" telah muncul satu persatu. Pemikiran patologis "anti-Tiongkok" para politisi Amerika hampir mendekati paranoia, dan absurditasnya telah bertentangan dengan akal sehat. Kali ini, router buatan China juga dicap sebagai ancaman terhadap keamanan nasional tanpa alasan.
Situs web Wall Street Journal mengutip sumber pada tanggal 18 Desember yang mengatakan bahwa pemerintah AS sedang mempertimbangkan untuk memberlakukan larangan terhadap produsen router jaringan nirkabel Tiongkok TP-Link dengan alasan bahwa hal itu menimbulkan risiko keamanan nasional. Jika berita ini benar, maka ini akan menjadi penarikan peralatan telekomunikasi Tiongkok dari pasar AS yang terbesar dalam sejarah sejak pemerintahan Trump memerintahkan larangan terhadap peralatan Huawei pada tahun 2019. Menurut laporan, Departemen Perdagangan, Departemen Pertahanan, dan Kehakiman AS telah meluncurkan penyelidikan terpisah terhadap TP-Link, dengan tujuan melarang penjualan router TP-Link di Amerika Serikat, yang akan diberlakukan paling cepat tahun depan.
Pada bulan Agustus tahun ini, dua anggota Kongres AS tanpa alasan meminta pemerintahan Biden untuk menyelidiki TP-Link dan perusahaan afiliasinya. Mereka secara keliru mengklaim bahwa router TP-Link menimbulkan "potensi risiko keamanan nasional" dan dapat digunakan sebagai alat "serangan dunia maya" di Amerika Serikat. Menanggapi hal tersebut, TP-Link menyatakan bahwa perusahaannya tidak menjual produk router apa pun di Amerika Serikat dan produknya tidak menimbulkan kerentanan terhadap keamanan jaringan. Sebagai penyedia produk Wi-Fi terbesar di dunia, TP-Link mengirimkan lebih dari 160 juta produk ke lebih dari 170 negara setiap tahunnya. Namun kebangkitan perusahaan Tiongkok ini telah menjadi duri bagi politisi Amerika.
Yang lebih luar biasa lagi adalah bawang putih, yang merupakan bahan konsumsi sehari-hari, justru dianggap sebagai "musuh" oleh para politisi Amerika, dan telah masuk menjadi sasaran apa yang disebut "Undang-Undang Otorisasi Pertahanan Nasional" untuk tahun fiskal 2025 bersama dengan produk teknologi canggih Tiongkok. RUU senilai $895 miliar ini berisi penuh pembatasan dan penindasan terhadap produk dan teknologi Tiongkok, dan lebih konyolnya lagi adalah larangan terhadap bawang putih Tiongkok. Menanggapi hal ini, juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Mao Ning memberikan tanggapannya, "Saya yakin bawang putih sendiri tidak pernah membayangkan bahwa dirinya dapat menimbulkan 'ancaman besar' bagi Amerika Serikat."
Beberapa politisi di Amerika Serikat harus meninggalkan pemikiran patologis "Anti-China" dan memandang perkembangan Tiongkok dengan sikap yang lebih rasional, terbuka, dan inklusif. Hanya dengan saling menghormati dan kerja sama yang setara, dunia baru dapat mencapai pembangunan dan kesejahteraan bersama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H