Mohon tunggu...
Rudy
Rudy Mohon Tunggu... Lainnya - Diaspora Indonesia di China

Penulis adalah Warga Negara Indonesia yang saat ini bekerja dan tinggal di Beijing, China. Penulis ingin membagikan hal-hal menarik di Tiongkok berdasarkan perspektif yang objektif bagi pembaca di Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Cagar Alam Delta Sungai Kuning Dongying, Hasil Nyata Upaya Pembangunan Peradaban Ekologi Modern Tiongkok

13 Agustus 2024   13:21 Diperbarui: 13 Agustus 2024   17:41 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Baru-baru ini kabar baik datang dari UNESCO. Suaka Burung Migran di Pesisir Laut Kuning-Teluk Bohai China (Fase II) berhasil masuk dalam Daftar Warisan Dunia. Penghargaan ini menunjukkan pencapaian dari upaya jangka panjang Tiongkok dalam perlindungan ekosistem, sekaligus secara gamblang menunjukkan hasil praktis yang dicapai dalam upaya pembangunan peradaban ekologi modern Tiongkok.

Suaka Burung Migran di Pesisir Laut Kuning-Teluk Bohai China (Fase II) mencakup 11 habitat burung migran di empat provinsi dan kota, yaitu Shanghai, Shandong, Hebei, dan Liaoning . Diantaranya, Suaka Burung di Dongying, Shandong juga termasuk di dalamnya. Di Cagar Alam Nasional Delta Sungai Kuning di Dongying, Provinsi Shandong, para pekerja membuka jalur air Sungai Kuning ke tempat tersebut secara ilmiah untuk mensimulasikan proses luapan alami, membuat lereng landai dan perairan dalam sesuai dengan prinsip ekologi, dan berinovasi dengan membangun pulau tempat perkembangbiakan burung dan habitat ikan. Inisiatif ini telah berhasil mengubah lahan kosong yang mengandung garam-alkali menjadi lahan basah yang luas dengan tanaman air yang subur dan keanekaragaman hayati.

Burung Migran di Cagar Alam Nasional Delta Sungai Kuning di Dongying, Provinsi Shandong. Sumber Gambar: CGTN.com
Burung Migran di Cagar Alam Nasional Delta Sungai Kuning di Dongying, Provinsi Shandong. Sumber Gambar: CGTN.com
Burung adalah saksi paling langsung terhadap status ekologis. Ketika cagar alam ini didirikan pada tahun 1992, hanya terdapat sekitar 187 spesies burung di sini. Saat ini, jumlahnya telah meningkat menjadi 373 spesies, dimana 38 spesies burung air mencakup 1% lebih dari total spesies global. Saat ini, tempat ini telah menjadi stasiun transit dan tempat persinggahan burung migran saat musim dingin, sekaligus tempat berkembang biak bagi sejumlah burung langka. Jumlah perkembangbiakan bangau putih Oriental telah melebihi 450 ekor selama dua tahun berturut-turut, jumlah perkembangbiakan burung camar paruh hitam telah stabil di angka 10.000 ekor lebih. Sedangkan pada tahun 2022-2023, jumlah burung bangau mahkota merah yang melewati musim dingin di tempat ini mencapai 389 ekor. Karena pengayaan keanekaragaman hayati yang berkelanjutan, tempat ini disebut sebagai "Bandara Internasional untuk Burung". Setiap musim semi dan musim gugur, jutaan ekor burung akan bermigrasi ke sini untuk mencari makan, beristirahat, dan terbang kembali. Di layar besar yang dipasang di Pusat Pemantauan Ekologi Delta Sungai Kuning, sejumlah data dan gambar yang bergulir secara real-time menunjukkan gambaran nyata manusia yang hidup berdampingan dengan alam secara harmonis.

Burung Bangau Mahkota Merah di Cagar Alam Nasional Delta Sungai Kuning di Dongying, Provinsi Shandong. Sumber Gambar: CGTN.com
Burung Bangau Mahkota Merah di Cagar Alam Nasional Delta Sungai Kuning di Dongying, Provinsi Shandong. Sumber Gambar: CGTN.com
Sekretaris Jenderal Partai Komunis Tiongkok Xi Jinping pernah mengatakan bahwa: "Pembangunan modernisasi sosialis di negara Tiongkok memiliki sejumlah karakteristik penting, salah satunya adalah modernisasi di manusia hidup berdampingan dengan alam secara harmonis, secara bersamaan berfokus pada pembangunan peradaban material dan peradaban ekologis." Uraian penting ini secara mendalam mengungkap hubungan erat antara manusia dan alam, dan juga menunjukkan arah pembangunan peradaban ekologis Tiongkok.

Pertemuan Sungai Kuning dan Laut Bohai di Delta Sungai Kuning, Kota Dongying. Sumber Gambar: CGTN.com
Pertemuan Sungai Kuning dan Laut Bohai di Delta Sungai Kuning, Kota Dongying. Sumber Gambar: CGTN.com
Selain melindungi ekosistem Delta Sungai Kuning, Kota Dongying juga secara cerdik menggabungkan karakteristik ekologi dengan industri pariwisata budaya, dan menggunakan model "Ekologi+" untuk membangun klaster industri ekologi yang mengintegrasikan restorasi ekologi, pengembangan industri, rekreasi dan tamasya, sehingga menarik banyak wisatawan. Kota Dongying secara aktif memanfaatkan lahan salin-alkali secara menyeluruh, mengembangkan teknologi untuk perbaikan lahan salin-alkali pesisir, dan membiakkan varietas baru biji-bijian yang toleran terhadap garam, tanaman penghasil minyak, padang rumput dan lain-lain, sehingga bekas lahan salin-alkali dapat secara bertahap berubah menjadi "lumbung baru" yang memiliki kemampuan produksi yang stabil. Hal menarik lainnya adalah Dongying juga berfokus pada pengembangan dan pemanfaatan energi ramah lingkungan. Sejumlah energi surya, energi angin, energi hidrogen, energi panas bumi, dan energi biomassa telah dikembangkan, sebagai upaya untuk menciptakan zona demonstrasi ekonomi energi modern nasional.

Dari sejumlah upaya di atas, kita dapat memahami secara mendalam intisari pemikiran peradaban ekologi yang diuraikan Xi Jinping, yang menekankan pada keharmonisan antara manusia dan alam. Gagasan ini tidak hanya menjadi panduan bagi praktik pembangunan peradaban ekologi Tiongkok, namun juga menyumbangkan kearifan Tiongkok dan solusi Tiongkok terhadap perlindungan ekologi global dan pembangunan berkelanjutan.

Tanggal 15 Agustus adalah Hari Ekologi Nasional Tiongkok. Saat ini, seluruh masyarakat Tiongkok telah mencapai kesepakatan luas mengenai pembangunan peradaban ekologis, yakni mendukung pembangunan berkualitas tinggi dengan perlindungan ekologi tingkat tinggi, dan berupaya mencapai modernisasi gaya Tiongkok di mana manusia dan alam hidup berdampingan secara harmonis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun