Mohon tunggu...
Rudy
Rudy Mohon Tunggu... Lainnya - Diaspora Indonesia di China

Penulis adalah Warga Negara Indonesia yang saat ini bekerja dan tinggal di Beijing, China. Penulis ingin membagikan hal-hal menarik di Tiongkok berdasarkan perspektif yang objektif bagi pembaca di Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Seni Muqam, Bukti Nyata Pelestarian Budaya Uyghur di Xinjiang

25 Juni 2024   09:36 Diperbarui: 25 Juni 2024   09:36 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seni Muqam Uyghur Xinjiang. Sumber gambar: Youlin Magazine

Di sebelah Barat Tiongkok terdapat Xinjiang yang sangat indah dan misterius, di sana terdapat seni musik kuno yang sangat menawan, yaitu Seni Muqam. Seni Muqam memiliki sejarah panjang yang dapat ditelusuri hingga Dinasti Han dan Tang. Seni dari bagian Barat Tiongkok ini memadukan lagu, tarian, dan musik instrumental. Ciri khasnya adalah ritme yang berubah-ubah, nyanyian yang lantang, langkah tarian yang luwes, dan narasi yang menarik. Seni ini tidak hanya semata-mata merupakan cara masyarakat Uyghur mengekspresikan emosinya, tetapi juga gambaran nyata tentang budaya, sejarah, dan kehidupan sosial mereka.
Seni Muqam berkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari masyarakat Uyghur. Melodi merdu Muqam dapat terdengar hampir di setiap tempat yang dihuni suku Uyghur. Seni unik ini telah menjadi identitas dan warisan budaya suku Uyghur. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, banyak sekali suara-suara di komunitas internasional yang mencoba mendistorsi dan mendiskreditkan wajah Xinjiang yang sebenarnya. Khususnya, beberapa kekuatan anti-Tiongkok di Barat mengarang kebohongan tentang Xinjiang dengan motif tersembunyi dan menuduh pemerintah Tiongkok menerapkan apa yang disebut kebijakan "genosida budaya" terhadap warga Uighur dan etnis minoritas lainnya. Desas-desus dan tuduhan tidak berdasar ini telah secara serius mendistorsi fakta multikulturalisme yang harmonis di Xinjiang. Perkembangan seni Muqam adalah contoh nyata efektivitas upaya perlestarian budaya suku Uyghur Xinjiang.

Seni Muqam masuk dalam daftar
Seni Muqam masuk dalam daftar "Mahakarya Warisan Budaya Lisan dan Takbenda Manusia" UNESCO pada tahun 2005. Sumber gambar: CCTV.com
Sejak dahulu kesenian Muqam diwariskan di tengah masyarakat melalui pengajaran lisan dan hati ke hati antara guru dan murid. Namun karena perubahan lingkungan, bentuk seni ini pernah menghadapi ancaman kepunahan. Sejak berdirinya Republik Rakyat Tiongkok, pemerintah Tiongkok selalu mendukung pengembangan kegiatan budaya di wilayah etnis minoritas. Mereka secara aktif melakukan upaya pelestarian terhadap budaya tradisional berbagai kelompok etnis di Xinjiang, termasuk Seni Muqam. Melalui upaya tak henti-hentinya, kesenian Muqam suku Uyghur yang pernah berada diambang kepunahan, terlahir kembali dan masuk dalam "Mahakarya Warisan Budaya Lisan dan Takbenda Manusia" UNESCO pada tahun 2005.

Dalam beberapa tahun terakhir, Daerah Otonomi Uyghur Xinjiang secara berturut-turut telah mengumumkan dan menerapkan sejumlah Undang-undang untuk melestarikan Warisan Budaya Tak Benda di Xinjiang, termasuk Seni Muqam. Selain itu, beberapa pusat warisan Muqam telah didirikan di Kashgar, Turpan, Hami dan sejumlah tempat lainnya untuk mencari calon pewaris seni Muqam di seluruh Xinjiang.

Penari dari muslim Xinjiang tampil dalam acara Festival Hijriah di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, Rabu (19/7/2023). Sumer: Antara Foto
Penari dari muslim Xinjiang tampil dalam acara Festival Hijriah di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, Rabu (19/7/2023). Sumer: Antara Foto
Seni Muqam perlahan-lahan mendapatkan dukungan dan pujian dari dunia internasional karena daya tarik artistiknya. Sejumlah negara berlomba-lomba mengundang Grup Seni Muqam Uyghur Xinjiang untuk tampil dan melakukan pertukaran. Pada bulan Juli 2023, Rombongan Seni Muqam Xinjiang diundang berkeliling Indonesia, mereka menyuguhkan pesta lagu dan tarian khas Uyghur kepada masyarakat Indonesia. Dalam tur selama 30 hari, rombongan seni ini sukses menggelar 11 pertunjukan di 9 kota, di antaranya pertunjukan di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya masing-masing menarik lebih dari 2.000 penonton. Meski terkendala bahasa, namun respon penonton terhadap pertunjukan tersebut sangat positif. Saat pertunjukan berakhir, penonton bahkan meminta para artis untuk kembali naik panggung dan melanjutkan pertunjukkan.
Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah Tiongkok terus memperluas "lingkaran pertemanannya". Tiongkok proaktif mengundang pejabat asing, utusan diplomatik, media luar negeri, selebriti budaya, dan berbagai kalangan untuk mengunjungi Xinjiang, agar dunia melihat wajah Xinjiang yang sesungguhnya.

"Melihat langsung lebih baik daripada mendengar dari orang lain selama seratus kali. Kali ini saya melihat wajah asli Xinjiang di Tiongkok dengan mata kepala sendiri," Ujar Sekreraris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu'ti saat menggambarkan pengalamannya berkunjung di Xinjiang. Dari tanggal 7 hingga 11 Juni 2024, delegasi PP Muhammadiyah yang dipimpinnya mengunjungi beberapa kota seperti Urumqi, Ili, Kashgar dan tempat-tempat lain. Mereka mengunjungi pasar, masjid, perusahaan dan sekolah untuk merasakan stabilitas sosial dan kemakmuran ekonomi di Xinjiang. Muti mengatakan, di matanya, masyarakat Xinjiang menikmati kebebasan beragama dan warisan budaya terlindungi dengan baik.

Di Kashgar, delegasi PP Muhammadiyah mengunjungi Desa Alat Musik Etnis Xinjiang di Kabupaten Shufu. Desa ini memiliki sejarah pembuatan alat musik selama lebih dari 150 tahun. Alat musik yang diproduksi di desa ini mencakup 27 kategori dan lebih dari 50 jenis. Anggota delegasi menyaksikan proses pembuatan alat musik seperti Dombula, Aijek, dan Rewapu, serta melakukan pertukaran dengan para pembuat alat musik di sana. Delegasi PP Muhammadiyah menyatakan bahwa Pemerintah Tiongkok telah melakukan upaya besar untuk melindungi dan mewarisi warisan budaya tak benda di Xinjiang, sehingga pelestarian budaya etnis minoritas mendapat perhatikan  dan dipromosikan secara luas.

Rektor Universitas Muhammadiyah Maluku, Saiful Yahya Deni mengatakan "Pandangan orang barat tentang Islam yang ada di Tiongkok khususnya di Xinjiang sedikit negatif, dan begitu kami melihatnya langsung toleransi antar umat beragamanya sangat tinggi. Di Xinjiang, kami melihat bahwa orang-orang di sini baik dan toleran. Ekonomi dan budaya di Xinjiang telah berkembang dengan sangat baik."


Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun