Mohon tunggu...
Rudy Chandra
Rudy Chandra Mohon Tunggu... Dosen - Menjadi Pribadi yang Aktif & Positif

Rudi Candra lahir di kabupaten Jember, pada bulan Mei 1983, menyelesaikan pendidikan S1 di Universitas Al-Azhar Mesir dalam bidang Tafsir dan Studi Al-Qur'an, sedangkan pada strata S2 diselesaikan di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, pada bidang studi ilmu Hubungan Internasional. Saat ini berprofesi sebagai pendidik di Universitas Darussalam Gontor Ponorogo.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Karena Pemuda adalah Tulang Punggung Bangsa

25 September 2019   09:43 Diperbarui: 25 September 2019   09:49 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bendera Merah Putih di KBRI Cairo Mesir (oleh: Rudi Candra, 24/04/2009)

Saat Nusantara terpuruk oleh belenggu penjajahan, sejumlah pemuda dari berbagai pulau di Nusantara berkumpul dalam kongres Pemuda di Batavia pada tanggal 27-28 Oktober 1928.

Kongres tersebut melahirkan kesepakatan final akan persatuan seluruh masyarakat dari berbagai pulau di Nusantara untuk menjadi satu bangsa, satu tanah air dan satu bahasa, kesepakatan inilah yang kemudian menjadi tonggak kemerdekaan Indonesia yang nantinya diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945.

Pasca proklamasi, negara Indonesia yang baru berdiri, membutuhkan pengakuan dunia internasional. Ini adalah modal utama bagi eksistensi sebuah bangsa, sekaligus legitimasi di forum internasional, agar kemudian bisa berdirik tegak setara dengan bangsa-bangsa lainnya di dunia.

Sekali lagi para pemuda Indonesia bersuara. Sekumpulan pemuda-pemuda Indonesia yang menuntut ilmu di negeri Piramida, bergerak untuk meyakinkan negara-negara di Liga Arab agar dengan segera mengakui kemerdekaan Indonesia. Tidak lama, hanya selang beberapa tahun; Mesir, Suriah, Palestina, Iran dan negara-negara Arab lainnya memberikan pengakuan de jure atas kemerdekaan Indonesia.

Pengakuan dunia atas kemedekaan Indonesia inilah yang akhirnya memaksa Belanda mengakui kedaulatan pemerintahan Indonesia dalam Konfrensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag, Belanda.

Setelah Indonesia merdeka, dan seluruh elemen bangsa menikmati kemerdekaannya, hingga pada tahun 1998, Indonesia terperosok dalam krisis ekonomi. Pemerintahan otoriter yang diberlakukan pada periode Orde Baru, melahirkan pembusukan. 

Demokrasi Indonesia teracam sirna. Situasi inilah yang kemudian memanggil para pemuda Indonesia kembali bangkit, melawan ketidak-adilan. Bermodalkan suara dan tekad membara. 

Tidak perlu lama, Orde Baru tumbang, untuk kemudian Indonesia masuk dalam periode reformasi; untuk sebuah demokrasi dan hak asasi.

Kini, di akhir September 2019, media massa dan informasi berita di Indonesia diisi tentang perjuangan heroik para pemuda di Senayan Jakarta, menyuarakan kebenaran dan keadilan dalam versi mereka. 

Bulan ini rupanya menjadi bulan yang penuh dengan cerita, bukan cerita tentang Rapat Paripurna atas kerja panjang para anggota DPR dalam menyusun dan mengesahkan Rancangan Undang-undang (RUU), melainkan cerita unik tentang "wakil rakyat harus 'berduel' dengan rakyat yang telah diwakilinya".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun