Latar Belakang
1.1.Masalah actual korupsi di Indonesia
Kita mengetahui bahwa akhir-akhir ini marak terjadi kasus korupsi yang melibatkan para petinggi negeri ini. Mulai dari menteri sampai aktivis partai pun juga terseret pada jerat kasus yang sama yaitu korupsi. Mulai kasus pengadaan kompleks olah raga sampai kasus daging sapiimpor. Korupsi yang menyebabkan uang Negara yang berasal dari rakyat digunakan kepentingan perseorangan atau kelompok akhirnya menjadikan rakyat semakin tertindas dan tidak bias menikmati uang mereka sendiri. Berapa banyak uang yang dikorupsi yang bias digunakan utk membangun sarana sekolah bagi sekolah yang hamper roboh, berapa sarana jalan yg bias diperbaiki utk perhubungan antar desa, berapa puskesmas atau rumah sakit yg bias dibangun utk membuat sarana kesehatan bagi rakyat didaerah terpencil, bahkan berapa lapangan pekerjaan yg bias dibuka dg uang hasil korupsi tersebut? Tidak lain tidak bukan akibat korupsi tersebut bahkan bias mengakibatkan sebuah perdaban Negara menjadi hancur. Kita ambil sedikit contoh dari kasus korupsi yang paling gress, dimana seorang ‘kurir’ membawa uang sebesar 1 Milyar. Uang sebesar 1 Milyar jika dikonversikan ke dalam pembangunan sekolah yg rata-rata mengahbiskan biaya 70-100 juta rupiah, maka akan bias mmemperbaiki 10-14 sekolah baru untuk daerah tertinggal semisal Papua atau pedalaman Kalimantan yang sehari-hari ank-anaknya harus menempuh perjalanan hamper satu hari utk bersekolah. Bisa dibayangkan berapa sarana umum utk rakyat yang bias dibangun dari hasil korupsi yang bahkan bernilai Trilyunan rupiah tersebut. Masalah korupsi ini memang sudah menjadi budaya di Indonesia, bahkan ada ungkapan ketika masuk ke dunia politik seorang yg dulunya bahkan sebagai aktivis dengan tegas dan selalu memperjuangkan hak-hak rakyat ketika masuk ke dalam lingkaran politik akan berubah seratus delapan puluh derajat menjadi para pelaku korupsi itu sendiri.
1.2.Masalah korupsi yg melunturkan idealism aktivis
Tidak heran karena jika menilik sejarah maka kita pun akan menjumpai banyak sekali aktivis-aktivis rakyat yg masuk ke politik setelah diberi tempat utk memperjuangkan idealismenya malah luntur karena loby-loby politik penguasa zaman itu. Terjadi ketika zaman orde baru pertama kalinya yaitu ketika banyak sekali mahasiswa dari ormas-ormas mahasiswa yang tergabung dalam KAMI (kesatuan Aksi Mahsiswa Indonesia) memperjuangkan hak-hak rakyat agar terlepas dari cengkeraman orde lama Soekarno ketika masuk ke politik praktis, idealism mereka luntur dan menghasilkan watak yang seratus delapan puluh derajat berbedanya menjadi ‘antek-antek’ orde baru agar mendukung kekuasaan saat itu. Tidak hanya berhenti sampai saat itu, kita jumpai pula bagaimana banyaknya aktivis hak-hak rakyat pada zaman reformasi yang idealismnya menentang rezim Soeharto bahkan rela setiap hari terancam nyawanya hanya utk memperjuangkan hak-hak rakyat yang direnggut oleh kediktatoran orde baru pun berubah menjadi para ‘ tikus’ di DPR maupun MPR saat itu. Sampai saat ini kejadian kebalikan 180 derajat tersebut berulang menimbulkan sosok-sosok baru sebagai tersangkanya. Bahkan yang menyedihkan adalah hal tersebut tidak jarang melibatkan aktivis partai yang menyebut dirinya partai Islam. Seharusnya yang menjadikan acuan perubahan dan mengemban nilai-nilai agama, namun tak mampu tahan dari godaan dunia berupa korupsi. Ada aktivis dakwah yang dulunya begitu idealis namun ketika masuk ke jalur kekuasaan, jam tangannya saja bernilai 70 juta bahkan ada yang rumahnya lima dg harga 5 Milyar satu unitnya.
1.3.Masalah korupsi yg sudah mendarah daging di hamper seluruh element masyarakat
Sebenarnya masalah korupsi ini adalah hal yg sudah membudaya di seluruh negeri ini, tidak hanya petinggi negeri namun sampai kalangan menengah ke bawah pun juga tidak bias lepas dari masalah korupsi ini. Kita bias melihat dari kasus korupsi Gayus Tambunan dan beberapa pegawai rendahan pajak Negara pun juga melakukan korupsi yang nilainya Milyaran rupiah. Bahkan tidak hanya itu, pungutan liar yang dilakukan oleh PNS di hamper seluruh daerah di Indonesia telah menjadi rahasia public, mulai dari pungutan KTP, akta tanah, urusan sengketa dll. Tidak hanya di pegawai pemerintahan, korupsi pun terjadi di dunia pendidikan di Indonesia. Mulai dari pihak sekolah yang mengadakan uang pembangunan kepada siswa, atau pengadaan buku, seragam sekolah dan lain sebagainya. Yang jika ditilik dari realisasinya banyak yg tidak sesuai dg anggaran. Hal ini sangat jamak terjadi di negeri ini. Sehingga memang korupsi menjadi semacam budaya yg tak bias dg mudah lepas dari pribadi bangsa Indonesia.
1.4.Beberapa sumber masalah korupsi
Memang jika dilihat lebih dalam penyebab dari korupsi itu sendiri ada beberapa hal yg bias menjadi sumber masalah, baik dari internal atau eksternal orang tersebut. Dilihat dari sisi internal, kita akan melihat bahwa yang sangat mempengaruhi adalah gaya hidup mewah atau berlebihan dari masyarakat Indonesia itu sendiri. Bahwa gaya hidup mewah namun tidak diimbangi dg pemasukan yg besar secara halal akhirnya menjadikan seseorang itu ingin mewujudkan keinginan yg berlebihan itu dg berbagai cara yg tidak halal, bias dg mencuri, merampok, menjual diri dan lebih sering kita jumpai kasus korupsi tersebut, karena resikonya pun lebih rendah daripada mencuri dan merampok yg bias membahayakan nyawa atau menjual diri juga. Akhirnya dg kewenangan yg lebih, seseorang bias memanfaatkannya utk mendapatkan uang yg diinginkannya. Akibat gaya hidup mewah inilah niat berbuat akan muncul. Yang kedua berasal dari eksternal diri, yaitu system pengendalian keuangan yg kurang ketat serta hukuman bagi koruptor yg kurang berat. Menyebabkan kesempatan bagi orang yg berniat korupsi menjadi mempunyai kesempatan utk melakukannya. Kurang ketatnya system pengendalian keuangan menjadikan orang bias memanipulasi laporan keuangan agar bias mendapatkan keuntungan dari situ, yg kedua adalah hukuman yg kurang berat bagi koruptor dimana mereka hanya dihukum penjara tidak lebih dari pencuri ayam atau sandal yg tertangkap. Sehingga mereka pun berpikir mencuri dg korupsi sama saja hukumannya sehingga mengapa tidak melakukan kejahatan yg hukumannya sama namun keuntungannya jauh lebih besar. Jika perpaduan antara niat dan kesempatan terjadi inilah yg akan membawa pada perilaku menyimpang tersebut. Seperti kata bang Napi, kejahatan tidak hanya bermula dari adanya niat namun juga ada kesempatan. Inilah ironi yang terjadi di bangsa Indonesia.
1.5.Permasalahan gaya hidup mewah yang sudah sistemik
Masalah gaya hidup mewah memang sudah terjadi sistemik di masyarakat karena arus informasi di masyarakat yg hamper tanpa tedeng aling-aling. Dimana kita bias menyaksikan mulai dari film-film, sinetron yg ada di televisi bahkan sampai infotainment-infotainment lebih banyak menyedot waktu tayang daripada acara pendidikan atau berita social kemasyarakatan ataupun agama. Dimana dari tayangan tersebut pola piker masyarakat banyak dibentuk, kita bias melihat bagaimana hal-hal mewah lah yang lebih banyak disorot pada tayangan-tayangan infotainment, sinetron atau film-film tersebut. Sehingga mengakibatkan pola piker dari masyarakat pun juga menjadikan hal-hal mewah tersebut (barang, pakaian, rumah, makanan, dll) sebagai hal yg diprimordialkan. Hal inilah yg akhirnya mempengaruhi keinginan-keinginan yg berlebihan dari pada diri masyarakat. Dan sayangnya mulai dari element terkecil dari masyarakat sampai petinggi di negeri Indonesia pun terpengaruh gaya hidup ini. Bahkan sekarang bias kita lihat anak kecil yg masih SD atau pun tukang becak saja mempunyai HP lebih dari satu yg bahkan punya gadget cukup mahal. Atau bagaimana kita ketahui rencana pembangunan gedung DPR yg memakan biaya 1,2 T yg bahkan bias setara dg 32.000 sekolah baru. Ini adalah bukti nyata dari gaya hidup yg terjadi di masyarakat kita selama ini.
2.Rumusan Masalah
2.1.Hal yang mencegah pada gaya hidup mewah?
Lantas apa yg bias kita lakukan sebagai mahasiswa Islam yg berkesadaran untuk menghentikan korupsi dari masyarakat Indonesia ini?
3.Nilai Penting Pembahasan
3.1.Mengetahui keburukan gaya hidup mewah
3.2.Mencegah korupsi dari diri sendiri
3.3.Mengetahui cara hidup yang benar
4.Pembahasan
4.1.Larangan Allah terhadap hidup bermewah-mewah
a.Pengertian dan contoh hidup bermewah-mewah
i.Segi bahasa
Secara bahasa di dalam KBBI, berlebihan mempunyai makna; banyak sekali (tidak secukupnya), amat sangat (harga barang itu berlebihan mahalnya), aneh/tidak sewajarnya (tingkahnya berlebihan).
Mewah: serba banyak serba indah, serba berlebih
Hidup mewah; makanan, pakaian dan barang serba banyak mahal dan indah.
Barang mewah: barang yg indah dan mahal sekali.
ii.Makna hidup mewah dan berlebihan
Sehingga makna hidup mewah atau berlebihan adalah hidup dg konsumsi primer, skunder atau bahkan tersier yang serba mahal dan indah secara tidak sewajarnya.
iii.Contoh hidup mewah dan berlebihan
Berbagai macam contoh kehidupan yg mewah adalah seperti berikut mempunyai mobil lima padahal hanya butuh dua saja. Mempunyai rumah lima padahal yg bisa dihuni hanya satu saja. Atau membeli barang-barang yg sifatnya sekunder padahal kebutuhan primernya belum terpenuhi secara matang. Contoh; membeli HP yg mahal padahal makan saja dua kali sehari.
b.Larangan Allah terhadap hidup bermewah-mewah
Sebenarnya Allah di dalam Al Quran, sudah mengingatkan terkait bahaya hidup berlebih-lebihan atau bermewah-mewahan.
Al Ahzab 26-29. 26. Dan Dia menurunkan orang-orang Ahli Kitab (Bani Quraizhah) yang membantu golongan-golongan yang bersekutu dari benteng-benteng mereka, dan Dia memesukkan rasa takut ke dalam hati mereka. Sebahagian mereka kamu bunuh dan sebahagian yang lain kamu tawan. 27. Dan Dia mewariskan kepada kamu tanah-tanah, rumah-rumah dan harta benda mereka, dan (begitu pula) tanah yang belum kamu injak . Dan adalah Allah Maha Kuasa terhadap segala sesuatu. 28. Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu: "Jika kamu sekalian mengingini kehidupan dunia dan perhiasannya, maka marilah supaya kuberikan kepadamu mut'ah dan aku ceraikan kamu dengan cara yang baik. 29. Dan jika kamu sekalian menghendaki (keredhaan) Allah dan Rasulnya-Nya serta (kesenangan) di negeri akhirat, maka sesungguhnya Allah menyediakan bagi siapa yang berbuat baik diantaramu pahala yang besar.
Menurut asbabun nuzul ayat tersebut, pada waktu itu orang musyrik Mekkah bersekutu dengan orang-orang munafik dan ahli kitab mengepung Rasulullah dan sahabat-sahabatnya, pada kondisi puncaknya Rasulullah berhasil mengalahkan orang-orang ahli kitab dan sekutunya dengan mendapatkan harta rampasan perang yang sangat banyak, bahkan dapat menguasai tanah-tanah dan rumah-rumah ahli kitab. Melihat harta rampasan perang tersebut istri-istri Rasulullah SAW sempat tergiur lalu meminta bahkan menuntut Rasulullah untuk memberikan secara berlebihan.
Dalam sebuah riwayat ada yang mengisahkan, istri-istri beliau minta diperlakukan secara wajar, sebagaimana istri-istri para raja. Sikap tersebut telah menimbulkan kemurkaan Allah, lalu diperintahkan kepada Rasul-Nya untuk menceraikan apabila mereka masih tetap pada pendiriannya.
Kemurkaan Allah terhadap istri-istri Rasulullah, kemungkinan ada tiga faktor yaitu:
ØPada waktu itu umat Islam dalam suasana perang, tentunya semua potensi, khususnya potensi harta dipusatkan pada kebutuhan-kebutuhan perang. Apabila pemusatan itu pembelanjaannya terpecah, apalagi untuk kepentingan-kepentingan sekunder, umat Islam akan mudah dikalahkan oleh musuh-musuhnya. Pada kondisi perang idealnya umat Islam wajib menahan diri, berlaku prihatin dalam membelanjakan hartanya, barang-barang yang sifatnya sekunder selayaknya ditinggalkan. Tuntutan harta yang dilakukan oleh istri rasul pada kondisi itu dapat melumpuhkan kekuatan umat Islam yang tengah konsentrasi menghadapi musuh.
ØIstri-istri Rasul adalah umul mukminat, mereka adalah suri tauladannya, apabila tuntutannya diperkenankan tentunya akan diikuti oleh istri-istri sahabat. Akibatnya harta yang sedianya digunakan untuk membangun kekuatan militer, digunakan untuk membangun perhiasan istrinya. Kepribadian seperti itu tentu tidak logis dan pasti akan menghancurkan umat Islam.
ØRasulullah dan istri-istrinya adalah pemimpin umat, memiliki kewajiban mengayomi dan memberikan keadilan pada umat yang dipimpinnya. Tiap-tiap pemimpin besar, tidak bisa membiarkan umatnya dalam keadaan papah atau miskin, sementara ia hidup dalam kemewahan. Umar ibn Khottob ketika menjabat kholifah, pernah merasa berdosa ketika melihat umatnya kesulitan makan, untuk menebus kedosaannya ia sendiri yang memikul gandum untuk diberikan pada penderita kemiskinan. Apabila kehidupan rasul jauh lebih megah dari umatnya, niscaya fitnah dan kebencian akan melanda umat Islam.
Sebenarnya hikmah dari ayat dan kejadian tersebut adalah larangan Allah kepada umat Islam terkait kehidupan yg berlebih-lebihan atau bermewah-mewahan karena bias menimbulkan dampak negative yg begitu besar terhadap umat Islam. Di dalam ayat tersebut, Allah mengingatkan akan dampak dari hidup mewah tersebut yaitu bias menjadi budaya yg buruk bagi umat Islam karena bias menjadikan kita mengejar kebahagiaan duniawi dan materi semata sehingga lupa akan perjuangan Islam, menghamburkan dana yg bias digunakan utk perjuangan Islam hanya utk kebutuhan bermewah-mewah sehingga perjuangan Islam terhambat. Sangat wajar jika Allah memberikan sangsi perceraian, mengeluarkan mereka dari kehidupan rasul. Pada prinsipnya, Allah melarang bagi istri-istri Rasul, menginginkan perhiasan dan ;kebahagiaan dunia semata-mata. Inilah yg akhirnya mengakibatkan pembangunan masyarakat toyibah menjadi terhambat pula sehingga perilaku tersebut bernilai buruk.
c.Hukuman Allah karena hidup bermewah-mewah
Allah tidak hanya melarang hidup bermewah-mewahan saja bagi umat muslim, bahkan Allah pun memberi sangsi kepada orang yg hidup bermewah-mewahan.
i.Dimasukkan ke golongan orang-orang zalim
Salah satu sangsi Allah terhadap perilaku bermewah-mewah ada di dalam QS Hud(11) 116. Dengan tegas Allah memasukkan orang yg bermewah-mewahan kepada golongan orang-orang yg zalim.
QS Hud(11) 116. Maka mengapa tidak ada dari umat-umat yang sebelum kamu orang-orang yang mempunyai keutamaan yang melarang daripada (mengerjakan) kerusakan di muka bumi, kecuali sebahagian kecil di antara orang-orang yang telah Kami selamatkan di antara mereka, dan orang-orang yang zalim hanya mementingkan kenikmatan yang mewah yang ada pada mereka, dan mereka adalah orang-orang yang berdosa.
Dimana dikatakan oleh Allah orang zalim adalah orang yang hanya mementingkan kenikmatan yang mewah saja, sedangkan mereka lupa akan pembangunan masyarakat.
ii.Dimurkai oleh Allah
Di dalam Surat Al An’am Allah menegaskan bahwa Allah tidak menyukai orang-orang yg berlebihan dalam memanfaatkan hasil panen atau makanan yang mereka punyai.
QS Al An’ am(6) 141. Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.
Secara Asbabun Nuzul, ayat ini berkaitan dg Tsabit bin Qais bin Syammas yg memanen kurmanya. Kemudian dia mengadakan pesta hingga sore hari dan akhirnya hasil panennya habis sama sekali (HR Ibnu Jarir). Hikmah yg bias diambil dari peristiwa ini adalah kita dilarang utk berlebihan atau bermewah-mewahan dalam segala hal apalagi yang berkaitan dg konsumsi pribadi. Kita boleh memanfaatkan apapun yg kita punyai asalkan secara sewajarnya saja yaitu sesuai dg kebutuhan. Tidak seperti Tsabit bin Qais tadi yg mengadakan pesta dg hasil panennya sampai habis. Perilaku pesta inilah yg sebetulnya tidak disukai oleh Allah, karena Tsabit sebenarnya tidak mempunyai kebutuhan terhadap pesta tersebut.
d.Akibat hidup bermewah-mewahan
i.Jauh dari Islam
Sebenarnya sangat wajar Allah melarang gaya hidup mewah atau berlebihan ini. Bagaimana tidak, akibat pertama adalah jauhnya kita dari Islam itu sendiri. Secara logika ketika kita hidup bermewah-mewahan maka kita akan selalu memprimordialkan kehidupan yg serba mewah juga, apapun yg kita kejar dan orientasikan adalah agar bias memenuhi keinginan kita akan hidup mewah tersebut. Sehingga kita pun akan lupa dg tujuan hidup yg hakiki menurut Islam yaitu surga dan ridho Allah semata seperti firman Allah dalam surat Al Hadid (57) ayat 21. Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan syurga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. Begitu juga pada surat Al Baqoroh ayat 25. Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan : "Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu." Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya. Niscaya jikalau seseorang yang dipikirkan adalah hidup mewah maka secara tidak langsung dia pun akan mengejar materi dan kehidupan dunia saja sehingga mereka akan lupa dg janji Allah bagi orang-orang yg beriman dan memperjuangkan agama Allah yaitu surga. Artinya, mereka hanya akan mengejar kebahagiaan dunia dan lupa akan kehidupan akhirat.
Yg kedua, mereka akan lupa akan misi Islam itu sendiri di dunia. Ketika Islam dating masyarakat Arab berada dalam keadaan jahiliyah dimana kerusakan teologi, moral dan politik terjadi. Ketika Islam dating, akhirnya membawa perubahan ke arah yg lebih baik dan akhirnya masyarakat Arab pun menjadi masyarakat yg lebih baik. Dari peristiwa ini kita bias mengambil hikmah bahwa sebenarnya misi Islam di dunia adalah membawa perubahan dari masyarakat yg jahiliyah menjadi baik. Artinya orientasi kita sebagai umat Islam adalah menjalankan misi tersebut agar Islam menjadi rahmatan lil alamin kembali. Sehingga kehidupan kita sebagai seorang muslim seharusnya berorientasi pada perubahan social tersebut. Jika orientasi kita malah pada hidup bermewah-mewah, maka kita akan lupa pada orientasi tersebut yg akibatnya kita malah akan terkonsentrasi pada hal-hal yg memperkaya diri dan bermewah-mewah pada kehidupan duniawi saja.
ii.Dekat dg kejahatan
Setiap manusia pasti mempunyai keinginan ataupun kebutuhan bagi diri mereka masing-masing. Namun kebutuhan yg berlebihan itulah yg akhirnya menimbulkan niatan utk melakukan tindakan-tindakan yg menyimpang. Tidak akan menjadi masalah jikalau keinginan mereka sesuai dg penghasilan mereka. Namun kebanyakan orang tidak mencukupi secara penghasilan akhirnya mengakibatkan menghalalkan segala cara agar bias memperoleh keinginan tersebut. Misalkan seorang PNS, secara penghasilan adalah 3-4 juta dalam sebulan utk kebutuhan keluarga sehari-hari seumpamanya habis 1-2 juta alam sebulan. Yg artinya dia masih bias menabung 2 juta, sehingga dalam setahun dia bias menabung sekitar 24 juta rupiah. Dalam perjalanannya ternyata dia belum punya kendaraan utk pergi bekerja (selama ini dia naik angkutan umum). Akan wajar jika dia membeli sebuah sepeda motor setelah dia menabung selama satu tahun. Namun akan menjadi tidak wajar jika dia mempunyai keinginan utk membeli sebuah mobil yang banderolnya mencapai 50-100 juta rupiah. Ketika gaya hidupnya begitu mewah padahal penghasilannya tidak mencukupi utk keinginan tersebut maka dia akan memanfaatkan segala cara agar bias mencapainya. Hal inilah yg bias menimbulkan niatan jahat dari PNS tersebut. Bisa jadi dia mencuri, merampok, menjual diri atau bahkan jka dia punya wewenang lebih dalam pekerjaannya maka bias korupsi.
Hal inilah yang akhirnya bias mengakibatkan kita lebih dekat dengan kejahatan, karena sekali lagi kejahatan itu gabungan dari adanya niatan dan kesempatan. Niat adalah langkah awal dan jika kita mendekatkan atau memunculkan potensi niat jahat ke dalam diri kita maka kita sama halnya mendekatkan diri kita kepada kejahatan itu sendiri.
iii.Menghancurkan masyarakat
Ketika banyak masyarakat yg bergaya hidup mewah padahal masih banyak pula masyarakat yg kurang mampu, maka hal ini akan jelas akan banyak menimbulkan kesenjangan social. Kesenjangan social akan menimbulkan kecemburuan social, dari kecemburuan social itulah banyak lahir kriminalitas mulai dari pencurian, perampokan, penjambretan, dll. Tak hanya itu gaya hidup mewah akan banyak menimbulkan niatan-niatan negative dari banyak para pelakunya. Ketika gaya hidup mewah merupakan salah satu pemicu terjadinya kasus korupsi, bias dibayangkan bagaimana jika setiap terjadi pergantian pemimpin masih banyak pemimpin yg punya niatan utk korupsi. Maka akan semakin menghancurkan banyak sector di masyarakat.
e.Pelajaran buruk dari hidup bermewah-mewah (cerita Marwan saja)
Sejarah ada utk diambil hikmah darinya, dan jangan sampai mengulangi sejarah kelam kemunduran suatu perdaban. Pada masa sejarah, Islam pernah mengalami pasang surut kejayaan. Namun yg patut diambil pelajarannya adalah ketika peradaban Islam mulai mundur ketika petinggi-petinggi negaranya tidak lagi mementingkan kesejahteraan umat namun malah mengejar kebahagiaan dunia melalui pengayaan terhadap diri sendiri. Hal inilah yg terjadi pada saat Malik bin Marwan salah seorang petinggi pada zaman kekhalifahan Ustman bin Affan mengejar harta benda untuk memperkaya diri sendiri. Dia meminta gaji yg berlebih dari baitul mal sebagai pejabat Negara, mulai dari makanan, pakaian mahal sampai hewan peliharaan yg diambil dari baitul mal hanya utk memenuhi keinginan pribadinya saja. Tidak hanya itu, dia pun melakukan politik nepotisme terhadap beberapa jabatan tinggi Negara dg memberikan kepada saudara-saudaranya. Bahkan yg lebih parahnya lagi, dia tidak segan meminta pajak kepada rakyat kecil yg seharusnya diayomi. Hal inilah yg akhirnya menyebabkan konflik politik di dalam diri umat Islam saat itu, dimana puncaknya adalah terbunuhnya khalifah Ustman bin Affan oleh rakyat yg sebenarnya kecewa dg perilaku dari Marwan bin Hakam. Kita begitu bias melihat bagaimana bahayanya gaya hidup mewah menimbulkan fitnah dan konflik di dalam diri umat Islam, semoga kita terhindar dari gaya hidup mewah seperti itu.
Bahkan tidak berhenti sampai disitu saja, kerabat dari Marwan bin Hakam yaitu Muawiyah bin Abu Sufyan yang juga mempunyai watak yg sama dg Marwan yg gemar bergaya hidup mewah yg saat itu menjadi Gubernur Damaskus. Memperindah istana, hidup di dalam kemewahan padahal di sekelilingnya masih banyak rakyat yg membutuhkan. Bahkan karena keserakahan hidupnya terkait harta dan kekuasaan, Muawiyah bin Abu Sufyan inilah yg menyebabkan perang saudara dg Ali bin Abi Thalib saat itu (perang Siffin). Muawiyah menginginkan kekuasaan kepada semua umat muslim yg saat itu memilih Ali sebagai khalifah, namun karena keserakahan dari Muawiyah dia ingin merebut tampuk kepemimpinan dari tangan Ali. Sampai akhirnya dia bias menjadi penguasa umat Islam, dia mengganti sistem pemerintahan umat Islam yg semulanya adalah kekhalifahan diganti menjadi kerajaan dimana yg menjadi pengganti pemimpin bukan lagi orang terbaik dari umat Islam namun berdasarkan keturunan dari Banu Umayah yg akhirnya menjadikan tirani Kerajaan Umayah.
Setelah meninggal, Muawiyah digantikan oleh anaknya yaitu Yazid bin Muawiyah. Sifat yg sama seperti bapaknya yaitu gemar bergaya hidup mewah, dalam sejarah dia digambarkan sebagai pemimpin yg gemar hidup berfoya-foya seperti minum minuman keras dan main wanita. Bahkan sempat dia mengimami sholat dg keadaan mabuk, dan saat itu orang yg memprotesnya malah dibunuh karena mencoba melawannya. Tercatat di dalam sejarah pula, dia adalah orang pertama yg menghancurkan Ka’bah karena saat itu terjadi gelombang protes dari Mekkah karena sifat Yazid yg otoriter serta menindas kaum kecil. Saat itulah Abu Ubaidah, sahabat Nabi, menjadi pemimpin kelompok yg mencoba melawan Yazid yg bengis itu. Namun malah Yazid memerintahkan tentaranya utk menyerang kota Mekkah sampai akhirnya Baitullah hancur. Begitu hebat dampak dari gaya hidup berlebihan dan mewah yg mengakibatkan sampai kiblat umat muslim seperti hal yg tidak lagi suci.
Dari berbagai peristiwa sejarah yg menggambarkan kemunduran umat Islam adalah dimulai saat pemimpinnya mengejar kehidupan dunia dg kemewah-mewahan. Sehingga jangan sampai kita mengulang sejarah serupa dg hidup di dalam kemewahan.
4.2.Perubahan gaya hidup mewah ke gaya hidup sederhana
a.Gaya hidup mewah sebagai penyakit
Memang secara sadar ataupun tidak pola piker kita sedang digiring pada pola hidup yg konsumerisme. Mulai dari masyarakat tingkat bawah sampai tingkat atas mereka semua mempunyai gaya hidup yg berlebih atau mewah di saat yg lain masih membutuhkan bantuan. Kita sadari pula gaya hidup mewah inilah yg merupkana benih-benih korupsi dan tindakan yg jauh dari nilai-nilai Islam yg dampaknya begitu besar di masyarakat. Mau tidak mau sebagai seorang yg menginginkan perubahan di masyarakat, haruslah memulai dari meredam potensi penyimpangan yg berasal dari diri sendiri agar ketika kita sudah masuk menjadi bagian masyarakat tersebut kita tidak terjerumus ke dalam tindakan hidup mewah tadi. Apalagi kita adalah mahasiswa yg secara kedudukan adalah tulang punggung Negara, tonggak perubahan di masyarakat dg idealismnya. Kita nantinya akan menjadi pemimpin di kalangan masyarakat entah secara formal di pemerintahan atau pun informal dalam kehidupan bermasyarakat lainnya. Agar kita tidak menjadi seperti orang-orang yg dulunya aktivis kemasyarakatan yg dg gencar membela kepentingan masyarakat namun ketika terkena gaya hidup yg mewah, kita ahirnya lupa akan idealism kita.
Memang kita harus sadari bahwa gaya hidup mewah ini adalah penyakit internal masyarakat saat ini yg selalu menular dari orang satu ke orang lain dari masyarakat satu ke masyarakat lainnya. Sehingga jika kita tidak berhati-hati, maka bias jadi kita akan terkena penyakit itu pula.
b.Pemecahan masalah pada hidup sederhana
Ketika kita mengetahui begitu dahsyatnya efek dari gaya hidup mewah bagi masyarakat dan juga agama serta begitu dilaknatnya gaya hidup mewah dan berlebihan tersebut oleh Allah maka sebagai seorang muslim kita wajib menghindari gaya hidup mewah dan berlebihan tersebut. Atau arti lainnya adalah kita harus memulai gaya hidup baru yaitu GAYA HIDUP SEDERHANA. Hal inilah yg sebetulanya secara implisit diperintahkan oleh Allah saat melarang gaya hidup berlebihan dari umat muslim. Apa itu gaya hidup sederhana?
4.3.Hakikat hidup sederhana
a.Pengertian hidup sederhana
i.Segi bahasa
Dari segi bahasa sederhana berarti bersahaja; tidak berlebih-lebihan; sesuai dg kebutuhan.
ii.Makna hidup sederhana
Sehingga makna pola hidup sederhana adalah gaya hidup yg tidak berlebihan dalam membelanjakan penghasilannya dan sesuai dg apa yg dia butuhkan saja. Maksud dari sesuatu yg dibutuhkan disini adalah terkait dg hal primer dan sekunder yg mendesak saja dari kehidupannya selama ini.
b.Landasan Al Quran
Bahwasanya Allah pun telah memerintahkan untuk hidup tidak berlebih-lebihan karena akan membawa pada budaya yg buruk di masyarakat dan dampak negative yg begitu besar bagi masyarakat. Di dalam QS. Al An’am (6) 141 dan QS. Al A’raf (7) 31 dijelaskan bahwa Allah sangat tidak menyukai seseorang yg hidup secara berlebih-lebihan.
Al An’am (6) 141. Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.
Al A’ raf 31. Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.
Pada surat Al An’am ayat 141 secara asbabun nuzul memang menceritakan tentang Tsabit bin Qais yg suka berpesta dan berfoya-foya dg hasil panennya sampai hasil panennya habis sama sekali akibatnya dia pun tak bias memberikan makan keluarganya lagi. Sehingga Allah sangat melarang hidup berlebihan dan bermewah-mewahan, arti implisitnya kita memang dituntut mempunyai pola atau gaya hidup sederhana. Pesta pada saat itu merupakan hal yg wajar jika berkaitan dg pernikahan, namun jika menjadi gaya hidup yg setiap ada kesempatan pasti berpesta, maka hal itulah yg berlebihan dan dilarang oleh Allah. Begitu pula ditegaskan pada surat Al A’raf ayat 31 kita boleh makan dan minum namun seperlunya saja tidak perlu berlebihan sampai makanannya yg mewah-mewah setiap hari. Jika dg uang 3000 saja kita bias makan makanan yg sehat dan mengenyangkan mengapa kita harus membeli makanan yg mencapai belasan sampai puluhan ribu?
c.Landasan Sunnah
Rasul adalah teladan bagi kita dalam bertindak dia merupakan uswatun hasanah bagi kita. Apalagi secara kedudukan dia pasti sesuai dg perintah Allah, ketka Allah memberikan perintah utk tidak bergaya hidup mewah namun disuruh utk melakukan pola hidup sederhana, beliau pasti akan juga menaatinya. Sekarang kita lihat bagaimana pola hidup dari rasul saat memimpin umat Islam dulu.
Kita bias melihat bahwa seorang pemimpin bahkan sebagaimana mulianya rasul di mata pengikutnya, pasti mempunyai konsekuensi dimana beliau mempunyai kewenangan yg begitu besar di pemerintahan. Artinya, beliau mempunyai kewenangan yg lebih pada kekuasaan, keuangan dan strategi di umat muslim. Sehingga di depan mata godaan besar pun juga mengincar yaitu dg kehidupan mewah dan berfoya-foya. Bisa saja beliau memanfaatkan kekuasaannya utk menumpuk kekayaan memberikan kehidupan mewah kepada isteri-isterinya namun apa yg beliau lakukan? Tidak sama sekali menggunakan kekuasaan utk mengeruk keuntungan pribadi, beliau sungguh takut akan azab Allah baik di dunia maupun akhirat jika melakukan hal tersebut. Beliau tetap kukuh menjalani kehidupan yg bersahaja, bahkan di dalam hadist beliau berpesan kepada umat muslim saat itu, “makanlah sebelum kamu lapar dan sudahilah sebelum kamu kenyang” artinya memang kita harus memnuhi kebutuhan fisiologis kita dg makan dan minum namun jangan sampai berlebihan jangan sampai terlalu kenyang dan juga jangan menyiksa diri ketika merasakan lapar. Di dalam hadist yg lainnya beliau mengatakan “orang muslim itu jika makan maka hanya untuk satu perut namun penindas umat adalah makan untuk tujuh perut” artinya bahwa kita memang dilarang untuk berlebih-lebihan dalam kehidupan kita di saat orang lain masih kelaparan, di saat orang lain masih membutuhkan bantuan kita. Jika di dalam sabda rasul tadi penindas umat adalah makan untuk tujuh perut artinya ketika masih banyak orang yg membutuhkan makan kita malah menghabiskan jatah mereka. Bisa saja kita memberikan enam jatah lainnya kepada enam orang yg membutuhkan.
Tidak hanya itu rasul pun ketika masih didampingi oleh Khadijah, hartanya pun lebih banyak disumbangkan kepada perjuangan umat Islam saat itu, karena saat itu beliau merasa dg harta yg dia punyai sudah cukup utk memenuhi kebutuhan pokok sehari-harinya. Di sisi lain ketika sudah berada di Madinah, Rasul pun juga mendapatkan harta ghonimah seperti umat muslim lainnya, ini artinya memang saat itu penghasilan dari Rasul hanya berasal dari hasil ghanimah tersebut. Itupun digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya tentu dg asumsi cukup dan tidak berlebihan. Maka dari itu selama hidupnya Rasul pun tidak hidup bermewah-mewah, tidak menumpuk harta benda, menggunakan baju sederhana, makan juga secukupnya bahkan digambarkan dalam beberapa riwayat di dalam berbuka puasa Nabi menggunakan dua butir kurma dan segelas air putih.
Begitulah teladan dari Rasul Muhammad begitu sederhananya kehidupan beliau ketika memimpin umat Islam sehingga memang menjadi pemimpin yg dikagumi oleh seluruh umat muslim. Bahkan kesederhanaannya membuat dia selalu dikenang dan dicontoh oleh umat Islam sampai saat ini.
d.Landasan Sejarah
i.Kehidupan sederhana dari Abu Bakar
Sebagai pengganti pertama Rasul Muhammad, khalifah Abu Bakar adalah teladan yang bias kita ambil contoh dari perilaku kehidupannya. Dia adalah seorang yang selalu mencontoh perilaku Nabi, termasuk dalam berpola hidup sederhana. Dewasa sebagai seorang pedagang, dia mempunyai kekayaan yg cukup banyak utk keluarga dan dirinya sendiri. Lalu dia masuk Islam sebagai salah seorang asabiqunal awalun. Karya-karyanya begitu besar bagi Islam, yg utama adalah membebaskan budak-budak yang ingin memeluk Islam dg tebusan yg cukup besar. Salah satu yg cukup dikenang dalam sejarah adalah ketika beliau membebaskan Bilal bin Rabbah dimana beliau menebus dg hamper separuh tabungannya saat itu. Hal ini beliau lakukan memang karena merasa kebutuhan hidup diri dan keluarganya sudah terpenuhi dg sedikit hartanya itu, sedangkan sisa tabungannya yg cukup banyak adalah untuk membantu perjuangan umat Islam. Walaupun dia kaya raya namun penampilannya serta gaya hidupnya tetap sederhana bagaimana bajunya tidak lebih bagus dari baju nabi, makanannya selalu mencontoh apa yg dilakukan oeh Nabi, padahal beliau mempunyai banyak uang. Karena beliau merasa dg hidup sederhana saja sudah bias mencukupi kebutuhan hidupnya mengapa harus bermewah-mewah? Akhirnya sebagian besar hartanya disumbangkan untuk perjuangan umat Islam. Dia pun tidak menunggu sampai 2,5% namun berapa pun yg bias dia berikan utk Islam maka akan dia berikan. Sungguh mulia perilaku dari Abu Bakar tersebut.
ii.Teladan di kehidupan Umar bin Khatab
Begitu juga pada diri Umar bin Khatab sebagai pengganti dari khalifah Abu Bakar, tidak beda dg Abu Bakar, Umar merupakan pemimpin yg sederhana dan bersahaja. Umar memang begitu sedrehana di dalam hidupnya, bahkan ketika menjadi seorang pemimpin yg mempunyai kewenangan besar di masyarakat. Dia tetap mengemban tanggung jawab dan menjaga amanah tersebut secara konsisten. Setiap ada seseorang yg bermewah-mewah atau berlebihan dia menegur dg kerasnya. Salah satu contohnya adalah ketika menegur Bilal Ibnu Harith yg mempunyai tanah berlebih padahal tidak dia manfaatkan untuk dikembalikan kepada baitul mal sisa tanah yg tidak bias Bilal manfaatkan itu. Dari sini Umar memang begitu menekankan agar hidup tidak bermewah-mewah dan berlebihan selama masih ada saudaranya yg sedang membutuhkan dan kesusahan.
Begitu juga dg sikap hidup Umar terkait dg kebutuhan sehari-harinya sedikit cuplikan dialog antara Umar dengan Ustman bin Affan dan Abu Abdillah terkait dg gaji yg dia bias peroleh dari baitul mal, karena saat itu Umar memang focus untuk mengurusi masalah umat sedangkan dia masih punya keluarga untuk dinafkahi sehingga sangat wajar beliau meminta pendapat dari para petinggi Negara lain terkait dg gaji yg bias dia dapatkan utk kebutuhan sehari-harinya.
Umar: Dulu aku berjanji tidak mengambil harta kaum muslimin, aku mengandalkan hartaku. Namun sekarang hartaku telah habis. Berapa jumlah yg pantas aku terima dari baitul mal?
Ustman: Engkau lebih tahu dari kami, sebutkan saja jumlah yg pantas menurutmu.
Abu Abdillah: Kalau kami setuju, silahkan ambil. Jika tidak, maka kami akan menentukan jumlah yg pantas.
Umar: Aku perlu kendaraan utk berhaji dan umrah, sepasang pakaian musim dingin, sepasang pakaian musim panas, dan makanan secukupnya utk keluargaku. Aku juga minta bagian ghanimah seperti muslim lain.
Ustman: Sungguh kau sangat arif bijaksana.
Umar: Kalian setuju denganku?
Sahabat: Iya.
Namun saat itu ada orang lain yg juga sedang berada di situ berucap,
Si Fulan: Ya Amirul mukminin, kau berhak mendapat makanan enak, kendaraan mewah, pakaian indah.
Umar: Demi Allah aku merasa kau tak tulus mengucapkan itu semua, engkau hanya ingin mendekatiku celakalah engkau. Tahukah kedudukan kami? Kami ibarat sekelompok musafir yg menitipkan perbekalan pada salah satu dari padanya, lalu mereka berkata: berikanlah makanan pada kami. Bolehkah mereka mereka meminta harta melebihi harta titipan mereka?
Orang lain lain tadi: Tidak pantas wahai Amirul mukminin.
Umar: Itulah permisalan kami
Begitu teguh hati Umar utk menerapkan prinsip hidup sederhana sesuai dg kebutuhannya. Sebenarnya dg kewenangan yg besar dia bias memanfaatkan jabatannya utk mengeruk keuntungan harta benda pribadi, namun karena dia takut lebih cinta dunia disbanding akhirat dan menilai masih banyak umatnya yg kelaparan dan membutuhkan maka dia pun enggan untuk bermewah-mewahan. Umar pun hanya mengatakan apa yg benar-benar dia butuhkan, sungguh kesederhanaan yg sangat bias kita tiru.
Bahkan beberapa kali Umar pernah berdoa kepada Allah agar terhindar dari cinta dunia dan tetap dijaga dalam kehidupan yg sederhana.
Demi Allah sesungguhnya aku tidak takut cobaan berat dan hidup sederhana. Yang aku takutkan adalah kecintaan terhadap benda-benda ini (duniawi).
Jika dunia memberika orang dg hal semacam ini, maka akan ada lebih banyak rasa iri, kebencian dan ego diantara mereka.
Mereka akan mementingkan kehidupan dunia dan melupakan kehidupan akhirat.
Ya Allah, Engkau tak memberikan semua ini kepada Rasul dan NabiMu ketika Engkau lebih menyayanginya dan menghormatinya daripada aku.
Ya Allah, engkau tak memberikan semua ini kepada Abu Bakar ketika Engkau lebih menyayanginya dan menghormatinya daripada aku.
Aku memohon kepadaMu utk melindungiku dari kecintaanku pada barang-barang duniawi ini.
Bahkan sampai utusan Romawi yg dating utk berdiplomasi begitu terkesan dg kepemimpinan Umar, dia mengatakan bahwa Umar adalah pemimpin yg adil dan bijaksana karena kehidupan yg sederhana dan menyejahterakan masyarakatnya tidak seperti pemimpin-pemimpin di Romawi saat itu yg senang menumpuk kekayaan dan harta benda pribadi. Sikap hidup yg membuat musuh pun memberi hormat kepadanya.
iii.Tokoh hidup sederhana Abu Dzar Al Ghifari
Satu lagi tokoh hidup sederhana adalah sahabat RAsul Abu Dzar Al Ghifari, beliau adalah salah satu tokoh pola hidup sederhana. Abu Dzar Al Ghifari adalah salah satu dari sahabat yg dekat dg rasulullah. Nama aslinya adalah Jundub bin Jandah berasal dari kabilah Ghifar. Pada suatu hari dia ditanya oleh rasul; “wahai Abu Dzar, bagaimana pendapatmu bila menjumpai pemimpin yg mengambil upeti utk diri mereka pribadi? Jawab Abu Dzar; Demi yg telah mengutus anda dg kebenarannya akan saya tebas mereka dg pedangku!” Sabda rasul pula: “maukah kamu aku beri jalan yg lebih baik dari itu? Ialah bersabar sampai kamu menemuiku”.Sungguh Rasul telah membaca perkembangan umatnya setelah beliau meninggaldunia, mereka akan banyak disibukkan dg harta kehidupan duniawi dan meninggalakn nilai-nilai moral yg telah diajarkannyasebagaimana telah terjadi pada umat-umat terdahulu. Di sisi lain beliau mendapatkan pada diri sahabatnya Abu Dzar Al Ghifari suatu perangai yg keras dalam membela kebenaran. Pada perkembangan selanjutnya nasehat rasul sangat berarti bagi Abu Dzar dan umat Islam sendiri. Bahkan Rosul pun mengatakan bahwa “takkan pernah lagi dijumpai di bawah langit ini orang yg lebih benar dari Abu Dzar!”
Masa rasul telah berlalu dan digantikan oleh sahabt-sahabatnya sebagai khalifah. Dalam hal ini godaan-godaan kehidupan dunia telah diatasi dg baik karena mengikuti keteladanan hidup sederhannya rasul. Namun setelah itulah para petinggi Negara dan pemegang tampuk kekuasaan pada umat Islam tergoda akan kemewahan hidup dunia. Mereka yg seblumnya sangat gigih membela umat Islam sekarang menjadikan harta umat sebagai pemuas keinginan mereka. Jabatan yg yg merupakan amanat utk utk dipertanggungjawabkan kelak di hadapan Allah beralih menjadi alat utk merebut kekuasaan dan kekayaan serta kemewahan pribadi. Abu Dzar melihat ini semua. Ia tidak memikirkan apakah itu menjadi tanggung jawabnya atau tidak, dia dg tegas bangkit dan menentang masyarakat dan petinggi Negara yg menyimpang dari ajaran Islam. Dg semangat dia menyampaikan pesan dan wasiat rasul tentang hidup sederhana. Dia pergi menjumpai para pembesar, kaum hartawan dan kepada orang yg cenderung menumpuk kekayaan sampai membahayakan agama. Dalam beberapa saat ia berhasil menancapkan prinsip pola hidup sederhana kepada sebagian besar umat muslim baik dari golongan rakyat jelata dan golongan pekerja. Ayat Allah dia kumandangkan: “Berikanlah kepada para penumpuk harta yg menumpuk emas dan perak, mereka akan diseterika dg seterika api neraka, menyeterika kening dan pinggang mereka di hari kiamat.”
Abu Dzar menunjukkan sasarannya terhadap poros utama kekuatan dan gudang bercokolnya kekayaan dan penguasa saat itu yaitu Muawiyah bin Abu Sufyan di Syiria. Muawiyah telah memberi dan membagi harta tanpa perhitungan tujuan utk mengambil hati orang-orang yg terpandang dan berpengaruh agar kekuasaan yg dia miliki tetap langgeng. Saat Abu Dzar dating ke Syiria banyak rakyat yg meminta nasehat dari Abu Dzar. Dia melepaskan pandangan kepada rakyat yg menyambutnya yg kebanyakan miskin dan mengalihkan pandangan ke tempat ketinggian sebagai tempat orang-orang pejabat tinggi Negara yg menumpuk kekayaannyaseraya berkata: “saya heran melihat orang-orang yg tidak punya makanan di rumahnya kenapa ia tidak didatangi orang-orang itu (rakyat) dg menghunus pedangnya?” Tetapi setelah itu wasiat nabi terkait perubahan memang yg baik adalah dg evolusi dan bukan revolusi dg senjata maka ditinggalkannyalah bahasa pedang dan kembali menggunakan bahasa logika dan kata-kata. Diajarkan kepada mereka bahwa mereka tak ubahnya gigi-gigi sisir yg berserikat dalam rejeki, taka da kelebihan seseorang dari lainnya kecuali takwa dan pemimpin serta pembesar dari suatu golongan haruslah yg pertama kali menderita kelaparan sebelum anak buahnya, sebaliknya yg belakang menikmati kekayaan. Abu Dzar hanya berkeinginan agar tak seorang pun diantara sahabat rasul menjadi pejabat yg hanya menumpuk harta benda. Tetapi hendaklah mereka tetap menjadi pelopor epada hidayah Allah dan mengabdi kepadanya untuk menuju hidup sederhana. Abu Dzar kembali mengumandangkan sabda rasul: “Ia merupakan amanat dan pada hari kiamat meneybabakan kehinaan dan penyesalan, kecuali orang yg menunaikan kewajibannya yg dipikulkan kepadanya.” Demikian ketatnya Abu Dzar sampai beliau rela menjauhi saudaranya yg yg dipandang dholim sebgai pejabat dan penguasa dg hidup bermewah-mewah.
Dari sikap hidup Abu Dzar yg selalu menyuarakan tentang hidup sederhana ketika masih ada saudaranya yg kelaparan dan menjadi pemimpin haruslah yg pertama merasakan penderitaan dan terakhir merasakan kenikmatan haruslah kita tanamkan pada hidup kita sejak saat ini. Hal ini agar nanti ke depannya kita pun bias menjadi teladan bagi rakyat jika kita menjadi pemimpin dalam masyarakat.
4.4.Peranan hidup sederhana
a.Nilai penting dan manfaat bagi individu
i.Menjauhkan diri dari perilaku menyimpang
Ketika kita berperilaku hidup mewah maka kita akan mendekatkan diri kepada hal-hal yg bersifat menyimpang, maka sebaliknya ketika kita mempunyai pola hidup sedrehana maka kita juga akan terhindar dari potensi perilaku menyimpang. Dg pola hidup sederhana, maka yg kita inginkan adalah yg sesuai dg kebutuhan kita saja. Kita tidak akan mempunyai keinginan aneh-aneh yg sebenarnya tidak mampu untuk kita jangkau dg cara yg halal. Dg meredam keinginan yg berlebihan itulah kita bias menghindarkan diri dari niat atau potensi utk berbuat buruk, semisal korupsi tersebut. Sehingga dg kesedrhanaan yg kita punyai, maka kita pun hanya akan memenuhi keuangan berdasar dari apa kebutuhan kita. Sedangkan jika ada iming-iming korupsi atau harta benda lainnya maka kita juga akan menolaknya karena bukan merupakan kebutuhan kita. Sekali kita ada niatan utk mempunyai hal-hal mewah padahal barang tersebut tidak kita butuhkan maka potensi utk melakukan korupsi pun juga akan semakin hidup. Kemungkinan besar perilaku hidup para koruptor yg ada di Indonesia adalah bermewah-mewahan, bahkan dg jam tangan berharga 70 juta dan rumah seharga 5 Milyar itu adalah hal yg begitu berlebihan mengingat kegunaan jam tangan yg berharga 50 ribu atau 70 juta sama saja hanya untuk melihat waktu. Begitu juga rumah, harga 100 juta atau 5 Milyar sama saja utk tempat berlindung. Jika dg harga yg lebih murah kita bias mendapatkannya mengapa harus yg lebih mahal?
Sekali lagi bahwa kejahatan itu tidak hanya berasal dari kesempatan tapi diawali dari niatan juga, maka hal yg bijak adalah memproteksi diri dari niatan utk melakukan kejahatan tersebut yg artinya dalam konteks ini adalah berperilaku hidup sederhana saja.
ii.Mengalokasikan dana untuk masyarakat
Kita sebagai manusia yg juga makhluk social jelas membutuhkan orang lain dalam hidup kita. Mau tidak mau kita juga harus saling membantu sesama. Sebagai aktivis dakwah atau umat Islam jelas kita juga mempunyai kewajiban utk berbuat ssuatu terhadap perjuangan Islam itu sekuat tenaga, termasuk salah satunya adalah menyumbangkan dana kepada perjuangan umat Islam tesebut, atau biasa disebiut zakat, infak atau shodaqoh. Ketika pola hidup sederhana yg kita terapkan maka penghasilan kita akan terbagi menjadi dua, yaitu utk kebutuhan pribadi dan kebutuhan perjuangan Islam. Semakin banyak kita mempunyai keinginan-keinginan pribadi utk bergaya hidup mewah maka semakin banyak pula harta yg akan kita hamburkan, yg artinya semakin megurangi alokasi dana social kita ke masyarakat atau Islam. Seharusnya kita melihat bagaimana Abu Bakar dan Ustman bin Affan ketika berjuang utk umat Islam dulunya, walaupun mereka kaya namun dg pola hidup sederhana maka alokasi dana utk perjuangan umat Islam pun juga semakin besar disbanding alokasi utk kepentingan pribadi yg bukan merupakan kebutuhan pokok.
Bisa dibayang jika umat Islam di Indonesia mulai dari kelompok menengah ke bawah sampai yg berpenghasilan besar berperilaku hidup sedrehana sehingga alokasi dana utk perjuangan umat Islam juga besar, maka akan semakin mudah membangun masyarakat yg Islami pula.
b.Nilai penting dan manfaat bagi masyarakat
i.Mencegah bahaya korupsi dari diri sendiri
Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa pola hidup sederhana bias mencegah niatan utk berlaku criminal dan menyimpang. Bagi masyarakat dampaknya akan besar dalam memerangi korupsi. Disadari, bahwa pola hidup yg mewah menjadi salah satu penyebab korupsi di Indonesia tetap merajalela. Dg memupuk pola hidup sederhana maka kita akan meredam niatan utk melakukan korupsi jika sudah menjadi pemimpin kelak. Jika sebagian besar pemimpin di Indonesia melakukan pola hidup sederhana bias dipastikan korupsi pun juga akan bias dicegah sejak dini dari diri sendiri.
ii.Empati social bagi orang lain
Dalam kehidupan social, empati social terhadap orang lain sangat dibutuhkan dalam menjalin silaturahmi. Karena kehidupan yg seimbang adalah ketika mereka yg mampu secara ekonomi ikut merasakan penderitaan mereka yg tidak mampu dan ikut utk membantunya. Dg berperilaku hidup sederhana maka kita tidak akan menimbulkan kesenjangan dan kecemburuan social di masyarakat. Keharmonisan hidup bermasyarakat akan tetap terjaga jika kita melakukan pola hidup sederhana.
4.5.Rumus hidup sederhana
Lantas setelah kita mengetahui apa hidup sederhana dan nilai pentingnya, maka bagaimanakah teknis pola hidup sederhana tersebut? Secara umum hidup sederhana adalah sesuai dg kebutuhan dan tidak berlebihan. Ringkasnya selalu berhubungan dg keuangan, agar kita tetap balance dalam pengeluaran maupun pemasukan di dalam kebutuhan hidup kita.
a.Hakikat manusia sebagai makhluk individu dan social
Manusia adalah makhluk individu yg juga social, maksudnya adalah manusia mempunyai kedudukan terhadap dirinya sendiri dan orang lain. Sehingga dari setiap kedudukan tersebut kita bias melihat kebutuhan apa saja yg kita butuhkan. Sebagai makhluk yg punya kedudukan pada dirinya sendiri, manusia wajib memnuhi kebutuhan dari dirinya sendiri seperti kebutuhan fisiologis (makan, minum, pakaian, tempat tinggal, pendidikan, hiburan, dll). Namun selain itu manusia pun juga punya kedudukan di dalam bermasyarakat sebagai makhluk social, yaitu dg berhubungan dg orang lain mulai dari interaksi social, kerja sama social serta saling bantu-membantu ketika menghadapi kesulitan. Sehingga dari dua kedudukan tersebut manusia pun mempunyai dua kebutuhan secara mendasar yaitu, kebutuhan fisiologis dan social.
Sehingga ketika mengatur keuangan pun sama harus mempertimbangkan dua kebutuhan tersebut. Kebutuhan fisiologis dibagi menjadi 3, primer, skunder dan tersier. Kebutuhan fisiologis yg bersifat primer adalah sandang, papan, pangan, serta pendidikan dan penunjang utama kehidupan (missal alat komunikasi dan transportasi). Yg sifatnya skunder bias hiburan, dll. Sedangkan tersier terkait dg sesuatu yg mewah dalam penunjang kehidupannya, orientasinya biasanya utk memenuhi gaya hidup saja, missal koleksi sepatu, koleksi jam tangan, jam tangan seharga 70 juta, dll. Sedangkan kebutuhan social, jika didalam Islam adalah zakat infaq dan shodaqoh.
Dari beberapa kebutuhan tersebut bias kita ambil menjadi beberapa rumus, yaitu;
b.Rumus praktis hidup sederhana
Penilaian kasar pembentukan pola hidup sederhana, ditinjau dari aspek pengeluarannya ialah :
•PEMASUKAN = PENGELUARAN INDIVIDU SECARA PRIMER + PENGELUARAN SOSIAL SECARA PRIMER
Cth:
Misal dalam sebulan kita mempunyai kebutuhan makan sebesar 300 ribu
Bensin utk kerja sebulan 150 ribu
Pulsa sebulan 20 ribu
Perlengkapan mandi 50 ribu
Infaq zakat shodaqoh 100 ribu
Maka total pemasukan kita minimal 670 ribu.
Jika pemasukan kita ternyata hanya 600 ribu, maka kita harus mengurangi 70 ribu dari pengeluaran kita. Misal perlengkapan mandi dan makan direduksi 70 ribu.
c.Pola hidup orang yg tidak sederhana
Pola kehidupan individualistik, ditinjau dari aspek pengeluarannya ialah :
•PEMASUKAN = PENGELUARAN INDIVIDU SECARA PRIMER DAN SEKUNDER + TANPA PENGELUARAN SOSIAL
Atau
•PEMASUKAN = PENGELUARAN INDIVIDU SECARA PRIMER DAN SEKUNDER + PENGELUARAN SANGAT KECIL TERHADAP KEBUTUHAN SOSIAL BERSIFAT PRIMER.
Pola kehidupan individualistik yang pemboros, ditinjau dari aspek pengeluarannya ialah :
•PEMASUKAN = PENGELUARAN SEKUNDER + TANPA PENGELUARAN SOSIAL BERSIFAT PRIMER ATAU SANGAT MINIMAL
Pola kehidupan pencuri/koruptor ditinjau dari aspek pengeluarannya ialah :
•PEMASUKAN < PENGELUARAN PRIBADI BERSIFAT SEKUNDER
Pola kehidupan penindas umat, ditinjau dari aspek pengeluarannya ialah :
•ORANG YANG MENGAMBIL UANG UMAT YANG BERSIFAT PRIMER UNTUK KEPERLUAN PRIBADI YANG BERSIFAT SEKUNDER.
4.6.Hidup sederhana bukan berarti memiskinkan diri
Namun membangun pola hidup sederhana berbeda dg memiskinkan diri. Islam sangat menentang kemiskinan dan orang yang suka hidup dalam kemiskinan. Sikap Allah ini dapat dilihat pada perintah-perintah-Nya kepada umat Islam agar mereka berpikir, bekerja keras, jangan kawin kalau tidak mampu, dan berikan sebagian harta baik sebagai infak atau zakat. Hidup sederhana melihat pengeluaran dari kebutuhannya saja namun jika hidup miskin seperti orang-orang sufi, mereka dg sengaja tidak makan berpakaian compang-camping bukan karena mereka tidak mampu namun karena mereka menginginkannya semata. Hal inilah yg sangat ditentang oleh Allah karena bias merendahkan martabat dari umat Islam itu sendiri. Begitu pula Umar, beliau pernah menegur seorang yg berpenampilan lusuh serta seakan-akan sangat miskin padahal sebenarnya dia orang yg cukup mampu. Inilah teguran Umar ketika itu:
Kenapa orang itu berjalan seperti itu? Tak pantas seorang muslim berjalan lambat dan berpenampilan kumuh.
Engkau merusak agama Islam dg penampilanmu itu. Tegaklah saat berjalan dan tampilkan kemuliaan Islam.
Keliru orang yg menganggap zuhud sebagai kelemahan dan ahli ibadah tampak lemas dan lunglai. Jia ia berbicara, suaranya tak terdengar. Dan jika berjalan dia membungkukkan badannya jika dia berdiri dalam sholat kepalanya lebih rendah dari pundaknya. Tidakkah mereka khawatir tergolong orang yg riya’, berlebihan dan sok alim? Sesungguhnya riya’ dalam ibadah seperti riya’ dalam kesombongan karena keduanya menampakkan tertarik dalam hal dunia dan agama.
4.7.Penutup
Kita telah mengetahui bahaya hidup berlebih-lebihan dan bermewah-mewahan. Dan kita seharusnya lebih mendekatkan diri menjadi berperilaku hidup sederhana. Kita mulai belajar utk hidup sederhana mulai saat ini dg mencontoh pola hidup Rasul, Umar dan Abu Bakar serta Abu Dzar Al Ghifari. Sehingga kita nantinya bias menjadi pemimpin yg menyejahterakan umatnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H