Dilakukan lewat internet atau mobile banking dimana dulunya biayanya rata-rata Rp 6.500 per sekali transaksi.
Limit transaksi juga lebih besar yaitu bisa sampai Rp 250 juta tergantung kebijakan masing-masing Bank, sebelumnya limit itu cuma sampai Rp 25 juta sekali transfer.
BI Fast juga lebih aman.
Faktor-faktor seperti yang disebutkan di atas itulah yang membuat layanan BI Fast semakin populer, dan ini yang membuat bank-bank anggotanya memperoleh keuntungan.
Pertama kali diluncurkan, bank-bank khawatir keuntungan mereka akan tergerus, karena biaya transfer turun menjadi Rp 2.500 dari sebelumnya Rp 6.500.
Dalam hal ini, BI memungut Rp 19 per sekali transfer, sedangkan sisanya Rp 2.481 masuk ke kas bank-bank atau lembaga keuangan anggotanya.
Namun setelah tiga tahun berjalan, bank-bank penyelenggara mulai tersenyum karena kendati lebih murah namun volume transaksinya justru semakin banyak.
BI Fast di BTN (Bank Tabungan Negara) mencatat hingga November 2024 ada peningkatan sebesar 50% yoy (year on year) dengan frekuensi transaksi per bulan mencapai 3,6 juta kali.
Hal tersebut diungkapkan oleh Thomas Wahyudi, SEVP Digital Business BTN.
Begitu pula dengan bank-bank lainnya seperti Bank Mandiri, dan sebagainya yang mengamini volume transaksi BI Fast mengalami peningkatan yang signifikan sehingga menambah keuntungan bank mereka.
Bagi BI tujuan digelarnya BI Fast adalah untuk memangkas biaya transfer yang harus dibayar nasabah jika akan melakukan transfer antar bank.