Mohon tunggu...
Rudy
Rudy Mohon Tunggu... Lainnya - Back to work

Refreshing

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Wah, Gegara PPN Naik, Warga RI Diramal Makin Rajin Makan Tabungan

26 November 2024   10:30 Diperbarui: 26 November 2024   12:34 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Makan tabungan (cnbcindonesia.com). 

Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk mengatakan deposito perorangan di bank yang dipimpinnya, BCA, mengalami penurunan.

Bos bank raksasa tersebut mengatakan penyebabnya adalah mereka mengalihkan simpanannya ke instrumen yang lebih tinggi imbal hasilnya.

Imbal hasil deposito bank-nya cuma 3 atau 3,25 persen sedangkan di instrumen yang diterbitkan pemerintah bisa mencapai 6 persen atau lebih.

Hal tersebut dikatakan Jahja pada pekan terakhir Oktober 2024 yang lalu di sebuah konferensi pers.

Pendapat senada dikemukakan oleh Nailul Huda, seorang Ekonom sekaligus Direktur Celios (Center of Economics and Law Studies).

Penurunan DPK (Dana Pihak Ketiga) bank-bank di Indonesia karena nasabah mulai beralih ke SUN (Surat Utang Negara), Bond ORI, SBN, dan SRBI.

DPK baik tabungan, deposito, atau giro dalam rupiah dan mata uang asing, menurun 6% yoy pada bulan Oktober 2024, dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 6,7% yoy.

Data Bank Indonesia.

Data menunjukkan sejak Pandemi Covid-19 telah terjadi fenomena penurunan jumlah kelas menengah di Indonesia.

Mirisnya, bahkan terjadi fenomena mantab (makan tabungan), masyarakat menguras rekeningnya untuk digunakan kebutuhan sehari-hari.

Jika fenomena mantab itu belum juga habis hingga saat ini, terlebih setelah nanti resmi diberlakukannya PPN 12 persen.

Kalau dilihat sepintas saja kenaikan PPN yang mulai 1 Januari 2025 hanya 1 persen, tidak memberatkan.

Jika membeli barang dulu dengan PPN 11 persen itu Rp 2.331.000, tapi setelah naik menjadi 12 persen, maka harga itu menjadi Rp 2.352.000. Atau naik Rp 21.000 saja.

Namun harus diingat, perbedaan Rp 21.000 itu hanya untuk sekali transaksi.

Nah, coba jumlah itu dikalikan berapa kali kita transaksi dalam setahunnya.

Belum lagi barang-barang lainnya yang harus dibeli.

Apalagi buat mereka yang sudah berumahtangga.

Kenaikan harga jual suatu barang juga bisa mencapai 21 persen paska diberlakukannya PPN 12 persen.

Itu karena bahan baku yang dibeli oleh produsen akhir melewati beberapa jalur.

Oleh karenanya dikhawatirkan fenomena mantab di kalangan masyarakat akan kembali terjadi.

Faktor lain penyebab menurunnya jumlah deposito di bank menurut Huda karena masyarakat membutuhkan dana yang lebih likuid.

Dikatakan Minggu (24/11/2024).

Dana tabungan akan lebih berguna ketimbang deposito ketika warga RI butuh uang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun