Mohon tunggu...
Rudy
Rudy Mohon Tunggu... Lainnya - Back to work

Refreshing

Selanjutnya

Tutup

Financial

Riset, "Makan Tabungan" Kelas Bawah Masih Masif di Tengah Daya Beli yang Tertekan

27 September 2024   11:41 Diperbarui: 27 September 2024   13:38 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tabungan kelas bawah (nasional.kontan.co.id)

Dalam Economic Outlook Bank Mandiri, Kamis (26/9/2024), Andry Asmoro, Chief Economist PT Bank Mandiri Tbk mengatakan kondisi kelas bawah sekarang sudah mulai rebound (berbalik)

Andry Asmoro menjelaskan hasil riset yang dilakukan Bank Mandiri mengenai perilaku kelas bawah pada saving dan spending.

Menurut Andry spending (pengeluaran) kelas bawah masih cukup baik dan ada tren yang relatif meningkat. Namun dari sisi saving (tabungan) justru semakin turun drastis.

Fenomena "makan tabungan" masih berlanjut di tengah daya beli yang tertekan.

Seperti diketahui sekarang ini tengah viral dimana kelas menengah sedang berada di situasi middle income trap.

Dan itu terjadi sejak 2019 (sesudah Covid-19) dan masih berlangsung hingga saat ini.

Faktor penyebabnya karena pada masa pandemi itu perekonomian lumpuh, banyak karyawan yang di PHK. Sampai saat ini mereka belum lagi ada pekerjaan.

Dan kalau sudah dapat, gaji mereka masih kecil di tengah-tengah harga-harga naik.

Begitu pun dengan kelas bawah, mengalami nasib yang sama dengan kelas menengah.

Bahkan fenomena "makan tabungan" membuat masyarakat kelas bawah RI paling sengsara.

Pada awal tahun 2023 indeks belanja kelas bawah masih lebih rendah daripada tabungannya.

Akan tetapi sampai Juli 2024 indeks belanja kelas bawah ada di angka 110,6 sedangkan tabungannya ada di angka 47,9.

Adanya program bansos (bantuan sosial) dari pemerintah diakui turut meringankan beban kelas bawah.

Andry membandingkan dengan indeks kelas menengah.

Indeks spending kelas menengah itu cukup stabil, berada di angka 136,7 sedangkan saving nya agak menurun, menjadi 94,8.

Sedangkan di "kelas bangsawan" saving nya cukup baik bahkan meningkat dari periode sebelumnya.

Upper class (kelas atas) Indonesia memang lebih jarang diulas di media.

Yang paling banyak dianalisa adalah middle class.

Dimana jumlah kelas menengah itu mengalami penurunan ke aspiring middle class, bahkan mungkin juga ke kelas bawah.

Kondisi ini harus segera diperbaiki atau dicarikan jalan keluarnya.

Karena kelas menengah ini berpengaruh kepada laju pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Jika kelas menengah menurun maka laju pertumbuhan ekonomi juga akan menurun.

Dengan demikian daya beli masyarakat juga akan melemah.

Mirisnya, fenomena "makan tabungan" ini menurut Andry masih akan terus berlanjut di tengah daya beli masyarakat yang melemah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun