Mohon tunggu...
Surya Bonay
Surya Bonay Mohon Tunggu... Ilmuwan - Pegawai Negeri Sipil

twitter/IG= @spbonay

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Papua Hanya Bisa Berharap Keadilan dari Tuhan

31 Agustus 2015   09:50 Diperbarui: 31 Agustus 2015   09:58 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa hari yang lalu kembali terulang kejadian yang sangat menyakitkan hati orang Papua. Kembali terjadi pembunuhan terhadap anak muda Papua yang kembali lagi dilakukan oleh aparat keamanan. Yang terbaru kemarin dilakukan oleh anggota TNI. Pemberitaan di media nasional termasuk di kompas.com yang mengambil sumber informasi dari pihak TNI menyebutkan bahwa anggota TNI tersebut membela diri setelah dikeroyok oleh masyarakat yang berpesta (mabuk-mabukan), anggota tersebut sempat menembakan tembakan ke udara dan kemudian menembak ke arah masyarakat karena terdesak. Sumber berita lokal seperti tabloidjubi.com, menyebutkan bahwa justru oknum anggota TNI tersebutlah yang sedang dalam keadaan mabuk dan mengganggu acara syukuran yang digelar masyarakat. Sumber lain seperti yang ditulis liputan6.com menulis berita dengan membandingkan keterangan/informasi dari TNI dan dari masyarakat. Tentu berita seperti ini yang kami harapkan, agar masyarakat dapat memberikan penilaian sendiri terhadap informasi yang lebih oyektif tersebut.

Penembakan berujung kematian yang dilakukan aparat keamanan terhadap orang muda papua, atau agar lebih obyektif saya sebut saja saja orang muda indonesia, adalah sebuah cerita menyedihkan yang terus menerus terulang. Beberapa kejadian yang masih ada dalam ingatan saya adalah kejadian di paniai yang menewaskan 4 putra bangsa usia sekolah (orang papua boleh disebut putra bangsa juga kan?) yang sampai saat ini belum jelas proses hukumnya, kemudian peristiwa di tolikara yang mungkin menimbulkan banyak kebencian terhadap orang Papua akibat ramai dibicarakan di media mengenai sebuah mushola yang terbakar, namun sebuah nyawa yang melayang akibat peluru negara tidak begitu dipersoalkan. Kemudian sungguh terlalu, sekali lagi penembakan terhadap masyarakat dengan alat negara yang menyebabkan dua anak muda meninggal dunia.

Beberapa hari setelahnya beredar kabar di Jayapura, tiga anak muda Papua di culik di daerah pantai base-g, disiksa hingga hampir mati, kemudian di lepas di hutan dan diminta untuk lari ke arah hutan dan ditembak, kedua orang ini kemudian melarikan diri dan berhasil selamat akibat pertolongan Tuhan dan ditolong warga. Warga kemudian mencurigai ulah aparat keamanan berkat informasi dua orang yang berhasil selamat tersebut, cerita dan foto keadaan mereka beredar luas di media sosial facebook dan beberapa grup-grup facebook lokal.

Pendekatan persuasif yang selama ini diwacanakan ternyata memang hanya berhenti diwacana saja, atau 100% tidak berhasil dan tidak akan pernah berhasil jika kekerasan terhadap orang papua (terhadap kami) masih terus terjadi. Pendekatan persuasif bukankah bertujuan untuk merubah kepercayaan masyarakat dari yang mungkin tidak dan kurang percaya menjadi percaya. Namun boleh saya katakan bahwa masyarakat sudah gagal percaya terhadap aparat keamanan negara ini. Penyelesaian hukum kasus-kasus seperti ini-pun terkadang sangat lama dan tidak berujung seperti kasus peniai. Saya tidak berharap banyak untuk kasus di Timika ini. Apalagi setelah kejadian pembunuhan itu, TNI sudah buru-buru beri klarifikasi pembelaan diri. Biarlah kami yang selalu salah, memang kami ini keriting, hitam dan mungkin terlahir sebagai kriminal, mungkin benar buku yang ditulis Filep Karma, orang Papua dianggap manusia setengah binatang.

Jadi jika bapak Kapolda Papua yang juga adalah seorang Putra Tanah Papua meminta keluarga korban untuk menyerahkan dan mempercayakan kepada hukum seutuhnya, sebagai warga negara sudah pasti perkara ini diserahkan sepenuhnya kepada hukum, namun jika harus mempercayakannya kepada Hukum, saya rasa masyarakat sudah kehilangan rasa kepercayannya kepada Hukum negri ini. Kasus-kasus pembunuhan di Papua yang melibatkan aparat keamanan selalu tidak jelas, bahkan tersiar kabar seorang petinggi militer yang terlibat kasus pembunuhan Alm. Theys Eluay seorang bapak dan pemimpin yang dipilih sendiri oleh masyarakat Papua, karirnya semakin cemerlang dan mendapatkan promosi. Mungkin hukum negri ini tidak berlaku buat mereka. 

Saya ingin mengajak kita untuk juga ikut merasakan penderitaan yang dialami keluarga korban, bagaimana jika kejadian ini menimpa keluarga kita. Mungkin tempat kita berasal dan besar mempengaruhi pola pikir dan cara pandang kita, saya yang lahir dan besar di Papua dan anda yang mungkin lahir dan besar ditempat lain, tapi kita semua pasti memiliki rasa kasih tanpa memperbandingkan SARA, dan tidak ada seorangpun yang mencintai kekerasan, dan kekerasan yang paling kita takuti adalah maut yaitu kematian, bagaimana jika maut menghampiri anda semudah mengarahkan senjata ke arah anda? Bagaimana jika aparat yang seharusnya melindungi malah menjadi ancaman. Kepada siapa kami harus berharap. kepada gereja? bagaimana jika gereja juga diam dan tidak membela umatnya, atau mungkin membela tapi setengah hati karena takut melawan pemerintah/aparat. Jika sudah begitu kita berharap saja kepada Tuhan yang punya langit dan bumi. Tuhan yang nanti jadi pembela kita!.

[caption caption="dua korban meninggal dunia dari suku komoro, suku pemilik tambang emas freeport, yang ditembak oleh oknum TNI di Timika"][/caption]

[caption caption="salah satu korban penculikan yang selamat dari pembunuhan di kota jayapura (foto: facebook page Hilda Makanuay (warga pantai base-g)"]

[/caption]

[caption caption="Mengenang Kembali, Masyarakat yang bersedih dan menangis sepanjang jalan mengantar jenazah Theys Eluay yang dibunuh Kopassus"]

[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun