Mohon tunggu...
Rudi Darma
Rudi Darma Mohon Tunggu... Administrasi - pemuda senang berkarya

pemuda yang menjadi dirinya di kampung halaman

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Banyak Pekerjaan Rumah untuk Kebangsaan Kita

3 Agustus 2024   18:22 Diperbarui: 3 Agustus 2024   18:25 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Awal Agustus ini kita dikejutkan dengan penangkapan teroris di Jawa Tengah (Solo) dan di Jawa Timur (Batu).  Teroris yang ditangkap di Jawa Tengah diketahui adalah warga Malang yang hendak ke Jakarta. Sedangkan yang ditangkap di desa Junrejo Batu Malang masih berstatus pelajar atau mahasiswa berusisa 19 tahun. Saat ini Densus 88 tengah meminta keterangan dari keluarganya.

Diberitakan oleh media, pelajar yang ditangkap itu berinisial HOK sudah merencanakan aksi bom bunuh diri di dua tempat ibadah di Malang.  Polisi menemukan dan menyita sejumlah barang bukti yang diduga merupakan bahan kimia pembuatan bom, termasuk bahan peledak berjenis triacetone triperoxide alias TATP yang disinyalis sangat berbahaya dan punya daya ledak tinggi.

Ini bukan untuk pertama kali seorang mahasiswa atau pelajar berurusan dengan aparat keamanan untuk masalah radikalisme maupun terorisme.  Sebelumnya ada seorang mahasiswa HI di Universitas Brawijaya yang ditangkap karena aktif mengumpulkan dana untuk perjuangan ISIS. Penangkapan terduga teroris kemudian berlanjut pada penangkapan di Solo dan di Batu itu.

Dai kejadian ini bisa mengingatkan kita bahwa bahaya radikal dan terorisme itu bisa datang dari mana saja. Bisa kalangan muda atau tua bahkan masih remaja seperti seorang pelajar itu.  Kejadian ini merupakan penguatan bahwa bagaimanapun bahaya radikalisme dan terorisme itu bisa menyasar siapa saja.

Ini merupakan salah satu sinyal bagaimana terorisme bisa  mengancam persatuan bangsa bahkan mengancam kehidupan berbangsa. Para pengancam itu bahkan  dari generasi muda yang sebenarnya adalah tempat kita menaruh harapan untuk masa depan. Bahkan mereka belajar di universitas terkenal dan jurusan yang  juga diperhitungkan.

Inilah penting bagi kita untuk selalu menelisik diri kita sebagai bangsa dan melihat apa-apa yang harus dikoreksi. Apakah itu sistem pendidikan kita yang seringkali ketahuan mengajarkan intoleransi kepada murisnya? Apakah keacuhan kita pada kearifan lokal yang sebenarnya harus kita hargai dan hormati. Ataukah dari aspek yuridis kita banyak melakukan ketidak fokusan penanganan hukum terhadap banyak masalah. Sisi filosofi bangsa tidak perlu dikoreksi, malah harus diperkuat namun banyak orang yang menginginkan syariat  agama sebagai pedoman yang tidak bisa diterima oleh BKRI. Atau dari menjalankan keyakinan, kita banyak tidak saling mengharagai atau menghormati.

Banyak aspek ini menimbulkan ketidak harmonisan sebagai bangsa. Keharmonisan dapat tercipta jika kita saling mengharagai aspek-aspek yang saya sebutkan di atas. Jika kita  bisa mewujudkan kerukunan dan harmoni itu maka kita bisa wujudkan persatuan Indoensia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun