Relasi kebangsaan dan agama di Indonesia, sudah melampaui banyak hal. Di awal kemerdekaan sempat muncul tuntutan untuk memasukkan piagam Jakarta ke dalam format falsafah negara. Namun hal itu tidak bisa dilakukan oleh pendiri bangsa kita karena banyak pertimbangan, diantaranya rentang geografis Indonesia yang sedemikian besar sehingga membawa konsekwensi banyaknya perbedaan yang harus diatasi.
Jika kita nalar, kompleksitas perbedaan yang dimiliki Indonesia terlalu banyak . Dari agama, ras, etnis, bahasa sampai dengan keyakinan termasuk aliran kepercayaan. Jika kita tidak memiliki falsafah negara yang lentur seperti Pancasila, maka dengan cepat kita akan berpisah satu sama lain, untuk mendirikan wilayah negara baru.
Ini yang terjadi pada bekas Uni Soviet yang terpecah dalam beberapa negara pecahannya berdasarkan etnis mereka. Begitu juga beberapa negara lainnya.
Kelenturan falsafah negara yang kita sebut Pancasila ini harus tetap kita jaga dan hargai. Kelenturan ini seharusnya tidak membawa pertentangan  atau polemik soal kebangsaan dan keagamaan yang sering disoal orang. Beberapa faham seringkali mempertentangkannya . Kita bisa lihat bagaimana ideologi transnasional berkembang dengan subur di perguruan tinggi dan sekolah-sekolah melalui ekstra kurikulernya.
Tentu kita ingat bagaimana seorang wanita menerobos pengamanan paspampres  dan bermaksud bertemu dengan presiden RI, Joko Widodo. Dia ingin mengutarakan pendapatnya bahwa ideologi  Indoensia seharusnya syariat Islam dan bukan Pancasila.
Hal ini menunjukkan bahwa kuatnya pengaruh ideologi lain ke dalam bangsa kita melalui cara apa saja. Banyak sekali warga Indonesia yang terpengaruh. Ini bisa dilihat dari berbagai kegiatan yang mengatasnamakan agama dan dalam banyak content di youtube.
Politik juga memperparah hal ini. Kita bisa melihat, beberapa pihak yang maju dalam kontestasi sering memakai jurus pendekatan agama dalam meraih suara. Banyak orang yang terpengaruh sehingga tak jarang salah arah. Yang ada adalah mereka terjebak pada ilusi yang tidak akan terjadi sampai kapanpun.
Segala siasat politik yang mengatas namakan agama harus dihentikan. Silaturahmi antara golongan harus segera digalakkan. Relasi kebangsaan dan keagamaan harus dipulihkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H