Pancasila bukan hanya sebagai falsafah, ideologi dan dasar negara, namun juga sebagai sebuah konsep peradaban bagi bangsa Indonesia. Peradaban sendiri punya arti kurang lebih adalah seluruh aspek kehidupan manusia, baik fisik maupun non fisik. Fisik di sini artinya hasil karya manusia yang berupa fisik seperti infrastruktur dan sejenisnya sedangkan non fisik seperti nilai-nilai, tatanan, seni budaya dan iptek.
Konsep peradaban Pancasila di sini artinya adalah bahwa seluruh nilai-nilai dan tatanan yang ada dalam manusia Indonesia didasari oleh Pancasila dari sila pertama sampai sila ke lima. Kita tahu Pancasila punya 45 butir nilai-nilai Pancasila yang diambil dari segala aspek kehidupan manusia Indonesia sehingga mendasari langkah kita dalam menapaki kehidupan. Karena menjadi inti dari semua nilai yang tumbuh, maka dia akan menyertai seluruh proses pertumbuhan dari sebuah bangsa  sejak merdeka sampai menjadi besar dan masyur.
Kita ambil contoh sila pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa yang mengacu pada nilai-nilai ajaran agama sebagai inti nilai pada sila pertama itu. Pada masa ini, agama menjadi acuan bagi banyak orang untuk berujar dan bersikap. Karena itu tidak salah jika jita menyimak tujuh  butir nilai dari Sila Pertama dalam Pancasila yaitu,
Bang sa Indonesia menyatakan kepercayaan dan ketakwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Kedua, Manusia Indonesia percaya dan takwa pada Tuhan yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan ang adil dan beradab.Butir ketiga adalah mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama antara pemeluk agama dan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Butir keempat, Membina kerukunan hidup diantara sesame umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Kelima adalah mengembangkan saling hormat menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing. Keenam, agama dan kepercayaan kepada Tuhan yang Maha Esa merupakan masalah yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang maha Esa.
Sedangkan butir ketujuh adalah tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain.
Ketujuh butir ini memang mengingatkan kita soal bagaimana akar kita sebagai bangsa Indonesia yang memandang soal agama. Kita harus sadar bahwa sejak dahulu agama dan kepercayaan di Indonesia memang beragam dan beraneka. Kita ingat bahwa belum lama ini pemerintah juga mensahkan beberapa aliran kepercayaan sebagai cara untuk menyembah Tuhan. Aliran kepercayaan itu juga harus kita hormasti sebagai salah satu cara yang dianut beberapa bagian masyarakat Indonesia, seperti Sunda Wiwitan, kejawen, beberapa kepercayaan lokal di Kalimantan dan Nusa Tenggara Timur bahkan Papua. Itu semua harus kita hargai bersama.
Atas dasar itulah sekiranya kita tak bisa mengatakan bahwa masyarakat Indonesia hanya berdasar satu agama saja, hanya karena satu atau beberapa agama itu merupakan agama mayoritas yang dianut oleh bangsa Indonesia. Banyak pihak dan kita harus menghargai semuanya karena perbedaan itu juga mengiringi peradaban dan langkah kita sebagai sebuah bangsa.
Karena itu tidak bisa kita mengatakan bahwa Pancasila itu adalah thaghut atau berhala masa kini, hanya karena Pancasila sarat dengan penghargaan terhadap nilai-nilai bangsa yang kita anut. Jika kita menilainya sebagai thaghut sama artinya kita egois karena hanya berlandaskan satu agama saja dalam menilai peradaban kita. Dan sifat itu bukan ciri manusia Indonesia.
Karena itu mari kita bersama-sama saling menghargai Pancasila sebagai konsep dasar bangsa kita. Dengan begitu kita juga menghargai peradaban manusia Indonesia, dimana kita merupakan bagian darinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H