Mohon tunggu...
Rudi Darma
Rudi Darma Mohon Tunggu... Administrasi - pemuda senang berkarya

pemuda yang menjadi dirinya di kampung halaman

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pancasila Adalah Pemersatu Para Millenials

10 April 2019   09:11 Diperbarui: 10 April 2019   09:28 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa dari kita mungkin tahu kabar bahwa beberapa waktu lalu (tepatnya awal April) pemerintah Singapura melarang tiga lagu milik artis Lady Gaga, Ariana Grande dan Hozier dilarang beredar di negara itu. Lagu itu adalah Judas milik Gaga, God is a Woman milik Grande dan Take Me to Chruch milik Hozier.  Sebelumnya konser gru black metal Swedia , Watain dilarang tampil di Singapura

Pemerintah Singapura menilai bahwa tiga lagu itu mengandung lirik atau narasi yang bersifat ofensif (menyerang). Hal itu terkait dengan isu soal ujaran kebencian yang berkembang di negara itu dan pluralisme. Sedangkan Watain dilarang tampil karena karena dinilai merendahkan agama dan mempromosikan kekerasan.

Laranga  itu diungkap oleh Menteri Dalam negeri Singapura K. Shanmugam. Singapura memang memberlakukan aturan cukup ketat terkait ujaran public dan media terutama daam hal ras dan agama. Dalam konteks itu K. Shanmugam  bahwa pendekatan pemerintah Singapura adalah dipandu oleh akal sehat  dan rasional.

Sama dengan negara serumpun di Asia Tenggara lainnya,  seperti Indonesia dan Malaysia, Singapura juga merupakan tempat dimana beberapa bangsa dan keyakinan berkumpu dan bertempat tinggal . \

Warga mereka banyak yang keturunan Melayu, China, India dan Eropa. Karena itu keyakinan (agama)pun beraneka, ada yang memeluk agama Islam, Budha, Hindu , Kong Hu Chu dan Kristen mapun Katolik. Begitu juga Malaysia.

Mungkin kita bisa melihat hal ini dengan kacamata bangsa Indonesia. Indonesia jauh lebih pluralis dibanding Singapura. Kita punya ratusan suku bangsa, bahasa dan jumlah keyakinan seperti Singapura bahkan lebih banyak karena di Indonesia ada keyakinan seperti Kejawen, Sunda Wiwitan dll.

Singapurapun yang  besaran negaranya lebih kecil dari Indonesia amat memperhatikan masalah pluralism dan memberlakukan aturan ketat. Sama dengan Indonesia, baik Singapura adalah negara demokrasi yang juga menghargai pendapat berbeda dari rakyatnya.

Apalagi Indonesia. Tak mudah mengelola bangsa besar seperti Indonesia yang kaya dengan perbedaan, berpenduduk banyak dimana demokrasi juga diberlakukan. Pelarangan narasi lagu beberapa artis luar negeri juga pernah dilakukan oleh. Sama dengan Singapura, pemerintah Indonesia juga amat memperhatikan pengaruh narasi ujaran kebencian yang beredar di negara ini dan patut dikendalikan.

Selayaknya kita sebagai generasi muda dan kaum millenials paham atas kebijakan ini dan berusaha untuk memberikan penjelasan kepada sekitar akan bahaya narasi yang mengandung kebencian. Kita semua tahu bahwa Pancasila merupakan dasar atau pondasi negara yang teramat baik bagi negara kita yang beraneka ini.

Sehingga negara kita punya masyarakat dan para millenials yang menghargai perbedaan, perbedaan apapun itu. Pancasila dalah alah pemersatu para millenials yang paling paten, meskipun kita juga kenal dan akrab dengan budaya-budaya lain dari berbagai negara dan artis yang punya berbegai narasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun