3. Penyamaran kejahatan
Data pribadi yang dicuri bisa digunakan untuk membuat identitas palsu yang kemudian dipakai untuk melakukan tindakan jahat. Contohnya terorisme. Efeknya, korban dan keluarga yang data pribadinya dipakai tersebut akan mendapat tuduhan sebagai teroris atau kelompok pendukungnya. Sementara, penjahat aslinya bebas melenggang.
4. Pencatutan nama pinjol
Pelaku kejahatan juga bisa mengajukan peminjaman di aplikasi pinjaman online (pinjol) dengan bermodalkan data-data yang sudah bocor. Modusnya, peretas mengumpulkan data KTP dari data-data yang bocor. Mereka bisa mengajukan pinjaman untuk menarik sejumlah uang dari aplikasi pinjaman online yang kurang baik sistem pemeriksaannya.
Hal ini pernah terjadi dalam kasus yang diungkap seorang netizen. Temannya disebut mendapet transferan dari rekening tak dikenal Ro20 juta. Kontak WhatsApp tak dikenal kemudian menghubungi calon korban dan mengaku "salah transfer."
Ternyata setelah ditelusuri yang mengirim adalah salah satu akun pinjaman online. Orang tersebut mendapat uang Rp20 juta bersih.
5. Teror telepon
Data nomor telepon yang bocor kepentingan marketing hingga scam. Jangan heran jika Anda banyak mendapat penawaran jasa atau produk dari perusahaan antah berantah padahal Anda tak pernah memberi nomor kontak.
Yang lebih meyakinkan adalah penelepon juga sudah mengetahui nama lengkap Anda dan data-data detil lainnya.
Lebih jauh, kasus yang banyak terjadi juga adalah penipuan scam via telepon atau pesan WhatsApp.
Dengan data-data lengkap yang dimiliki, tak heran pelaku bisa meyakinkan calon korbannya.
6. Target politik
Data-data bocor yang dikumpulkan bisa dipakai untuk rekayasa sosial hingga profiling korban. Salah satu aplikasinya adalah pemetaan dan pengarahan preferensi dukungan politik. Misalnya, berdasarkan umur dan demografi penduduk berdasarkan lokasi, hobi, hingga jenis kelamin. Big data tersebut bisa digunakan untuk sosialisasi politik.
Meningkatkan Keamanan Data dengan Literasi Digital
1. Gunakan Kata Sandi yang Kuat dan Unik
- Kata Sandi Kompleks: Buat kata sandi yang kuat dengan kombinasi huruf besar, huruf kecil, angka, dan simbol.
- Kata Sandi Unik: Gunakan kata sandi yang berbeda untuk setiap akun untuk mengurangi risiko jika satu akun diretas.
2. Aktifkan Autentikasi Dua Faktor (2FA)
- Verifikasi Tambahan: Autentikasi dua faktor menambahkan lapisan keamanan ekstra dengan mengharuskan verifikasi kedua selain kata sandi, seperti kode yang dikirim ke ponsel Anda.