Mohon tunggu...
Rudi Salam Sinulingga
Rudi Salam Sinulingga Mohon Tunggu... -

Menerima undangan Untuk menjadi Narasumber di Seminar Pendidikan, in-house Training, public speaking, motivation class, Entrepreneurship Seminar, dll Rudi Salam Sinulingga (Speaker, Motivator and Entrepreneur) Untuk informasi: HP/WA: 081265972544 BBM : 579256C5 Be smart, creative and professional!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menggugat Arogansi Tenaga Pendidik

3 Mei 2016   00:45 Diperbarui: 3 Mei 2016   00:57 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona


Oleh:

Rudi Salam Sinulingga

(Speaker, Motivator and Entrepreneur)

 di Medan

Mungkin saja tulisan saya ini akan mendatangkan pro dan kontra di tengah para pembaca. Mengapa demikian? Hal ini dapat dimengerti bahwa  orang-orang yang tidak pernah merasakan pengalaman buruk di dalam proses pendidikannya akan menganggap bahwa tidak ada masalah berat selama dia bergelut di dalam pendidikannya dan tentunya belajar menjadi syarat utama untuk menghindar dari situasi tersebut, sedangkan sebagian orang yang sudah pernah mengalami pengalaman buruk di masa pendidikannya di jenjang perguruan tinggi akan mengerti dan menyetujui apa yang akan saya tuliskan. Sudah lama saya tidak aktif lagi menulis. Di tahun 2013 adalah tahun terakhir saya membuat tulisan dalam bentuk artikel. Semoga tulisan saya yang pertama di tahun 2016 ini menjadi awal untuk menghidupkan kembali semangat saya untuk membuat tulisan-tulisan di masa yang akan datang.

Tulisan saya ini muncul akibat timbulnya berita yang sangat mengejutkan di satu institusi pendidikan Indonesia, terkhusus di provinsi sumatera utara, tepatnya di kota Medan, di salah satu Perguruan Tinggi Swasta di kota Medan. Tepatnya hari ini, Senin 2 Mei 2016 terjadi peristiwa  di dalam institusi pendidikan. Satu orang dosen dibunuh oleh mahasiswanya sendiri. Menurut informasi, korban pembunuhan tersebut merupakan mantan Dekan di Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP). Meskipun saya tidak mengetahui persis kronologi dari pembunuhan tersebut, saya mencoca membuat tulisan ini dari berita yang muncul di di berbagai media, termasuk di jejaring sosial. Menurut kabar yang beredar, pembunuhan itu dipicu karena perselisihan antara dosen dan mahasiswa.

 Si mahasiswa tadi meminta kejelasan tentang perkuliahannya, dan dari kabar lain juga disebutkan bahwa perselisihan itu muncul karena berhubungan dengan penyusunan skripsi si mahasiswa sebagai salah satu syarat untuk lulus dari perguruan tinggi. Ketika tidak ditemukan lagi solusi dari permasalah tersebut, maka mahasiswa berpikir dengan membunuh si dosen tadi merupakan jalan satu-satunya untuk meluapkan perasaan jengkel, benci, rasa jenuh dan berbagai alasan lainnya.

 Pembunuhan itu terjadi di dalam kamar mandi. Setelah membunuh si dosen, si mahasiswa tadi berusaha melarikan diri dari kepungan ribuan mahasiswa dan aparat polisi. Dan menurut informasi yang beredar, si mahasiswa yang sudah membunuh ibu dosen itu harus bersembunyi di dalam kamar mandi karena tidak dapat lagi melarikan diri. Dia mencoba menghindar dari kepungan ribuan mahasiswa. Dan akhirnya setelah kejadian ini si mahasiswa tadi, dan menjadi tersangka pembunuhan harus berurusan dengan hukum.

Kejadian ini merupakan salah satu dari banyaknya kejadian yang dialami oleh peserta didik dalam proses pendidikan mereka. Ada banyak lagi kasus lain yang sering kali terjadi di dalam institusi pendidikan yang seharunya menjadi institusi yang menghasilkan lulusan yang kreatif, inovatif dan berkarakter. Tentunya di dalam institusi pendidikan akan kita lihat banyaknya karakter yang bermunculan di tengah peserta didik dan juga tenaga pendidik. Untuk itu kita sangat diharapkan untuk mampu memahami setiap karakteristik tersebut.

Berbagai macam kasus dapat ditemukan di dalam institusi pendidikan. Satu persatu akan saya uraikan dalam contoh konkrit berikut ini. Ada saatnya kita dapat melihat sosok tenaga pendidik yang merasa bangga jika semua peserta didiknya gagal dalam mata kuliah yang diampunya. Dalam satu kelas, dapat kita temukan bahwa hampir semua mahasiswa di dalamnya gagal dalam mata kuliah yang diajarkan oleh si tenaga pendidik tadi. Seharunya si tenaga pendidik tadi harus mengkoreksi diri, mencoba berpikir kembali., 

mengintrospeksi diri, dimanakah terletak kesalahan tersebut. Jika sebagian besar dari peserta didik tadi gagal di mata kuliah yang diajarkan oleh si tenaga pendidik tadi, maka di dalam teori pendidikan, yang salah itu bukan si mahasiswanya, melainkan si tenaga pendidik yang tidak mampu mengajarkan materi dengan baik kepada peserta didik. Dengan situasi seperti ini, si tenaga pendidik bukan justru berbangga diri jika hampir semua peserta didik yang dididiknya gagal di mata kuliah yang diampunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun