Mohon tunggu...
Rudi Salam Sinulingga
Rudi Salam Sinulingga Mohon Tunggu... -

Menerima undangan Untuk menjadi Narasumber di Seminar Pendidikan, in-house Training, public speaking, motivation class, Entrepreneurship Seminar, dll Rudi Salam Sinulingga (Speaker, Motivator and Entrepreneur) Untuk informasi: HP/WA: 081265972544 BBM : 579256C5 Be smart, creative and professional!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ketika Institusi Pendidikan Menjadi Tempat untuk Melakukan Kekerasan

3 Mei 2016   19:24 Diperbarui: 3 Mei 2016   19:29 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Akhir-akhir ini kita mendengar banyaknya tindakan kekerasan yang terjadi di lingkungan pendidikan. Tindakan kekerasan dilakukan oleh sesame peserta didik, atau juga yang dilakuan oleh tenaga pendidik terhadap peserta didik. Kejadian itu dipicu karena adanya perselisihan di anatara peserta didik atau dengan tenaga pendidik, ketidakcocokan, timbulnya premanisme, dan berbagai alasan lain yang melatarbelakangi setiap tindakan kekerasan tersebut. Hal paling menyedihkan adalah ketika setiap tindakan kekerasan itu menelan korban hingga meninggal dunia. Pelaku kekerasan melakukan aksinya tanpa memikirkan dampak paling buruk dari tindakannya.

Seringkali tindakan kekerasan terjadi karena adanya perselisihan, motif dendam dan alasan lainnnya. Kejadian ini tentu saja akan merugikan kedua belah pihak. Tindakan kekerasan sudah seringkali kita temukan di dalam institusi pendidikan yang seharusnya tempat ini digunakan untuk mengembangkan ilmu dan karakter peserta didik dan tenaga pendidik menjadi contoh yang harus diteladani oleh peserta didiknya. Tidak tanggung-tanggung, tindakan kekerasan ini pun sudah dilakukan oleh anak-anak di bangku sekolah dasar, yang seharusnya masa ini adalah masa untuk bermain dan penuh dengan keceriaan.

Beberapa video kekerasan yang dilakukan oleh anak sekolah dasar terhadap temannya pun dengan mudahnya kita lihat di salah satu situs video, atau juga yang sering dibagikan di media social. Tentu sekali aka nada respons reaktif dari para netizen setelah menonton video kekerasan tersebut. Kekerasan itu pun tidak tanggung-tanggung lagi karena sudah dilakukan oleh sesame pria, atau juga pria terhadap wanita, atau juga sesame wanita. Pelaku kekerasan menjadikan dirinya seperti bintang film laga, berusaha melumpuhkan lawannya dengan tangan sendiri, menendangnya, memukulnya dengan kayu dan materi lainnya sehingga lawannya tidak berdaya lagi dan akhirnya pun meninggal dunia.

Kejadian-kejadian ini pun terjadi di lingkungan pendidikan umum atau di lingkungan pendidikan agama. Yahhh kok bisa pula? Fakta kita dapatkan bahwa kejadian-kejadian itu terjadi di lingkungan pendidikan agama. Peserta didik tadi melakukan tindakan kekerasan terhadap temannya, atau juga si tenaga pendidik menyiksa si peserta didiknya. Sepertinya dunia pendidikan di jaman sekarang berubah menjadi arena pertarungan. Siapa yang kuat, maka dialah menjadi penguasa. Yang lemah akan menjadi korban. Yang tidak memiliki uang akan terpinggirkan. Yang tidak memiliki kemampuan lebih akan terbuang.

Berbagai kasus kekerasan sudah terjadi di dalam institusi pendidikan. Tawuran antarperserta didik pun terjadi, walaupun mereka masih di dalam satu institusi pendidikan. Kejadian ini dapat terjadi di antara peserta didik di dalam satu kelas, beda kelas atau beda jurusan. Motif tindakan kekerasan ini pun terjadi karena adanya beberapa alasan, misalnya timbulnya perilaku saling menghina, akibat rebutan pacar, dan lain-lain. Tawuran yang terjadi akan mengganggu kenyamanan kampus dan juga masyarakat yang sedang melintas di jalan seputaran kampus tersebut. Aneh memang…. Namun inilah realita yang seringkali terjadi di dalam institusi pendidikan.

Jika kita perhatikan dari kurikulum yang diaplikasikan, institusi pendidikan sudah melakukan kurikulum yang baik, menambahkan pendidikan agama dan karakter di dalamnya, namun tindakan kekerasan masih sering kali terjadi. Lalu dimana kah letaknya kesalahan sehingga seringkali lingkungan sekolah tidak menjadi tempat aman lagi bagi penghuninya. Lingkungan pendidikan telah berubah menjadi gua hantu. Lingkungan pendidikan telah berubah menjadi arena pertarungan. Hanya mereka yang mampu bertahanlah yang akan menjadi penguasa.

Ketika peserta didik ditekankan untuk menguasai dalam bidang kognitif, maka gagal sudah lah tujuan dari pendidikan. Seyogianya antara ranah kognitif, psikomotorik dan afeksi menjadi factor penting yang harus ada di dalam diri setiap peserta didik, dan tenaga pendidik juga harus menjadi contoh di tengah peserta didiknya. Tenaga pendidik juga hendaknya tidak mempertontonkan arogansinya terhadap peserta didiknya. Kehadiran dari tenaga pendidik di tengah peserta didik seharusnya menjadi angin segar bagi diri dari setiap peserta didik. Tenaga pendidik harus berusaha menjadi sosok orang tua di sekolah, member teladan, memberi penguatan ketika peserta didik mengalami masalah, kegagalan dan persoalan hidup lainnya.

Adanya komunikasi yang baik antara orang tua, tenaga pendidik dan peserta didik, di saaat itulah proses dari pendidikan akan berjalan dengan baik. Komunikasi yang dibangun dengan baik menjadi syarat utama untuk menciptakan iklim belajar yang nyaman di lingkungan pendidikan. Lingkungan pendidikan yang baik adalah ketika lingkungan tersebut menjadi tempat aman bagi setiap orang yang ada di dalamnya, adanya kasih yang diperlihatkan melalui sikap dan perlakukan baik terhadap semua orang yang ada di dalamnya. Setiap perbedaan yang ada di dalamnya tidak menjadi sumber masalah, melainkan semuanya itu dapat dijadikan sebagai kekayaan yang membuat kita semakin berkembang. Marilah menjadi sosok yang senantiasa memberikan angin segar kepada siapa saja, jadikanlah diri kita sebagai pencipta perdamaian bagi setiap orang yang ada di sekeliling kita.

Salam pendidikan!

Salam perubahan

*Keterangan gambar : diambil dari www.kompasiana.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun