Soreng Warga Setuju, merupakan kesenian yang berasal dari Desa Bandungrejo, Kec.Ngablak, Kab.Magelang. Kesenian ini juga memiliki suatu wadah dan sarana berkesenian yaitu Sanggar Pangrumpako Budaya Soreng Warga Setuju. Paguyuban yang didirikan kurang lebih pada tahun 1964 tersebut masih berkembang sampai saat ini, dibawah pimpinan generasi pertama yang dipimpin oleh Martono, Supiyo, dan Jono, selanjutnya pada generasi kedua dipimpin oleh Taryono sebagai regenerasi untuk melanjutkan kepemimpinan kesenian Soreng Warga Setuju secara umum. Selanjutnya dengan arahan Slamet Santoso selaku (koreografer) di Sanggar Pangrumpoko Budaya tersebut menambah keguyuban kesenian soreng yang merambah dari semua kalangan.
Selama regenerasi dibawah kepemimpinan Wargo dan Slamet Santoso sebagai (koreografer), seni soreng menjadi populer dengan sorengnya. Tari Soreng dari paguyuban komunitas warga setuju kerap sekali menerima tanggapan atau mengisi berbagai macam acara panggung hiburan seperti acara saparan, sadranan, penyambutan tamu, Syawalan dan lain-lain. Beberapa tahun yang lalu, tepat pada HUT RI Ke-74 Soreng Warga Setuju mendapatkan undangan ke Istana Kemerdekaan sebagai salah satu pengisi acara HUT tersebut. Pengalaman yang sangat luar biasa dan membanggakan bagi Komunitas Soreng Warga Setuju yaitu ketika rombongan ini sejumlah 200 penari soreng datang ke Istana Kemerdekaan untuk mengisi acara HUT RI Ke-74.
Slamet Santoso selaku (koreografer) Soreng Warga Setuju membawakan gaya Soreng khas pertanian. Inspirasi dan bernuansa agraris tersebut mencerminkan profesi keseharian warga masyarakat Desa Bandungrejo yang mayoritas bekerja sebagai petani di lereng Gunung Andong dan Gunung Merbabu. Sejak itulah kesenian keprajuritan ini yang berasal dari Desa Bandungrejo Kec. Ngablak Magelang ini menjadi populer dengan sebutan nama Soreng Istana Negara.
Kesenian Soreng, menceritakan keprajuritan yang dibawahi oleh kekuasaan Adipati Haryo Penangsang, punya watak adigang, adhigung, sopo siro sopo insun. Dan punya sifat irihati dengan kedudukan Hadiwidjojo Karebet Joko Tingkir di Pajang, akhirnya Haryo Penangsang menyusun kekuatan dan mengadakan latihan perang untuk merobohkan tahta kerajaan di Pajang. Tak lama kemudian Pekatik datang minta tolong karena diperung talinyadan dikanthili surat tantangan, setelah dibaca Adipati Haryo penangsang marah tanpa pertimbangan, segeralah mengajak semua prajurit berangkat ke sungai bengawan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H