Mohon tunggu...
Rudi Nofindra
Rudi Nofindra Mohon Tunggu... -

Saya Berminat penelitian (Research) Pendidikan, Media & Kebudayaan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kesenian gandang Lasuang Kayu dalam Kehidupan Masyarakat di Desa Sasak

15 Januari 2011   00:52 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:35 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kesenian yang tumbuh dan berkembang sekelompok masyarakat merupakan salah satu unsur yang menunjang keberadaan suatu budaya,kesenian tidak pernah berdiri lepas dari masyarakat sebagai salah satu yang penting dari kebudayaan. Kesenian adalah merupakan kreatifitas dari kebudayaan itu sendiri ( Umar Khayam 1981 : 39). Pada umumnya kesenian tradisional yang berkembang pada saat ini di Minangkabau, merupakan wujud kreatifitas masyarakat. Kesenian tradisional menjadi suatu sarana komunikasi diantara sesama warga masyarakat.

Melalui penyajian kesenian maka anggota masyarakat dapat saling bertukar informasi. Bahkan didasari atau tidak lewat penyajian suatu bentuk kesenian, sekelompok masyarakat akan dapat dikenal oleh sekelompok masyarakat lainnya. Hal-hal seperti diatas memang dialami oleh masyarakat desa Sasak, terutama dalam menyajikan kesenian gandang Lasuang ini. Sebagaimana yang dikemukakan oleh salah seorang informan yang bernama Akosasi (65 tahun) mengatakan bahwa “Pada setiap bulan terang para pemain atau pendukung kesenian Gandang Lasuang saling berkumpul dan bergurau”. Mereka melakukan kegiatan menghibur diri dengan memainkan kesenian Gendang Saluang. Pada saat bulan terang ini merupakan hari istirahat bagi mereka terutama bagi mereka yang bermata pencaharian sebagai nelayan, karena bulan gelap digunakan mereka untuk hidup yaitu sebagai penagkap ikan (nelayan).
Dan pada saat bulan terang inilah mereka saling bertukar pikiran dan kadang-kadang sampai mengungkapkan perasaan mereka dengan jalan bergurau (wawancara dengan Akosasi ). Menurut Zainal Hasan ( 49 tahun) mengatakan bahwa kehadiran kesenian Gandang Lasuang di desa Sasak sejak 100 tahun yang lalu .perkiraan ini di dasarkan pada umur informan ,karena informan mendengar kesenian Gandang Lasuang kira-kira abru berumur 7 tahun.sedangkan beberapa orang tua yang memainkan Gandang Lasuang waktu itu diperkirakan telah berumur lebih dari 45 tahun (wawancara),jadi untuk menentukan secara pasti tentang angkatan tahun kesenian ini tumbuh di desa Sasak ini sangatlah sulit ,karena tidak di dukung oleh bukti dan saksi dari kesenian pertama kali membawanya.

Gandang Lasuang terbuat dari kayu nangka air yang mempunyai kualitas yang baik,yang mana kayu jenis ini akan sanagt baik bila di jadiakan alat musik dari Gandang Lasuang ini yang akan mengeluarkan bunyi yang nyaring sesuai dengan apa yang diinginkan.Lasuang dipakai dalam kesenian ini yang mempunyai 4 buah lobang dan tinggi 21cm,lebar 31cm,lobang 27 cm dan gari tengah lingkaran 27cm. Pada waktu alat ini dimainkan leseng tersebut diletakkan diatas kelapa yang disusun hal ini berguna untuk menghasilkan bunyi yang lebuh nyaaring dan bagus.

Alu biasa disebut juga dengan pemukul leseng yang berjumlah 6 bauh kayu,kayu yang digunakan sebagi alat pemukul lesung yang terbuat dari kayu kalek.Karena jenis kayu ini merupakan jenis kayu yang kuat,alu ini mempunyai ukuran panjang 4,5 cm dan cara memainkanya lasuang diletakkan diatas daun kelapa yang disusun oleh para pemain secara tegak sedangkan alu yang dipegang ditangan denagn kedua telapak tangan untuk mengahasilkan bunyi alu dipukul pada lasuang persisi seperti orang yang sedang menumbuk padi

Alat musik Gandang Lasuang merupakan salah satu bahagian dari musik tradisional Minagkabau yang tergolong pada jenis alat musik pukul dimana alat musik ini terbuat dari bahan yang sederhan .Akan tetapi memiliki arti tersendiri bagi masyarakat desa Sasak.

Dan apabila diperhatikan alat musik ini sama halnya dengan gendang yang lain ayang terdiri dari beberapa bagian,pertunjukan Gandang Lasuang dikonsep oleh masyarakat pendudkunya dengan melihat pada adat

Penampilan kesenian ini tidak terlepas dari fungsi yang hampir sama dengan alat musik tradisional lainya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun