Mohon tunggu...
M Rudi Kurniawan
M Rudi Kurniawan Mohon Tunggu... Mahasiswa -

FEB UI'12 | Alumnus PP Al-Amin Mojokerto

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Gagal SNMPTN : Satu Cerita Kebanggaan

2 Juni 2013   00:05 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:40 653
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Life has no CTRL+Z. Berada pada detik-detik perjuangan menuju perguruan tinggi negeri (PTN), layaknya berdiri ditengah stadion bola di malam hari. Akan ada banyak bayangan kebingungan yang tercipta.

Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri, atau yang akrab disapa SNMPTN, di tahun 2013 ini seakan menjadi angin segar bagi seantero negeri. Begitu segar dibanding pelaksanakan UN yang menjemukan di tahun yang sama. Ribuan peserta yang dinyatakan lolos, seakan tidak percaya bisa menembus dinding tebal PTN tanpa adanya tes tertulis. Hidup akan terasa begitu indah bagi mereka. Lantas bagaimana dengan mereka yang belum beruntung meraih kelulusan SNMPTN?

Tak bisa dipungkiri bahwa kesedihan yang begitu mendalam mendekap malam-malam mereka. Kegagalan ini banyak dihasilkan oleh kelengahan dalam mempertimbangkan perguruan tinggi tujuan mereka. Bagaimana tidak jika anda mendapatkan peluang masuk PTN terkenal tanpa adanya syarat akademik ini itu seperti tahun lalu, namun anda abaikan saja kesempatan itu? Semua pelajar pastilah tergiur akan tawaran malaikat-malaikat Kemendikbud. Ironisnya, sekian besar dari jumlah pelamar SNMPTN, seakan dibutakan budi baik itu. Mereka memilih apa yang mereka mau, apa yang mereka anggap bergengsi, dan apa yang dapat mereka banggakan ketika dapat masuk ke perguruan tinggi tujuan mereka. Para pendaftar ini tak mampu melihat kedalam diri mereka untuk kemudian menilai kemampuan mereka.

Ya, memang bermimpi itu pijakan awal dalam fase eskalasi tingkatan hidup. Namun sudah seharusnya disadari bahwa mereka yang bermimpi akan terjatuh. Pertanyaan selanjutnya adalah tentang kesanggupan mereka untuk segera bangkit. Bangkit adalah kata paling sederhana untuk menerjemahkan semua upaya dalam rangka improvisasi kehidupan. Bangkit juga sebagai satu kata yang ampuh untuk memperdaya semua ketakutan dan kekhawatiran yang meracuni pikiran pendek manusia. Bangkit, memang menjadi satu keharusan untuk seorang pemimpi, seorang pejuang.

Analoginya cukup sederhana. Ketika seseorang ingin berpindah ke satu tempat tertentu, ia akan lebih memilih memakai motor sebagai alat untuk mencapai tujuan. Sebagai seorang pengendara motor, ia menyadari akan bahaya lalu lintas. Maka ia menggunakan helm untuk mengantisipasi terjadinya peristiwa yang tak diharapkan. Dan ketika ia terjatuh ditengah jalan, satu-satunya hal yang bisa diupayakan untuk mengelabui malaikat pencabut nyawa adalah dengan bangkit secepat mungkin. Ketika ia tidak merespon cepat dengan moving-on ke arah yang lain, maka beberapa kendaraan di belakangnya akan secara beruntun menabraknya.

Begitu juga halnya ketika siswa hanya terpuruk dalam kegagalan SNMPTN. Kesedihan sudah sewajarnya mengiringi datangnya kegagalan. Namun move on dari kesedihan itu adalah hal yang jauh lebih penting, sebelum masalah-masalah dibelakangnya secara beruntun menghampirinya.

Kegagalan SNMPTN akan melahirkan satu cerita. Cerita tentang perjuangan seorang siswa untuk menakhlukkan cita-citanya. Kegagalan SNMPTN sepatutnya menjadi cambukan semangat, untuk terus bisa maju mengalahkan SBMPTN dan Seleksi Lokal dan akan menjadi cerita nan inspiratif ketika semua perjuangan itu dibarengi dengan hasil yang diharapkan. Semua orang memiliki satu hari yang sama, semua punya 24 jam. Tidak ada yang membedakan manusia dalam tataran waktu. Refleksikan dan perjuangkan kenapa mereka bisa dan kamu belum bisa. Karena “Life Has No CTRL+Z

dari : rudiikurniawan.wordpress.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun