Aylan Kurdi, 3 tahun, adalah potret mengenaskan dari konflik dan perang sipil di Syria. Aylan akan menjadi ikon baru bagi kepedulian dan seruan kepada dunia agar perang segera dihentikan. Di awali dengan berita tentang 12 pengungsi syria yang mati tenggelam dalam perjalanan mereka menuju kepulauan Kos, Yunani. Dua perahu motor dengan penumpang 23 pengungsi kebanyakan wanita dan anak-anak terbalik di lautan. Aylan Kurdi, 3 tahun, ditemukan dalam keadaan meninggal di pantai Bodrun Turkey, terkulai namun sesekali bergerak berselungkup deburan ombak dan pasir pantai yang berulangkali menerpa tubuh kecilnya. Saudara laki-laki Aylan berusia 5 tahun juga turut mati tenggelam. Kejadian ini menghentak kembali kesadaran dunia mengenai tragedi perang sipil yang kini masih terus berlangsung di Syria dan Juga Irak.
Konflik di Syria yang bermula dari Arab Springs kini sudah semakin jauh melebar dan kompleks. Kompleksitas konflik tidak saja melibatkan perang antara rezim yang berkuasa dengan para milisia, tetapi sudah mengundang pihak luar, seperti ISIS untuk masuk mengambil bagian dari konflik.
Seperti hal cerita perang lainnya, tidak saja korban manusia, tetapi hancurnya infrastruktur publik seperti rumah sakit, sekolah, tempat ibadah, taman bermain, pasar, perumahan, ladang pertanian peternakan, serta terputusnya sanitasi air bersih adalah konsekuensi mengerikan. Tetapi cerita itu juga diikuti dengan meledaknya jumlah pengungsi. Mereka adalah korban nyata yang merasakan kegetiran dari perang berkepanjangan yang menghancurkan kehidupan normal dan damai mereka. Mereka bukanlah orang-orang yang menyebabkan perang, tetapi mereka sekelompok orang yang paling menderita. Mereka tidak mengangkat senjata tetapi mereka merasakan sendiri hujaman peluru-peluru dari senjata yang dimuntahkan dari para pihak yang berperang. Ambisi politik dan kekuasaan merenggut ambisi kebajikan dari masa depan anak-anak.
Menjadi pengungsi adalah pilihan rasional bagi mereka untuk melanjutkan kehidupan sambil berharap perdamaian akan datang setelahnya. Tetapi pengungsi itu sendiri adalah juga problematika besar yang terpaksa dihadapi banyak negara-negara tetangga. Mereka terpaksa menerima banjiran pengungsi dari daerah-daerah konflik, baik Syria dan Irak. Dari data UNHCR untuk penanganan masalah pengungsi konflik Syria saja, tercatat lebih 4 juta orang menjadi pengungsi di negara-negara tetangga mereka. Turkey menjadi tempat bagi 1,9 juta pengungsi, Lebanon menampung 1,1 juta, Jordania 630 ribu, irak sendiri yang juga berkonflik dengan ISIS kebagian 250 ribu, dan Mesir mengakomodasi sebanyak 132 ribu pengungsi.
Sementara ancaman lebih banyak lagi korban juga masih menghantui. Penduduk sipil syria masih tersisa jauh lebih banyak di Syria. Populasi Syria kurang lebih 18 juta jiwa. Tersebar di banyak wilayah dan kota. Dari kota-kota dan wilayah yang dikuasai ISIS di Utara seperti Kobane, Rakkah, Deir Al-Zour hingga battle ground antara milisia dengan tentara pemerintah yang terdapat di Allepo, Idlib, hingga ibu kota Damascus. Dan mereka ini dengan terpaksa tetap bertahan di wilayah konflik tersebut dengan berbagai kondisi yang jauh lebih mencekam tentunya. Empat musim dingin sudah dilalui. Korban perang masih juga terus berhitung mati, terluka atau pergi dari wilayah konflik tersebut. Dan tidak ada yang bisa memastikan keselamatan mereka yang masih tinggal di Syria, apakah mampu bertahan atau menjadi korban.
Namun dunia masih punya harapan bagi para pengungsi yang kini tersebar di banyak negara tersebut. Walaupun besarnya problematika sosial terjadi di negara penerima pengungsi, harapan bantuan masih bisa diulurkan buat mereka. Tentu saja skema bantuan yang diberikan mencakup kebutuhan dasar kemanusiaan yang terenggut dari kehidupan para pengungsi secara tiba-tiba seiring perang yang semakin berkepanjangan itu.
Untuk menangani bantuan sebesar 4 juta orang itu, diperlukan dana sementara ini sekitar $4.5 milyard dollar selama January hingga Desember 2015. Sementara yang baru terpenuhi per Agustus 2015 ini baru sekitar $1.6 Milyard Dollar atau sekitar 37%. Dari sejumlah bantuan tersebut, tentu ada skala prioritas yang saat ini ditangani UNHCR, yang berada dalam naungan program Regional Refuge and Resilience Plan (3RP). Dalam kerangka UNHCR sendiri dana yang dibutuhkan sekitar $1.35 Milyard, namun yang baru terpenuhi sekitar $550 juta. Angka ini masih jauh dari memadai.
Dana tersebut nanti akan diperlukan bagi pengadaan shelter bagi tempat tinggal pengungsi, sarana kesehatan beserta pemeriksaan dan pengobatan kesehatan, penyediaan sarana air bersih, penyediaan sarana pendidikan buat anak-anak, penyediaan barang-barang kebutuhan pokok makanan dan termasuk di dalamnya kebutuhan selama musim dingin, dan lain-lain.
Sebagai sebuah hitungan kasar, dana yang baru bisa dipenuhi baru sekitar 30-40%, itupun masih harus di perhitungkan biaya operasional untuk para pekerja volunteer dari berbagai organisasi sosial, maka masih jauh dari layak untuk menangani pengungsi tersebut. Jika diparalelkan, untuk 4 juta pengungsi maka biaya yang saat ini diperloleh bisa jadi baru bisa untuk dimanfaatkan oleh sekitar 1 juta pengungsi.
Karena kendala pendanaan yang masih jauh dari mencukupi itulah, para pengungsi banyak yang merasakan kehidupan yang masih jauh dari layak. Maka tidak heran jika saat ini pengungsi banyak yang tidak mempu untuk bertahan di dalam kamp-kamp pengungsian tersebut. Sebagian dari mereka dengan berbekal materi seadanya baik uang dan pakaian, kemudia nekat melanjutkan perjalanan mencari suaka di banyak negara eropa. Harapan mereka tujukan tentu ke daerah-daerah yang sudah berperan selama ini dalam program bantuan kemanusiaan untuk para pengungsi syria tersebut.
Jerman adalah salah satu tujuan utama dari para pengungsi untuk bisa masuk ke negara tersebut. Pilihan ini tidak terlepas dari upaya Jerman sebagai negara pertama di Eropah yang berkomitmen membantu para pengungsi syria untuk melanjutkan hidup dengan layak di sana di bawah program bantuan kemanusiaan terhadap korban konfik perang Syria. Tepat dua tahun lalu, pada bulan September 2013, sebanyak 107 orang pengungsi adalah kelompok pertama yang datang di bawah program ini. Jerman mengalokasikan pada tahap pertama ini untuk menaungi sebanyak 5000 orang pengungsi. Di dalam program tersebut mereka akan diberikan fasilitas yang sama seperti halnya warga negara Jerman untuk mendapatkan secara penuh terhadap akses kesehatan, pendidikan dan layanan sosial.
Maka tidak heran sebagian besar pengungsi syria yang sudah mendaftarkan diri untuk pergi ke Eropa,menjadikan Jerman sebagai target akhir persinggahan mereka. Akan tetapi setelah dua tahun, nampaknya Jerman sudah mulai kewalahan yang belakangan kemudian menarik jauh lebih banyak perhatian pengungsi lainnya. Seperti tercatat di UNHCR, bahwa pengungsi syria yang terdaftar untuk masuk ke Eropa sebesar 350 ribu orang lebih.
Karena proses aplikasi ini begitu membludak dan membutuhkan proses yang cukup memakan waktu, membuat sebagian pengungsi memaksa masuk ke negara-negara eropa dengan cara apapun. Inilah yang kemudian membuat beberapa negara Eropa menjadi kewalahan. Hungaria yang menjadi salah satu pintu masuk para pengungsi ini pun mulai meradang. Perdana Mentri Hungaria Victor Orban, mengatakan,”kami orang-orang Hungaria cemas, seluruh eropa juga cemas karena melihat pimpinan Uni Eropa, diantaranya perdana mentri, tidak mampu mengontrol situasi”. Orban juga menambahkan dihadapan presiden Uni Eropa pada Kamis lalu 3 September, bahwa krisis pengungsi bukan masalah uni Eropa, tetapi ini adalah masalah Jerman. “Tidak satu orang pun pengungsi yang menginginkan tinggal di Hungaria, mereka semua ingin ke Jerman”
Gelombang pengungsi yang tidak mampu ditahan pihak Eropa rupanya juga mempengaruhi suasana hubungan antar negara demikian keras. Sehingga Perdana Mentri Hungaria memutuskan dalam waktu seminggu ini akan membangun pagar setinggi 3.5 meter di perbatasan mereka dengan serbia untuk menahan laju masuk para pengungsi ke Hungaria.
Bagaimana dampak selanjutnya dari para pengungsi Syria khususnya dan banyak negara konflik lainnya? Bila keadaan penanganan pengungsi terutama bantuan dana untuk meredam arus pengungsi keluar dari kamp pengungsian yang ada di Turkey, Lebanon, Jordania, Irak dan Mesir tidak ditangani, maka tentu saja persoalan ini akan merambah jauh lebih luas keluar kawasan. Artinya cerita Aylan dan korban-korban lainnya, akan terus bertambah.
Agar peristiwa tragis tidak terulang, tidak ada jalan lain bahwa semua negara selayaknya turut berkontribusi membenahi akar persoalan pengungsi ini. Konflik harus dihentikan segera, tidak saja di Syria, irak, tapi juga di semua kawasan konflik baik di Asia maupun Afrika. Kemudian bantuan dana yang direncanakan oleh semua organisasi baik yang berada di bawah naungan PBB maupun NGO lainnya harus direalisasikan. Organisasi inilah yang akan secara langsung mendukung negara-negara penampung pengungsi, agar negara yang ditumpangi ini juga merasa aman dari kerawanan sosial dan politik akibat serbuan pengungsi di wilayah mereka. Sementara negara-negara Eropa, Amerika bahkan Asia juga harus membuka diri untuk berbagi menampung sebagian pengungsi tersebut. Komitmen yang sudah dibuat oleh negara-negara Eropa seperti german, swedia dan lainnya selayaknya diikuti pula oleh negara lainnya. Realisasi administrasi bagi aplikasi pengungsi akan lebih cepat jika dukungan dan komitmen negara penampung lebih banyak.
Ada baiknya melihat pengungsi sebagai nilai tambah bagi negara penerima untuk mengisi pos-pos tenaga kerja yang kosong di negara mereka. Ingat tidak semua pengungsi tidak memiliki keahlian. Mereka umumnya juga berasal dari latar belakang berpendidikan dengan kemampuan skill yang cukup memadai untuk dimanfaatkan. Mungkin adakalanya Indonesia memikirkan pula untuk menampung para pengungsi yang mempunya kemampuan, bukankah kita saja mau menampung ribuan pekerja rendah maupun skilled China di proyek-proyek listrik kita? Walaupun tidak banyak, berapapun jumlahnya setidaknya kita sudah memberikan harapan dan kebaikan pada kemanusiaan tanpa memandang ras.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H