Hati yang gelisah dan tak karuan menjadi sedikit nampak lega. Namun, perasaanku masih belum terbebas. Ia masih terbelenggu dari misteri saat ini. Untuk sekadar memastikan dari semua pertanyaan ini, Akupun bertanya kembali kepada Ani.
"Terus kamu kenapa menangis de? Dan ada banyak sekali orang-orang di rumah?"
"Ohhh itu..., mereka mh temen-temennya si Bunda yang lagi mau arisan"
"Lhaaaaaa, terus kenapa ade nangis?"
"Ade pengen beli kinderjoy, tapi...pas waktu minta ke Bunda malah dimarahin :( "
Wajah Ani pun terlihat cemberut, sambil menelan bagian bibirnya kedalam. Ia menangis karena apa yang ia inginkan tak diberi oleh Bunda. Hatiku pun merasa lega setelah mendengar penjelasan Ani.
Ternyata penafsiranku masih keliru, Kematian yang suatu waktu bisa datang sesuka hatinya belum saatnya singgah di keluargaku.
Akupun kembali tenang dan bahagia. Meski letih sepulang masa kerja dan hal-hal yang telah kuartikan keliru. Aku mengajak Ani untuk membeli apapun yang ia mau.
"Yuk beli kinderjoy se-pabrik..."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H