Mohon tunggu...
rudi kafil yamin
rudi kafil yamin Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa yang tak kunjung berkarya

Bergaya dengan karya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sebuah Cerita dari Alex yang Bertemu Mantannya dalam Mimpi

13 April 2020   09:43 Diperbarui: 13 April 2020   11:07 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagiku, kata-kata nya merupakan sebuah mantra, entah kata apapun yang terucap dari bibirnya dapat mampu merasukiku. Hampir-hampir aku tak berdaya dibuatnya, kupandangi ia dalam-dalam--lesung pipinya, lekuk bibirnya, bola matanya, membuat hati penuh dengan perasaan bahagia.
 
Aku dengannya kembali berjalan menyusuri jembatan Charles. Udaranya yang dingin nan sejuk, langit yang menguning keemasan, sungainya yang bersih membuat perjalanan kami semakin lengkap. 

Sesekali aku hilang kendali saat ia mengajakku berbicara. Yang bisa kulakukan hanyalah terus menatap dirinya terus menerus dan menghiraukan apa yang dia katakan. Ah manisku.

***
 Hingga suasana berubah dengan begitu saja, tiba-tiba aku sedang berada di rumah. Kusadari dengan penuh rasa sadar bahwa itu memang merupakan sebuah mimpi. Sebab apapun yang terjadi dengan begitu cepat hanya mampu terjadi di mimpi! 

Atas hal itu aku sungguh benar yakin bahwa itu merupakan sebuah mimpi, Dengan penuh rasa penyesalan aku menggerutu, "Sekali pun tadi mimpi, kenapa harus berganti cerita? Sial!"
 
Cerita di mimpi belum usai, terdengarlah suara Emak membangunkanku. Dengan suaranya yang keras ia memanggilku sambil berteriak dari arah dapur, "Ade bangun!!! Udah jam berapa ini? Baru aja jadi Sarjana, kerja enggak, tidur udah kaya orang mati!"
 
Begitulah pembaca yang budiman sekalian, aku menyadari dan benar-benar yakin bahwa suara itu bukan lagi mimpi, itu adalah suara ibuku yang kusayangi memanggilku untuk bangun dari mimpi yang begitu indah. 

Kenapa saya katakan bahwa mimpi itu indah? Pembaca yang Budiman sekalian, Bukan karena aku sempat memilikinya dan ia sempat memilikiku. Pada kenyataanya, di cakrwala hatiku ia masih ada, tersimpan begitu rapih.
 
Pembaca yang budiman sekalian, meskipun mimpi tadi sesaat dapat menipuku dari rasa sakit. Seberapa indah mimpi jika itu tetap mimpi? Sekalipun tadi ada sebuah adegan dimana aku mencubit wajahku sendiri, 

Tapi pada faktanya, itu tetaplah mimpi jangan sesekali pembaca yang Budiman merasakan hal itu, biar aku saja, cukup. Meskipun tadi endingnya memberikan rasa sakit juga, tapi tak mengapalah. Toh, aku sudah terbiasa dengan rasa sakit itu.
 
Kini aku harus terbangun dan memulai kembali cerita hidupku yang asli, jika aku tak segera bangun aku khawatir ibuku akan menyiramku dengan air dingin jadi maaf sekali lagi pembaca yang budiman aku harus sesegera bangun.
 
Bagimu yang berada dalam mimpiku, tetaplah menjadi manis meskipun aku hanya bisa memilikimu dalam mimpi. Hatiku pun sudah cukup bahagia. Itu saja cukup, sekian.
 
Pertemuan
 
Ada kaki yang melangkah Bersama melewati jembatan tua
Praha yang jauh membawaku berada disampingmu
Langit yang membentang, patung-patung bergaya eropa
Menjadi kisah, antara aku dan dirimu...
 
Adakalanya tiba saat hendak kita mesti bicara
Perihal rindu yang menggebu dan cinta yang tak pernah bicara
Mari sini sayangku
Rengkuh aku dalam mimpi itu
 
Meski dalam mimpi kita menghardikan kenyataan
Cinta yang diterima, bisa menjadi apa saja
Meskipun meleburkan segala batas
 
Mari sini manisku
Rengkuh aku lagi...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun