Sebuah cerita dari Alex
yang bertemu Mantan dalam mimpinya
Di catat oleh: Catatan kafil
Â
Hari esok adalah hari di mana kita akan bertemu. Malam berjalan dengan begitu cepat, tanpa setiap detiknya terasa terlewati. Hingga ketika fajar tiba, aku bergegas menuju rumahnya.Â
Setibanya di sana, ia sudah menungguku di beranda rumah. Kulihat ada yang tampak lembut dalam matanya, dan senyumnya yang manis, melunaskan segala kerinduan yang telah kutahan sebelumnya.
Â
Lalu, ia tersenyum kepadaku, bibirnya yang merah bergelegar berkicau begitu mesra, "Yuk".
Â
Entah ke mana aku akan berjalan dengannya. Senja yang hangat kini menemani pertemuanku. Burung-burung terbang mengepakkan sayapnya tanpa beban, angin berhembus perlahan kemudian hilang. Ada yang berlalu lalang, mobil-mobil baru dari ukuran kecil hingga besar lewat begitu saja.
Pembaca yang budiman, bayangkan saja pertemuanku dengannya seperti di adegan sebuah film yang romantis.
***
Kami berjalan di sebuah jembatan yang sudah tua di kota Praha. Melewati sungai Vlatva, melihat lampu antik dan patung bergaya eropa klasik, berada di sisi kiri dan kanan jembatan. Semua itu melengkapi pertemuan kami.Â
Sambil ditemani senja yang begitu hangat, Sinar matahari turun memantulkan sinarnya dalam wajahnya. Aku menghirup aroma sebuah keindahan. Kami terus berjalan, menyisir kota Praha yang tua, sambil bercengkrama satu atau dua patah kata. Mengingat masa remaja, sampai saat ketika perpisahan kita tiba.
Â
Perjalanan yang romantis ini tidak bertahan begitu lama, meskipun langit sudah menguning keemasan. Dalam diriku, aku menyadari satu hal yang amat teramat penting. Sebab apa yang kulalui ini merupakan sesuatu yang tidak mungkin.Â
Berjalan bersamanya, disaat senja tiba, menyusuri setiap sudut jembatan Charles di kota Praha. Membuat aku bergumam pada diriku sendiri, adakah hal yang lebih indah selain dari itu? Ya bagiku, dan mungkin tidak bagi pembaca sekalian.
Â
Seketika aku menghentikan langkahku sejenak dan berpikir. Instingku naluriahku berkata bahwa ini merupakan mimpi! Dalam hati ingin kuyakinkan bahwa ini bukan mimpi, meskipun kuakui apabila itu mimpi, itu adalah mimpi yang Bahagia dan cukup baik.
Kucubitlah pipiku dengan sekuat tenaga, merasakan rasa sakit karena wajahku telah dicubit oleh jemariku sendiri. Setelah kucubit, terasa bahwa rasa sakit itu ada. Muncul dalam benakku bahwa setelah kucubit wajahku ada rasa sakit.Â
Entah itu rasa sakit yang mana, tercubitnya pipiku ataukah rasa sakit yang lain. Aku pastikan kembali untuk mencubit wajahku sekali lagi. Rasanya nyeri itu masih ada.Â
Hingga yang ketiga kalinya aku benar-benar meyakinkan diri bahwa itu bukanlah sebuah mimpi! Dalam hati aku bergumam, "Terima kasih Tuhan untuk pertemuan saat ini, saat dimana aku merasa benar-benar Bahagia sekali".
Â
Betapa bahagianya diriku, pembaca yang budiman, bahwa itu semua bukanlah mimpi! Bukan sama sekali! Sebab kini moment di mana aku berjalan di sampingnya memang benar adanya. Setelah aku diam sejenak dan memastikan bahwa itu bukanlah mimpi, aku lumayan jauh berada di belakangnya.Â
Tiba-tiba ia berkata, "Ngapain kamu diem?" ia pun merasa heran, Sambil menjulurkan tangannya, ia mengajaku kembali berada di sampingnya dan berkata lagi, "Yuk".
Â
Maka, kurenggut lengannya sambil melihat bola matanya yang indah, dan menggenggam lima jemarinya menyatu dalam jemariku. Rasanya begitu hangat, hati terasa menjadi bahagia sebab kini ia berada di sampingku.Â
Kemudian, aku berjalan menyusuri jalan, sesekali ia berbicara dengan nada yang lembut sambil tertawa tipis, jemarinya menunjuk ke arah sungai Vlatva sambil berucap sejarah kota Praha yang tua ini.Â