Mohon tunggu...
rudi kafil yamin
rudi kafil yamin Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa yang tak kunjung berkarya

Bergaya dengan karya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Demokrasi a la Gusdur

19 Juni 2019   15:55 Diperbarui: 19 Juni 2019   16:14 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gus Dur memang selalu terlihat tidak mau ambil ribet dalam segala persoalan. Bagiku beliau adalah seorang yang sangat keren! Kenapa? Pasalnya, dia tidak mau membikin semua perkara menjadi terlalu ribet. Hal yang paling penting bagi dirinya justru adalah persoalan nilai kemanusiaan yang tetap berada pada porsinya.

"Gini Fil, sampean tak kasih tahu ya, dengerin baik-baik! Apapun persoalanya, Tuhan itu tidak perlu dibela. Tuhan itu Maha Besar, Maha Agung, dan Maha Berkuasa. Tidak perlu ada pembelaan apapun. Yang sejatinya perlu dibela adalah manusia yang hidupnya kerap manusia lain tindas dan aniaya." Gus Dur dengan santainya duduk di kursi kesayangannya itu, sambil merekatkan kedua jari-jemari.

"Ya tapikan Gus, ini persoalan serius. Banyak korban berjatuhan, bahkan terpecah menjadi kubu 01 dan 02. Yang lebih parah ya Gus, di grup WA keluarga saya---Bapak dan Ibu saya jadi bertengkar hanya gara-gara beda pilihan. Ada yang bilang 01 itu kubu-kubuan sama antek asing, atheis, ke china-chinaan, suka diskriminasi ulama. Ada yang bilang juga 02 itu Islamnya radikal, so suci, ke arab-araban, terus pendapatnya merasa paling benar karena ada ijtima dari ulama, yang ini dibilang kafir yang itu juga dibilang kafir. Ya sudah saya muncul di grup sambil bilang, gapapa kalian kafir yang penting saya tetep kafil. Hahaha."

"Sampean ini gimana, Fil. Liat keluarga pada ribut malah ketawa!" Kekehnya.

"Habisnya mau gimana lagi, Gus? Kalo saya ikut berargumentasi, nanti saya yang balik dimarahin. Lagian, saya enggak tau apa-apa tentang perbedaan Gus." Jawabku ketus karena kena sentil.

"Fil, bukankah dengan demikian, akan sangat jelas bagi kita? Bahwa menerima perbedaan pendapat bukanlah tanda kelemahan, namun menunjukkan kekuatan."

"Kekuatan yang sampean maksud gimana, Gus? Saya teu ngarti!"

"Marilah kita bangun bangsa ini, dan kita hindarkan dari segala pertikaian yang sering terjadi dalam sejarah. Inilah esensi dari tugas untuk kesejahteraan kita yang tidak boleh kita lupakan sama sekali! Kemajemukan harus bisa diterima, tanpa adanya perbedaan!" \

"Tapi kan Gus, menerima perbedaan itu sangatlah sulit! Apalagi perbedaan mengenai agama, mengenai keyakinan. Saat ini agama begitu ditonjolkan, sehingga dalam pemilu kali ini isu agama lebih sensitif. Di Indonesia sendiri, ada banyak sekali perbedaan, dimulai dari agama, suku, ras dan pilihan presiden tentunya. Hehe.  Lantas, apakah perbedaan pemahaman itu merupakan fitrah, bawaan sejak lahir---atau perbedaan itu disebabkan oleh ketidaktahuan akan kebenaran sebuah agama, Gus?"

"Kok repot lagi, Fil! Sekali lagi saya tegaskan, perbedaan itu rahmat Tuhan! Dalam perbedaan mengenai pandangan agama, manusia mestilah saling memuliakan manusia, yang berarti ia pun memuliakan penciptanya. Merendahkan dan menistakan manusia berarti juga menistakan penciptanya."

"Hm, gitu ya, Gus."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun