“Jakarta” memang bukan “Batavia” seperti era Hindia Belanda, apalagi “Sunda Kelapa” yang menjadi daerah koloni Portugis dan Spanyol. Namun apa jadinya jika ternyata hari ini rakyat Jakarta merindukan kehadiran si Pitung sang pahlawan rakyat jelata di era Batavia.
Dalam hati mayoritas rakyat Jakarta muncul gunjingan di setiap sudut warung kopi pinggiran Jakarta. rakyat masih merasakan seperti era VOC 400-an tahun yang lalu. Mereka sadar akan keberadaan Gubernur Jenderal yang hanya bagian dari dinamika perselingkuhan penguasa dan pengusaha dalam menguasai daerah strategis Batavia demi perluasan perampokan kekayaan alam Nusantara.
Rakyat ingin terbebas dari tipuan manipulatif sang gubernur jenderal yang congkak dan sewenang-wenang terhadap rakyat dan negerinya.
Do’a Rakyat mengalir deras meminta Tuhan agar menurunkan bala bantuan memerangi kecongkakan dan kesombongan yang sudah diluar batas kewajaran dan peri kemanusiaan.
Rakyat memang bukan nabi Ibrahim yang ingin memerangi kesombongan Raja Babilonia, si Raja Namrud yang merasa paling benar, paling kaya dan bahkan mengaku dirinya Tuhan. Namun kadar keikhlasan dan massifitas masal rakyat barangkali setara dengan seorang nabi Ibrahim.
Berjalan dan pasti, Doa Rakyat Jakarta yang begitu khusyuk di setiap hening tangisan dan renungan kepedihan sepertinya bakal terpenuhi. Setiap masa dan waktunya hadir pahlawan dalam diri dan komunitasnya masing-masing. Seperti Seorang ayah yang menjadi Pahlawan bagi keluarganya, seorang guru bagi murid-muridnya dan seorang pemimpin revolusi atas negerinya.
Nama Rizal Ramli yang akrab di sapa bang Rojali oleh rakyat Jakarta, Gus Romli bagi kalangan santri, dan RR bagi semua kalangan itu, kini hadir ditengah do’a dan nasib rakyat Jakarta yang dahaga akan munculnya sosok pahlawan pembebas yang memanusiakan manusia.
Seperti si Pitung sang pemberani di era Batavia, koloni nyamuk di zaman Ibrahim. Rakyat yakin kemunculan dan kehadiran bang Rojali bagi mereka adalah sebuah takdir sejarah yang tidak bisa ditolak, sebagaimana kemunculan seorang jenderal Hoegeng yang jujur atau seorang Gubernur Ali Sadikin yang baik dan merakyat di era 70-an.
RR menjadi harapan dan kebutuhan rakyat Jakarta yang mendambakan hadirnya pemimpin yang merakyat, baik dan pemberani.
Ekspektasi rakyat terhadap RR yang luar biasa besar seperti angin yang siap menghempas mendung tebal yang membawa bencana dan kematian. RR di yakini rakyat Jakarta akan membawa kebahagian dan perbaikan tanpa rakyat bercucur air mata dari kejamnya deru pembangunan.
Kerelaan rakyat dengan penuh militansi perjuangan mendaulat RR sebagai simbol pembebasan dan pemimpin perlawanan yang nyata dan fakta, bahwa rekam jejak dan keberpihakan RR terhadap rakyat jelata telah dipahami rakyat Jakarta secara utuh dan sadar.