Kopi, oh kopi, teman setia di pagi yang indah,
Engkau hadir dengan pesonamu yang abadi.
Dalam setiap tegukan yang ku raih,
Tersebarkan kehangatan yang tak tergantikan.
Rasanya yang pahit, seperti peluk hangat,
Menyapa hatiku dengan kasih sayang yang dalam.
Bijimu yang kecil, menyimpan energi tak terhingga,
Menyulut semangat dalam langkah yang terhenti.
Di tiap cangkir, cerita-cerita tercipta,
Bercampur dengan tawa, air mata, dan cinta.
Kau datang dalam berbagai wujud yang menawan,
Dari hitam pekat hingga putih berhias busana.
Secangkir es krim di musim panas yang terik,
Atau secangkir hangat di tengah dingin yang menusuk.
Pergi ke kedai kopi, berjumpa dengan kenalan baru,
Mendengarkan cerita-cerita dalam setiap percakapan.
Di meja di pojok, di tengah hiruk pikuk,
Semua terhubung oleh keajaibanmu yang misterius.
Kopi, oh kopi, senandung rindu yang kuinginkan,
Menyatu dengan kehidupan dalam setiap langkah.
Engkau adalah seni yang dihidangkan dalam secangkir,
Menyentuh jiwa dan melukis senyum di wajah.
Dalam kepedihan atau kebahagiaan yang terdalam,
Kau ada di sana untuk menemani perjalanan.
Oh, kopi, kau adalah teman setia sepanjang masa,
Karya Tuhan yang menakjubkan dalam bentukmu yang sederhana.
Dalam setiap tegukan yang ku rasa,
Kupuji kehadiranmu yang tak ternilai harganya.
Kopi, oh kopi, cermin dunia yang terkandung dalam dirimu,
Engkau tetap menjadi puisi yang tak akan pernah terlupa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H