Mengawali tulisan ini. Kita perjelas posisi peringatan Hari Lahir ke - 73 di GBK lalu, Â bukan pangung kampanye pasangan Capres nomor urut 01. Sekali lagi, Â Bukan pangung kampanye. Agar tidak menjadi gorengan pihak yang tidak bertangung jawab.
Namun, Â posisi psikologi Harlah Muslimat NU yang mampu menjadikan Stadion GBK menjadi 'ijo royo-royo'. Â Sangatlah dengan dekat dengan psikologinya dengan pendukung pasangan Jokowi - Kiai Ma'ruf Amin. Â
Ya, Â Pilpres 2019 ini, Â bukan lagi menjadi ajang pemilihan kandidat saja. Â Pilpres menjelma menjadi pertarungan Ahlul Sunnah Waljamaah versus Wahabi, Â Reformis versus Orde Baru, Â Pancasila (NKRI) Â versus Asas Tunggal (Anti NKRI). Â
Kuatnya polarisasi ini, Â efek dari kuatnya kampanye yang mengunakan cara penyebaran berita bohong, Â penyebaran kebencian, Â penyebaran fitnah. Â Sehingga masyarakat secara otomatis mempresentasikan identitas mereka pada bagian-bagian kelompok yang sesuai dengan persepsi identitas sosialnya.Â
Dalam hal ini Muslimat NU menjadi representasi masyarakat yang pro- Aswaja, Â Pro-reformasi, Â Pro - Pancasila. Â Yang artikulasi identitasnya melekat dengan pasangan bernomor urut 01 Jokowi - Kiai Ma'ruf Amin. Â
Sehingga gelaran kolosal Harlah Muslimat NU ini, Â mampu memberikan energi bagi pendukung pasangan nomor urut 01, yaitu mengikis semua intimidasi ketakutan yang disemburkan melalui kampanye dusta. Â Seperti yang terjadi dalam Pilgub DKI 2017 lalu.Â
Kampanye Dusta yang menyebarkan ketakutan tersebut, Â memang terbukti efektif. Akan mampu memunculkan ketakutan bagi masyarakat. Ketakutan-ketakutan inilahnya yang akan diperbesar. Â
Seperti saat Donald Trump mampu mengalahkan Hillary Clinton. Â Meski dalam semua survey Hillary Clinton diunggulkan. Â Tapi harus menelan kekalahaan saat pencoblosan.Â
Tingginya margin ketakutan inilah yang akan diciptakan. Â Dan selalu dirawat hingga berlangsungnya pencoblosan. Dengan cara semburan dusta dan penyebaran hoax.Â
Harlah Muslimat Kikis Ketakutan
Ketakutan-ketakutan yang diciptakan tersebut, Â ahkirnya terkikis dengan gelaran Harlah Muslimat. Â Harlah muslimat memberikan angin segar optimisme tentang nilai nasionalisme, Â pluralisme, Â dan harapan kemajuan Indonesia ke depan.Â
Kumpulan emak-emak yang militan ini, Â mampu membangkitkan kembali keterpurukan masyarakat. Dampak dari semburan hoak yang membisingkan. Â Dengan Harlah tersebut, Â Muslimat seolah-olah mengirimkan pesan perlawanan kepada masyarakat agar tidak takut dengan hoax dan berita dusta. Â
Terbukti, Â Harlah Muslimat disambut gempita masyarakat terutama pendukung pasangan nomer urut 01. Detik-detik pelaksanaan menjadi viral. Â Sehingga menjadi trending topic di media sosial.Â
Harlah Muslimat ini, Â mampu memperkecil margin ketakutan Pasangan Jokowi - Ma'ruf Amin. Â Dan energi positif bagi pasangan petahana menjelang coblosan. Â
Meskipun disemua lembaga survey diunggulan dengan angka rata-rata 54 % melawan 31 % dan margin of error dibawah 2,5 %. Bukan jaminan dipelaksanaan Jokowi menang. Â Apabila margin ketakutan pendukungnya masih besar. Â Harlah Muslimat inilah, Â margin ketakutan menjadi kecil.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H