Mohon tunggu...
Raylis Sumitra
Raylis Sumitra Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mantra Hulaihi-Hulaihi, Boomerang Sihir Propaganda Prabowo-Sandi

19 Desember 2018   07:27 Diperbarui: 19 Desember 2018   08:01 780
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

  • Narasi politik agama yang dibangun dengan susah payah kelompok fundamentalis.  Berantakan seketika,  saat calon presiden dukungan mereka Prabowo,   'memplesetkan' sholawat nabi Muhammad dengan kata Hulaihi-Hulaihi wasallam di acara Reuni 212.


Bagaiamana tidak hancur?  Dalam moment yang disakralkan mereka peringatan reuni 212 pekan lalu. Prabowo dengan jelas tidak bisa bersholawat.  Dihadapan ribuan massa,  Prabowo tidak bisa menyebut Rosululloh Sallallaahu Alaihi Wasallam". Namun capres bernomer urut 02 ini,  menyebut Rosululloh Hulaihi Wasallam. 
Ucapan Prabowo tersebut ber-oposisi dengan narasi klaim politik Islam mereka sendiri.  Klaim yang dibuat dengan keras tanpa kompromi.  Bahwa selain kelompok mereka adalah kafir.  Selain mereka Islamnya salah.  Saat ini berbalik ke menyerang mereka sendiri. Dengan narasi, Apakah benar Prabowo itu penganut Islam?
Narasi pertanyaan tentang ke-Islaman Prabowo,  terus bergulir di masyarakat yang pro dan kontra Prabowo.  Seperti pengakuan La Nyalla Matalitti.  Politisi asal Jawa Timur ini mengaku kalau Prabowo tidak bisa sholat dan membaca Al-quran. Mantan ketua umum PSSI tersebut,  berani bertaruh ketidak mampuan Prabowo.  Pasalnya,  La Nyalla merupakan pendukung utama Prabowo di Pilpres 2014.
Mantra Hulaihi-Hulaihi
Kesalahaan ucap ini harus digunakan nalar berpikir kritis.  Mengapa?  Karena,  selama ini Prabowo dan pendukungnya menggunakan metode propaganda firehose of falsehood. Metode propaganda yang digunakan Donald Trump dalam memenangkan Pilpres Amerika Lalu.  Metode ini bekerja mengaduk kecemasaan emosi masyarakat.  Dengan menyebarkan informasi bohong secara masif.  Tujuannya,  agar menarik perhatian masyarakat. 
Apabila kesalahaan ini sebagai bagian dari metode propaganda tersebut?  Kalau kesalahaan tersebut sebagai Propaganda.  Sangat disayangkan,  karena menghilangkan makna kesakralan sholawat. Sholawat menjadi mantra politik bukan sebagai kalimat ke-tauhidan.  
Namun dalam bahasaan ini,  kita tidak ingin mencampur adukan urusan agama dalam ranah politik praktis.  Kesalahaan ucap sholawat jadi boomerang rangkain konstruksi identitas politik agama yang diciptakan Prabowo.  
Mempolarisasi masyarakat dengan isu agama, hal yang ampuh dalam politik kekinian.  Dimulai dengan pemilihan Gubernur DKI Jakarta.  Ahok yang secara matematis politik bisa unggul. Dengan gempuran isu agama,  berbalik arah.  Pasangan Anis Bawesaan dan Sandiago Uno yang semula jadi underdog.  Membalik arah semua prediksi lembaga survey. 
Sukses di Pilgub DKI inilah yang akan diadopsi dalam Pilpres 2019 mendatang.  Tapi yang tidak dipahami tim Prabowo,  Pilgub DKI dan Pilpres berbeda kasus.  Propaganda dengan isu agama harus sempurna mengemasnya.  Kekeliruan dalam pengemasaan akan berdampak negatif bagi yang memainkan.  
Seperti halnya dengan kesalahaan menyebut lafal sholawat.  Ucapan ini membuka kedok sebenarnya politisasi agama yang digunakan.  Publik dipertontonkan kekeliruan yang fatal.  Ucapan sholawat yang keliru. 
Prabowo selama ini dipaksakaan sebagai representasi umat islam.  Yang akan memperjuangkan kepentingan-kepentingan Islam.  Kesalahan ucap tersebut membuat,  publik mengetahui sejauh mana ke-islaman Prabowo.  Pertanyaan sinis-pun muncul.  Bagaimana mungkin mewakili umat Islam,  sementara bersholawat saja tidak bisa? 
Tentu saja,  ini celah untuk menyerang balik propaganda Prabowo selama ini.  Kubu Petahana akan memaksimalkan kekeliruan itu.  Sebagai obat persepsi publik yang meng-kristal. Yaitu,  isu tentang muslim dan non muslim. 
Publik mulai melek,  bahwa isu berbau konflik agama.  Hanya sebagai alat politik kelompok tertentu untuk menang dalam pemilu. Propaganda yang digunakan selama ini,  harus mendapat evaluasi Prabowo dan tim suksesnya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun