Oleh:
RUDI HARTONO (Ketua Pemuda HANURA Kaltim & Wakil Ketua DPD Partai HANURA Kaltim)
Pertama, kita sikapi hasil survey dengan Logika yang obyektif, sebagai kritik, evaluasi dan intropeksi secara sadar kelemahan, kekurangan dan begitu juga kelebihan / momentum yang memang belum dimaksimalkan.
Kedua, kita melihat hasil survey dengan Logika yang Subyektif, karna latar belakang Pemilik / Lembaga Survey tersebut, subyektifitas sumber pendanaannya, dan hasil survey di design sedemikian rupa berdasarkan motivasi / kemauan pemesannya.
Partai Politik di era Demokrasi ini, memang seperti 'Kalah' dengan Lembaga Survey dalam hal pemetaan basis, mengukur kebathinan publik, dll.
Seharusnya dengan perangkat struktural Partai yang hingga ke desa-desa, bahkan ketingkat RT, tentu Partai Politik harusnya lebih tau persoalan apa yang dipublish oleh Survey. Begitu juga dengan Partai HANURA, tanpa berkaca pada Hasil Survey, tentu intropeksi diri bisa menilai diri sendiri. Pastinya tanpa Survey kita sudah sadari seberapa maksimal perkiraan keterpilihan Partai ini berdasarkan perbuatan / kerja politik yang sudah dibuat.
Jika merasa minim perbuatan / kerja politiknya, sekilas kita pun bisa simpulkan, seminim itu lah memang perkiraan suara dukungan kepada partai, akan seirama dengan realitasnya. Jadi tanpa Lembaga Survey kita pasti bisa tau kebathinan publik.
Kembali pada tema tulisan ini, kita lanjutkan pada subtansi "Ada Apa Dengan HANURA ?".
Setiap Kader tentu akan terus bertanya-tanya, gelisah, resah dengan publikasi survey yang hasilnya tidak menarik bagi Partai HANURA. Merasa sudah 6 tahun berdiri, kerja-kerja politik dan perbuatan untuk Rakyat sudah dilakukan, tapi kok hasil survey masih saja standar, jauh dari ekspektasi.
Saya ingin katakan, jika perbuatan / kerja politik untuk rakyat, publikasi / simbolisasi Partai itu masih biasa-biasa saja, masih standart-standart saja, tentu hasilnya juga akan biasa-biasa saja, standart-standart saja.
Jika memiliki ekspektasi tinggi, kita harus sadar pada diri sendiri, pada Partai HANURA ini. Apa memang sudah maksimal yang kita perbuat untuk membesarkan Partai ini ? Apa mungkin memang sudah sampai disini kemampuan maksimal kita ?
Jika kita bandingkan dengan Partai se usia, Gerindra misalkan. Tentu sangat mencolok perbedaannya, Gerindra memaksimalkan publikasi Media Elektronik dengan berbagai macam isu yang dibuat, di design sedemikian rupa menjadikan Prabowo sebagai antitesa Sosok SBY bahkan MEGA. Menjadikan Prabowo seperti The New Soekarno Or The Next Presiden RI.