Kepahitan hati mengundang sesaknya nafas dalam acara kekurangan materi.
Lewat problematika yang mungkin takkan pernah berhenti.
Menenggelamkan kapal impian dalam lautan tangisan.
Hancurkan ingatan seperti anai-anai yang berterbangan.
Ada apa denganmu, Wahai Indonesia.
Roda zaman terus menggilas mereka yang tak pernah beruntung.
Tanpa beri kesempatan mainkan hidup yang tengah berlangsung.
Apalah hidup bertatap dunia yang bermata sinis.
Tersisih waktu bersama inshan berjiwa kapitalis.
Ada apa denganmu, Wahai Indonesia.
Tuhaan... butakah matamu melihat mereka yang bodoh dan miskin.
Dari masa lalu, sekarang, dan yang akan datang.
Tak adakah uluran tanganMu beri perubahan.
Pada keadaan yang semakin tidak menguntungkan.
* Disini aku berdiri.
Memandang luas langit Indonesia.
Di siang yang mana tuna wisma, kaum dhuafa, dan para bromocorah menjadikan langit sebagai rumahnya, dan bumi sebagai isinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H