Mohon tunggu...
Rudi Cahyono
Rudi Cahyono Mohon Tunggu... -

Creative Learning Designer | Parenting Consultant | Writing Coach | Lecturer

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Sumpah Serapah Bisa Jadi Jimat Kekuatan

15 Januari 2012   17:54 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:51 1367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernah bersumpah sampai ke akar-akarnya? Wah, apa pula itu? Tentu pernah dengan jura istilah 'sumpah mati'? Meski tampak horor, di balik sumpah serapah itu ada harapan. Jika sumpah itu diungkapkan untuk jaminan masa depan, maka itu adalah sebuah janji untuk terwujudnya keajaiban. [caption id="attachment_156232" align="aligncenter" width="509" caption="Sumber Gamabr: www.21cineplex.com"][/caption] Dondi, anggap saja dia temanku. Kata orang ia termasuk orang yang obsesif. Tapi buat aku, ia adalah orang yang gigih. Beda judgment kan? Apa karena dia temanku ya? entahlah. Yang jelas aku punya alasan untuk mengatakan bahwa dia adalah orang yang ngototnya tak pernah mengenal menyerah. Uniknya Dondi adalah tentang sumpah serapah yang biasanya dia katakan. "Suatu saat nanti, aku pasti akan menjadi terkenal", "Nanti, wajahku akan nampang diberbagai media karena aku jadi terkenal", dan sejenisnya sering diucapkan oleh Dondi. Karena ucapan Dondi ini, aku membayangkan ucapan yang berbeda. Seandainya Dondi bilang, "Suatu saat nanti, aku akan seperti Sherina Munaf!". Apa bedanya? Ada kesamaan dan perbedaan antara yang benar-benar diucapkan oleh Dondi dengan yang aku bayangkan mungkin diucapkan oleh Dondi. Kesamaannya, keduanya mengatakan 'nanti' atau 'suatu saat nanti'. Artinya, keduanya bersumpah untuk masa yang akan datang. Terus bedanya? Dondi yang pertama mengatakannya dengan berpedoman pada gambaran akan cita-cita di masa yang akan datang. Sedangkan Dondi yang kedua mengacu pada orang lain di masa kini yang nantinya pasti akan jadi masa lalu. Dondi pertama mempunyai sumpah terhadap cita-cita yang tidak mengenal out of date. Standar pencapaian ada pada cita-cita itu sendiri. Hal ini berbeda dengan yang kedua, cita-citanya bisa menjadi afkir, karena yang dijadikan pedoman adalah orang lain yang berada di masa tertentu. Jika ia sudah mencapai seperti Sherina Munaf, orang yang dijadikan pedoman, maka cita-citanya tercapai. Padahal bisa jadi pada waktu cita-cita itu tercapai, Sherina sudah jauh lebih hebat lagi. Apa efek dari perbedaan sumpah itu? Yang pertama punya spirit yang sudah terkunci di masa depan. Menjadi terkenal, jadi presiden, pengusaha sukses adalah tujuan yang tak akan lari kemanapun. Artinya ketiga contoh tujuan itu lebih stabil daripada menjadi Sherina Munaf. Suatu saat Sherina bisa jadi prestasinya menurun atau naik, bahkan bisa jadi (mudah-mudahan tidak terjadi, hiks) Sherina sudah tiada. Ini adalah sebuah standar yang stabil. Jika terus terjadi peningkatan, maka tidak masalah, tapi jika terjadi penurunan atau menghilang, maka akan mempengaruhi semangat kita. Coba bandingkan dengan keinginanku untuk menjalin hubungan spesial dengan Sherina Munaf. Jika hubungan spesial ini diartikan 'pacaran', maka tujuan itu pasti sudah terkunci. Artinya spirit untuk pencapaiannya pasti tertuju pada fokus tersebut. Perlu diperjelas, bahawa impian ini bukan berbeda dengan menjadi Sherina Munaf, tetapi menjadi 'pacar' Sherina Munaf. Jika kita cermati penjelasan di beberapa paragraf di atas, pasti tahu apa bedanya. Jadi, sumpahmu untuk masa depan mempengaruhi spirit atau semangat pencapaiannya. Sekecil apapun kata-kata yang kita pakai untuk merangkai sumpah, akan berpengaruh pada bagaimana pencapaiannya. Belom lagi jika sumpah serapah diucapkan karena rasa iri terhadap orang lain, "Aku besok pasti akan memiliki televisi lebih besar dari punya Painem (tetangganya)". Ini punya skup semangat yang sempit. Karena itu, buatlah sumpah serapah untuk masa depan dengan harapan positif dan membiasakan menggunakan kata-kata yang positif pula. Coba ingat, sumpah apa yang pernah Kamu ucapkan! Apa efeknya buat semangatmu untuk mewujudkannya?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun