Mohon tunggu...
Rudi B Rosidi
Rudi B Rosidi Mohon Tunggu... -

kavtania.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Demokrasi sebagai Sumber Masalah

30 September 2014   21:30 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:54 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14120621911086539541

Satu hal yang menjadi kelemahan mendasar dari sebuah sistem demokrasi adalah adagium yang sudah menjadi "agama" bahwa suara rakyat adalah suara tuhan yang lebih dikenal sebagai Vox populi, vox dei. Bukan Tuhan yang dijadikan sebagai sumber kebenaran, tetapi rakyat yang dianggap sebagai sumber kebenaran. Jika tidak banyak didukung oleh rakyat, maka dikatakan 'salah' dan 'kalah'.

Adagium ini berkonsekuensi logis pada munculnya 'kesadaran' dari pelaku politik apakah berbentuk kelembagaan seperti partai maupun perorangan bahwa target utama dari sebuah pencapaian 'pertandingan' berpolitik adalah suara terbanyak. Semua orang berlomba-lomba mendapatkan suara yang banyak walau harus melawan nilai-nilai peradaban kemanusian. Semua cara dianggap halal untuk memenuhi nafsu mendapatkan dukungan rakyat banyak.

Atas dasar target inilah sehingga kaderisasi yang berlandaskan kekuatan ideologi menjadi dipandang sangat absurd dalam pencapaian konstelasi politik. Pelaku politik bersaing mendapatkan 'kader' atas dasar kesamaan visi pragmatisme. Sehingga tidak heran jika banyak sekali tokoh elite partai yang menjadi 'kodok'. Lompat sana lompat sini, ke darat dan ke air, hanya demi memenuhi kepentingan pragmatisnya. Dan Suara Tuhan pun menjadi diabaikan. Dikalahkan oleh suara rakyat.

Koalisi yang dibangun antar lintas partai atau lintas elite juga akan memenuhi 'hukum dasar' dari sebuah sistem bernama demokrasi ini. Banyak sekali orang-orang muda yang pada awalnya berkiprah di dunia partai karena termotivasi oleh kekuatan ideologi, pada perjalanan berikutnya melakukan pembelokkan menjadi penganut paham pragmatisme.

Sebagai pribadi yang pernah mendirikan partai dalam domain kecil setingkat kabupaten, mungkin bisa dianggap 'beruntung' dapat segera melepaskan diri dari 'jebakan' pragmatisme ini ketika awal-awal proses 'demokrasi sesungguhnya' hadir di Indonesia pada tahun 1999 sesaat selepas reformasi. Boleh dikatakan, ijtihad pribadi ini dilandasi oleh upaya 'meditasi' diri untuk mengembalikan kekuatan ideologi masa-masa kuliah dulu. Resiko apatis terhadap kondisi perpolitikan di negeri ini walau tetap meyakini bahwa politik pasti akan juga mempengaruhi kehidupan pribadi dalam skala sekecil apapun, sudah siap dihadapi.

Sekarang, 15 tahun sejak upaya meditasi tersebut, hati ini menjadi 'terusik' kembali. Kerinduan untuk lebih mewakafkan diri pada dunia perpolitikan di negeri yang sudah semakin memprihatinkan menjadi membuncah. Walau sekedar apresiasi dalam sebuah tulisan-tulisan pemikiran, hati kecil berharap bahwa proses edukasi politik yang menyehatkan dapat menjadi penawar atas 'racun' Politik Kepentingan Pragmatis yang mewabah begitu cepat pada banyak komponen elite politik. Dan masyarakat kembali menjadi 'korban' nyata dari proses politik yang masih jauh dari upaya edukasi ini.

Entahlah, takdir Allah SWT akan seperti apa pada bangsa ini. Apakah akan menjadi pemegang tongkat estafet ketidakteraturan negara-negara jazirah arab yang mulai porak poranda terlukai oleh 'pedang demokrasi' atau akan menjadi bangsa yang semakin tangguh dengan kekuatan kedaulatan yang disegani dan menjadi garda paling depan dalam membangun peradaban lebih baik di dunia. *Innalillahi wa inna ilaihi rojiun*

Ya Allah, Rabb Yang Memiliki Segala Kekuasaan ...

Mudahkanlah kekuasaanMu Engkau berikan pada hamba-hamba yang amanah pada undang-undang Mu. Jauhkanlah kekuasaan Mu Engkau berikan pada hamba-hamba yang hanya menjauhkan kami dari indahnya kasih sayang Mu. Sebab Engkaulah Yang Maha Mengetahui segala rahasia, dan Engkau pula Yang Menjadikan hikmah sebagai hadiah yang ternilai bagi hamba-hambaNya. Aamiin ...

"Katakanlah: `Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu" (QS Ali Imran: 26)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun