Mohon tunggu...
Rudi Belarus
Rudi Belarus Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Dalam hidup tidak ada kesempatan kedua

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bukan Badai tapi Ketidaktahuan

28 Oktober 2014   21:17 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:25 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ia terlihat menawan namun tak mampu tuk kau gapai, memang seperti itu adanya.ia terlahir sebagai ilusi dalam hidup mu.

Ia bak ilusi dipandangan mu, sesak dihati dan acap kali kan jadi aral melintang dalam setiap langkah mu.

Jika ia terus mendengki dengan apa yang kau dapat maka sesungguhnya ia sudah membuka tabir topeng dalam dirinya ,sesuatu yang tak pernah ia sadari.

Namun kadang telinga ini menangkap deru lirih rintihan bak semilir angin yang bisa menghancurkan sekalipun ia kokoh.Bak rel kereta yang tak berujung ia mengumandangkan dan menasbihkan dirinya sebagai seorang pesakitan ,kuat yang kau anggap kuat sebenarnya hanya sebuah tabir kemunafikan rapuhnya hati dan perinsip hidup mu.

Sakit, siapa yang lantas tersakiti?

Adakah kau pernah berujar bahwa ini hanya dugaan yang menimpa diri?

Saat ia perlahan-lahan mulai raib dari pandangan mu saat itu pula kidung yang acap kalai kau anggap seonggok daging itu memerah karnanya,sesuatu yang hanya dijumapi oleh ia yang berhati picik dan kekerdilannya dalam menanggapi setiap ayunan langkah kakinya, namun raga ini tak jua beranjak dari tempatnya semula.

Sejerni embun yang hadir menyambut esok hari mu yang kau nanti,namun ia tak sejernih embun.

Kau tak pernah jernih dalam berfikir tak jua bijak dalam bertindak, lantas asa seperti apa yang hendak kau gapai ,saat tindakan,sikap,pikiran serta tutur kata tidak mengarah kesejukan?

Lantas kau pun berujar “ Badai pasti berlalu “ namun seketika itu bibir ini lirih berseloroh “adakah kau sedang melawan takdir mu, atau kah kau sudah tersesat dalam imajinasi mu, sesuatu yang hanya sanggup kau pahami sendiri.

Akhirnya diri ini pun hanya sanggup menguntai kisah yang sudah tampak jelas kemana kan bermuara. Dalam hidup ini tak ada yang sia-siap,setiap kisah pasti ada hikmah yang mampu dipetikbahwa seseorang yang tak mampu menghargai dirinya untuk tetap dicintai orang lain, sesungguhnya ia tak pantas tuk menjadi yang halal bagi mu, karena kalau kau tetap melawan arus, kau akan menjumpai kapal yang karam,yang tak pernah mampu kau perbaiki bahkan dalam lamunan mu sekalipun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun