Tak pernah terbayang oleh Briptu Norman Kamaru hidupnya akan berubah dalam sekejap. Anggota Brimob berpangkat Brigadir Polisi Satu yang bertugas di Polda Gorontalo yang dulu bukan siapa-siapa, sekarang berubah menjadi orang terkenal bak superstar. Semua stasiun televisi, suratkabar, stasiun radio dan media online memberitakan bagaiaman anggota Polisi ini berjoged India.
Hal Serupa juga terjadi pada Sinta dan Jojo dengan Keorng racunnya, Udin Sedunia lagu Udin Sedunia dan Bona Paputungan dengan Andai Ku Gayus Ztambunan nya. Para pesohor baru yang melejit namanya setelah mengupload video uniknya ke situs Youtube dan dipublikasikan meluas oleh media di tanah air.
Popularitas yang dimiliki Briptu Norman, Sinta dan Jojo, udin dan Bona membuat mereka dipuja masyarakat sebagai idola baru. Ini tentu saja memberi keuntungan kepada sang idola baru. Lihat saja Udin yang belakangan wajahnya setiap ahri muncul di berbagai aca televisi. Sinta dan Jojo yang sering m,anggung di acara-acara musik besar dan menjadi bintang iklan produk makanan. Bona Papurtungan yang beberapa kali muncul di televisi dan rekaman VCD nya laris manis dipasaran. Terakhir Briptu Norman yang langsung mendapat undangan dari Gubernur Gorontalo dan Mabes Polri. Bahkan sebuiah stasiun khusus mengundangnya menjdai bitang tamu di acara Bukan Empat Mata nya Tukul.
Dengan kekuatan Media Massa, nyatanya kehidupan seseorang dapat berubah dalam sekejap. Orang yang tidak terkenal dan bukan siapa-siapa dalam waktu singkat dapat berubah menjadi bintang terkenal dan menjadi idola baru masyarakat.
Namun kebalikannya, dengan kekuatan media massa juga, sosok yang terkenal dan sudah menjadi idola dalam waktu singkat juga bisa tenggelam dan tidak disukai masyarakat.
Contoh paling nyata adalah KH. Abdullah Gymnastiar atau yang akrab dipanggil AA GYM. Ustad yang dulu sangat terkenal dan memiliki banyak penggemar ini dalam sekerjap berubah hidupnya. Pemberitaan media tentang prakltik poligagami yang dilakukaknnya telah menghancurkan popularitasnya dal;am sekejap. AA GYM yang dulu hampirt tiap hari tampil di layar kaca, dan menjadi panutan masyarakat dengan konsep "Manajemen Qalbu" ini bahkan tidak hanya diiolakan oleh kalangan muslim saja, namun disenanggi oleh masyarakat nojn mulsim karena dakwahnya yang mengedepankan kasih sayang kepada semua umat.
Bahkan, jika mau jujur, Presiden SBY juga merupakan salah satu orang yuang menjadi "korban" kekuatan media massa. SBY merasakan kekuatan media baik saat ia disanjung menjadi idola baru saat pemilu 2004 maupun menjadi menurun popularitasnys setelah pemilu 2009. Tak bisa dipungkiri, media massa memiliki peran yang sangat besar membuat kritik keras merebak luas kepada SBY.
Agenda Setting Media
Sejak lama dipercaya bahwa media berpotensi membuat isu publik dengan cara mempengaruhi cara berpikir khalayak. Orang pertama yang menyampaikan ide ini adalah Walter Lippman, seorang jurnalis Amerika yang terkenal. Lippman memandang bahwa respon publik tidak pada peristiwa aktual yang ada dalam lingkungannya, tapi respon pada gambaran dalam kepala seseorang. Merujuk pada teori agenda-setting mengenai media dan konsepsi realitas sosial yang kemudian disebutnya sebagai "pseudo-environment" berasumsi bahwa manusia pada dasarnya mempunyai keterbatasan dalam memperoleh informasi dan bergantung pada daya tangkap panca inderanya. Oleh karenanya ada ketergantungan orang pada media.
Hal-hal yang dipandang penting oleh media, kemudian dipandang penting juga oleh khalayak. Dengan kata lain agenda media kemudian menjadi agenda publik/khalayak. Dengan pendekatan Agenda Setting, maka fenomena melesatnya popularitas seserorang yang bukan siapa-siapa ataupun terpuruknya ketenaran seorang tokoh atau publik figur merupakan dampak penyusunan agenda yang dilakukan melalui pemberitaan dan penyebarluasan pesan kepada khalayak.
Benar jika dikatakan munculnya Briptu Norman, Sinta Jojo, Udin dan Bona karena peran situs Youtube. Namun situs Yotube hanya pintu masuk. Tidak sedikit yang mencoba mengikujti lamngkah mereka yang sukses dengan youtube, namun gagal karena tidak "ditangkap" media.
Asumsi yang hadir kemudian melejitnya polularitas pada pesohor baru tersebut karena setting yang dibuat untuk mereka diarahkan pada lahirnya idola baru. Mereka juga dapat menjadi komoditas baru yang dibungkus dengan kreativitas berselera sederhana namun unik. Setting positif yang hadir di media baik Televisi maupun Surat Kabar setidaknya membangun struktur isu baru di tengah masyarakat untu mencoba rasa baru selain idola terkenal yang selama ini ada.
Asumsi berlanjut kepada kasus kedua. Setting yang dibangun pada sosok yang sudah populer namun karena sesuatu hal diarahkan pada terbentuknya opini yang berubah. Pemberitaan dengan setting "bermasalah" yang dikembangkan media membuat para tokoh populer ini menerima nasib berbeda dengan pada idola baru produk youtube.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H